Rendi keluar dari mobil mewahnya. Andri sopir pribadi Rendi membukakan pintu untuknya. Seorang pelayan wanita segera membawakan tas kerja Rendi. Ia membawanya dengan hati-hati karena Ia tahu pasti isi dari tas itu. isinya adalah laptop dan peralatan gadget lainnya. Seperti biasa Ia membawakannya ke dalam ruangan kerja Rendi yang bersatu dengan kamar tidurnya.
Rumah tampak sepi. Rendi sedikit heran. Biasanya kalau sore semua orang pada ngumpul di ruang tengah. Ngobrol-ngobrol sambil makan kudapan.
"Pada kemana?" Tanya Rendi pada pelayan yang bernama Juju. Pelayan berusia 35 tahun itu menjawab. "Ada Tuan besar datang, Ia ada ditaman belakang. Jadi semua orang berkumpul disana"
"Ooh..Kakek. Kakek?? Tumben datang. Biasanya kalau ingin bertemu dia suka minta kita yang datang ke rumahnya" Rendi sedikit heran. Tapi Ia tidak banyak bertanya lagi. Ia masuk ke dalam kamarnya dan mandi. Rendi berendam di bathtubnya. Malam ini Ia janjian dengan teman-temannya berkumpul di kedai kopi dipusat kota. Sebenarnya Rendi sangat malas berkumpul dengan teman-temannya. Mereka biasanya pada pamer kecantikan pasangannya. Lha dia ga ada pasangan cuma jadi kambing conge sambil ngeliat mereka bermesraan.
Tapi yang membuat Ia tertarik untuk datang adalah perkataan Rico yang mengatakan ada seseorang yang ingin bermitra dengannya. Jadi malam ini ga ada salahnya Ia berkorban perasaan.
Selagi menikmati redaman di air hangat terdengar pintu diketuk.
"Rendi...Ada Kakek di taman, ingin bertemu. Ayo keluar dulu Nak" Terdengar ibu tirinya memanggil.
Rendi berteriak. "Ya sebentar Bu. Saya berpakaian dulu"
"Jangan lama-lama Yah..." Kata Ibu Tirinya sambil kemudian terdengar melangkah pergi.
Rendi beruntung ibu tirinya sangat baik dan tidak gila harta. Ia sama sekali tidak pernah meminta apapun dari Ayahnya. Selain biaya sekolah untuk anak kandungnya. Walaupun Rendi tahu ayahnya memenuhi semua kebutuhan Ibu dan adik tirinya tapi Rendi tetap mentransfer sejumlah uang yang sangat besar untuk mereka bertiga. Kecuali si bontot. Ia sengaja tidak pernah memberikan uang berlebihan untuknya selain masih di bawah umur juga Rendi menyiapkan yang lain untuk Serena.
Rendi memakai kaos dan celana selutut. Ia keluar dari kamarnya dengan keadaan segar. Dijalan Ia berpapasan dengan Serena. "Jangan lupa Kakak..besok pukul 7 malam...Aku sudah bilang pada Ayah. Ayah setuju asal Kau yang mengantar"
"Iya..ya..Kakak tahu. Apa yang harus kakak kenakan?"
"Pakaian kasual saja. Kan Kakak bukan tamu undangan. Jadi ga usah formil"
"Oh ya bagus kalau begitu. Kakak akan menunggu di mobil saja"
"Eits.. tidak bisa.. Kalau didalam pesta nanti aku kenapa-kenapa gimana?"
"Lha emang kenapa-kenapa gimana?" Kata Rendi sambil mengerutkan keningnya.
"Misal ada yang ngasih obat bius kaya di film-film terus Aku diperkosa bagaimana?" Wajah Serena datar banget kaya lagi nyeritain orang lagi beli es campur. Padahal yang diceritakan adalah cerita mengerikan.
Rendi langsung membentak,"Kalau begitu Kamu tidak usah pergi!! Apa teman-teman mu begitu mengerikan? Ini pasti gara-gara sering nonton tayangan di internet yang tidak bermutu" Rendi morang-maring.
"Iih..kakak Sensi amat. Inikan kalau bukannya kenyataan. Please Kakak..makanya cepat-cepat nikah deh biar sensinya tersalurkan."
Rendi melotot mendengar kata-kata adiknya yang menurutnya vulgar. "Kamu!! Kecil-kecil bahasanya udah vulgar seperti itu. Kamu gaul dengan siapa saja? " Rendi tampak sedikit panik.
"Vulgar apaan sih? Aku kan ga ngomong yang jorok-jorok. Kakak emang kuno banget. Please Kakak gaul dong. Cari pasangan biar tiap malam Minggu keluar rumah. Bukannya diam melulu dirumah nonton film. Mending kalau film dewasa biar wawasan semakin luas. Lha ini nontonnya film dokumenter kalau ga mantengin Chanel National Geographic"
Rendi makin melongo mendengar kata-kata adiknya. "Apa yang dimaksud dengan film dewasa? Apa Kamu suka menontonnya? Sarena.." Rendi hampir gila mendengar kata-kata adiknya. Seumur hidupnya saja Ia belum pernah nonton film dewasa. Ini adiknya yang baru 17 tahun malah berani bilang film dewasa segala.
Sarena malah tertawa terbahak-bahak. Ia senang sekali menggoda kakaknya. Makin digoda kakaknya makin kelihatan tampan. Ia sudah membayangkan di pesta nanti pasti teman-temannya pada kelenger melihat ketampanan Kakaknya yang kaya artis Korea. Cha Eun woo, mirip banget kaya pinang dibelah dua.
Kakaknya mirip artis Korea karena konon ibu kandungnya memang berasal dari negeri tersebut. Sehingga kulit putih sama raut wajahnya tumplek habis. Ia saja kalah putih sama kakaknya. Tapi bagusnya bulu matanya yang panjang serta kelopak mata gandanya menurun ke Ayahnya. Rahangnya juga sudah lancip dari sananya. Sehingga tanpa operasi plastik Kakaknya sudah tampil sempurna. Belum lagi bibirnya yang ikal kemerahan membuat Kakaknya beneran cakep banget.
Rendi mencekal tangan adiknya sampai adiknya mengaduh-ngaduh. "Kalau kelakuan Kamu mengerikan Kakak akan kirim kamu ke asrama putri Minggu depan"
"Aduh Kak..aduuh..jangan. Aku cuma main-main saja. Beneran...sumpah Aku cuma menggoda Kakak. Aku ga pernah nonton film dewasa...Sumpah Kak...sumpah" Sarena menarik lepas tangannya dari pegangan Kakaknya.
"Rendi!!! Cepat Nak. Itu Kakekmu sudah menunggu" Ibu tirinya terdengar memanggil lagi. "Iya Bu" Rendi menjawab panggilan Ibu Tirinya. Lalu Ia kembali berpaling pada adiknya.
"Awas Kamu..Ya kalau macem-macem Aku ga akan Ijinkan Kamu kemana-mana lagi sendiri" Kata Rendi sambil melepaskan pegangannya.
Sarena langsung lari ke kamarnya sambil bicara dalam hatinya. ' Kamu yang Awas. Lihat saja besok malam. Kau akan tau rasa..qi...qi...qi..' Sarena terkikik membayangkan besok di pesta ulangtahun Ia akan mengerjai kakaknya.
Suruh siapa hidup kaya katak dalam tempurung. Kakaknya harus dipaksa bergaul. Hidup bukan cuma buat nyari uang. Tapi harus bersenang-senang juga. Apalagi Ia sudah membuat misi dengan Kakeknya tadi. Kakaknya harus menikah sekarang juga bila perlu detik ini juga.
Rendi berjalan ke taman belakang. Dilihatnya ada Kakeknya sedang ngobrol dengan ayahnya. "Assalamualaikum Kakek.." Kata Rendi sambil mencium tangan Kakeknya.
Tangan kisut Kakeknya menepuk pundaknya berkali-kali. Ia sangat bangga dengan perkembangan perusahaan yang Ia wariskan pada Rendi. Dari semua cucunya. Rendi adalah cucu kesayangannya. Tetapi walaupun begitu Ia tetap bersikap adil. Semua cucu laki-lakinya nya yang berjumlah 3 orang Ia berikan Perusahaan yang bernilai sama. Tapi cuma Perusahaan Rendi yang dalam waktu tiga tahun yang berkembang dengan sangat pesat. Bahkan kini hampir menyamai perusahaannya dan perusahaan Ayahnya Rendi. Rendi kerja keras siang dan malam.
Walaupun Kakeknya sangat bangga tapi Ia khawatir dengan kehidupan Rendi. Usianya sudah 27 tahun tapi masih melajang. Bahkan dikeluarga beredar gosip yang mengerikan. Rendi adalah penyuka sesama jenis makanya tidak menikah. Makanya Kakeknya kemudian merasa Ia harus mengambil tindakan.
"Duduklah Rendi!!" Kata Kakeknya. Rendi duduk dengan patuh. Ia melirik kearah ayahnya yang terlihat sedang gelisah. Membuat Rendi jadi sedikit tegang juga. Firasatnya mengatakan akan ada kejadian yang kurang menyenangkan.
"Begini Rendi..Usia Kakek ini sudah tidak akan lama.." Kakeknya lalu terdiam. Matanya berkaca-kaca wajahnya terlihat sangat sedih. Rendi jadi tidak enak hati. Kenapa jadi ada drama yang mengharu biru seperti ini. Apa sebentar lagi akan ada derai air mata antara Kakek, Ayah dan Anak yang ketiganya berjenis kelamin laki-laki. Sungguh adegan yang tidak lucu.
"Kakek..Kenapa Kakek berkata seperti itu? Kakek terlihat sangat sehat dan Kakek akan panjang umur"
"Aku tidak mau panjang umur, Kalau buat hidup menderita" Kakeknya mulai sedikit lebay.
"Menderita bagaimana Kakek? Bukankah selama ini Kakek baik-baik saja"
"Baik-baik bagaimana. Melihatmu hidup membujang Aku benar-benar tidak tahan. Mau ditaruh di mana muka Kakek ketika cucunya dikira gay.."
Rendi terkejut bukan alang kepalang mendengar kata-kata Kakeknya. Tadi Ia mendengar Sarena yang bicara Vulgar sekarang Kakeknya. Ada apa ini? Bikin merinding bulu kuduk aja.
"Kakek..Aku belum ingin menikah?"
"Menikah itu sunah Rasul tau? Tidak akan lengkap iman seseorang sebelum Ia menikah. Dasar anak bodoh. Mau nunggu kapan lagi? Mau nunggu Aku sudah jadi mayat baru Kau akan menikah. Kalau Kamu tidak bisa nyari istri sendiri. Biar Kakek yang atur. Sahabat Kakek. Tuan Anwar kemarin mengatakan akan mencari suami untuk cucu perempuannya. Kakek sangat cocok dengan gadis itu.
Haji Anwar adalah sahabat Kakek sejak dulu. Ia orang yang sangat baik dan dermawan. Ia juga sangat Sholeh. Kami sudah sepakat untuk itu menikahkan Kalian. Minggu depan Kalian harus sudah menikah."
Rendi langsung terbatuk-batuk kaya pengidap TBC kronis. Ayahnya sampai menyodorkan air minum. Rendi meminumnya sambil menahan sakit di dada akibat goncangan yang begitu besar. Agaknya kalau Ia punya penyakit jantung. Ia sudah semaput menghadap Ilahi.
"Kakek.. menikah itu tidak semudah membalikkan telapak tangan"
"Tentu saja itu benar. Kalau menikah itu mudah, tentu Kau sudah menikah sejak lama. Aku tidak mau dibantah lagi. Kalau kamu ingin aku hidup lebih lama maka turuti kata-kata Kakek. Aku ga ikhlas Kau dikira gay oleh Semua orang"
"Kakek.. tolonglah.." Kini mata Rendi yang mulai berkaca-kaca. Ia melirik Ayahnya meminta pertolongan. Tapi Ayahnya malah pura-pura ga lihat. Rendi segera tahu kalau Ayahnya juga sepakat dengan kakeknya.
"Besok Malam Kau akan diantar adikmu menemui calon istrimu"
"Besok...malam? Tapi besok malam Aku harus mengantar Serena ke pesta ulangtahun temannya." Rendi terbata-bata.
"Ya.. Temannya Serena yang sedang ulangtahun itulah calon istrimu"
"APAAA???" Rendi langsung histeris sambil memegang kepalanya.
"KAKEK!!.. Teman Serena itu merayakan ulangtahunnya yang ke 17. Ia masih SMA" Rendi bagaikan dicekik dadanya terasa sesak. Keringat dingin mengalir ke sekujur tubuhnya.
"Kalau 17 memang kenapa? Apa yang salah. Dia sudah kelas XII SMA. Sebentar lagi juga tamat."
"Tapi masa SMA dilarang menikah." Rendi benar-benar merasa sangat tidak masuk di akal. Apa sekarang Bulan April. Apa Ia sedang dikerjai kakeknya dalam acara April Mop. Apakah ini sebuah lelucon.
"Asal jangan pihak sekolah tahu maka akan aman-aman saja. Dan satu lagi. Akan dipastikan istrimu itu mengenakan alat kontrasepsi agar tidak hamil dulu.." Kakeknya bicara begitu mudahnya.
Ugh.. perut Rendi terasa seperti ada yang menonjok. Ia ingin rasanya tenggelam ke dasar bumi dan tidak pernah muncul lagi.
" Kakek..dia masih dibawah umur. Kita melanggar hukum" Rendi masih berargumen lagi
"Hukum siapa? Itu adalah hukum manusia. Asal jangan melanggar hukum Agama saja"
"Duuuh...Kakek itu salah, Kakek!! Hukum manusia dibuat demi kebaikan kita bersama" Rendi beneran sudah terasa kehilangan nyawanya.
"Aku tidak mau tahu. Demi kebaikan kita khe atau negara khe. Apa negara bertanggung jawab kalau seandainya Kau tidak menikah seumur hidupmu"
"Kakek..Aku berjanji akan menikah tapi tidak sekarang. Dan Aku akan mencari istri yang sebaya"
"Tidak!! Sudah terlambat untuk itu. Menunggu Kau mencari jodoh bagaikan menunggu hujan emas turun dari langit. Nikahi gadis itu atau Hubungan kita putus. Kau tidak akan ku anggap jadi cucuku lagi"
"Kakek..ini pelanggaran hak asasi manusia yang paling hakiki dan melanggar program pemerintah wajib belajar 12 tahun"
"Melanggar apaan? Aku tidak menyuruh istrimu nanti berhenti sekolah. Bahkan Ia harus kuliah bila perlu kuliah sampai ke luar negeri" Kakeknya Rendi ngotot.
"Kakek..tolong.." Rendi meremas-remas rambutnya yang lurus, hitam dan tebal. Wajah tampannya tampak memelas. Kalau tidak malu akan jenis kelaminnya Ia sudah nangis guling-guling.