Télécharger l’application
90.59% kecupan Kecil Dari Alam Mimpi / Chapter 106: Hot Kiss

Chapitre 106: Hot Kiss

Pemikiran Linggar hanya dipenuhi untuk menaklukan kakaknya yang dingin itu, dia bahkan tidak menyadari bahwa orang yang di sukai oleh kakaknya adalah seorang pria.

__________________________________________

Di Kediaman Rafael, terlihat Indah yang sedang berjalan bolak-balik mengenakan pakaian prianya.

Membuat semua pelayan dan penjaga berkumpul di suatu sudut tertentu di bagian rumah untuk memperhatikan gerak-gerik Indah.

"Itu bukannya pacar tuan? kenapa dia bisa tiba-tiba ada di sini?" tanya seorang pelayan kepada seorang penjaga di sampingnya yang juga ikutan mengintip.

"kamu menanyakan hal itu padaku? Aku bahkan tidak melihatnya lewat dari depan pintu utama, apakah dia semacam hantu? Sungguh membuat bulu kuduk ku berdiri!" jawab penjaga itu dengan ekspresi agak takut diwajahnya.

"Kamu yang hantu! orang setampan itu harusnya mirip dengan malaikat, tidak seperti kamu yang setan pun bahkan lebih tampan darimu!" ejek pelayan yang lain tak terima saat pria yang di sukai nya di jelek-jelekan.

"Sudah-sudah jangan berisik, aku hanya penasaran apa dia sungguh pacar Tuan? apa Tuan beneran seorang gay? Ah aku masih tidak bisa menerima kabar ini semua, terlebih pria yang di sukai tuan itu sangat-sangatlah tampan."

"Tidakkah kalian lihat pria itu bisa jadi ukenya tuan, dia terlihat sangat lembut. Bahkan kulit dan wajahnya lebih bersih dan mulus dari seorang cewe!"

"Ya ampun, tuan sungguh beruntung memilih pria yang sempurna seperti itu!"

penjaga yang mendengar perkataan para pelayan wanita itu merasa jijik.

" Hey, sadarlah kalian semua! Tidakkah kalian sesalkan bahwa Tuan adalah seorang penyuka lelaki? Dimana rasa patah hati kalian yang normal, kalian bahkan mendukung hubungan mereka!" ucap penjaga itu tidak habis pikir.

Biasanya mereka akan sangat kesal, jika ada berita di media sosial yang menghubungkan tuannya dengan gadis-gadis cantik yang tidak jelas di luar. Meskipun Tuan mereka terlihat sangat pendiam dan kadang mengeluarkan aura yang menakutkan, mereka masih saja terpesona dan bahkan karena hal itu mereka seakan tergila-gila.

Tapi sekarang, jelas di depan mata mereka seorang pria yang menawan menjadi pacar tuan mereka dan mereka tidak melakukan apa pun atau mengucapkan kalimat menghujat, mereka bahkan menyanjung dan menyetujui hubungan tuannya. Dasar wanita, dia tidak akan mengetahui apa yang ada di pikiran mereka semua.

Sementara Indah mondar-mandir di ruang tamu sambil menunggu kedatangan Rafael, Nadin yang baru saja datang dari arah dapur membawa beberapa makanan ringan dan minuman dingin di tangannya. Dia tidak memperdulikan kerumunan para pelayan yang berdiri di sebelah sana.

"Bukankah itu Nadin? Ngapain dia deketin pacarnya tuan? Dia pasti lagi cari muka!" Tuti yang melihat Nadin menjadi tidak senang.

Tuti lalu berjalan ke arah Nadin sebelum Nadin sampai ketempat Indah.

"Sini biar aku aja yang bawain!" Tuti lalu merampas baki di tangan Nadin tanpa mendengarkan ucapan Nadin, membuat alis Nadin berkerut heran.

Sejak kapan sikurus ini menjadi rajin? Biasanya malas-malasan aja di dapur! Ucap Nadin dalam hati.

"Ehem, eh Anda silahkan duduk saja terlebih dahulu! Sebentar lagi Tuan pasti pulang!" Ucap tuti dengan nada yang sangat lembut. Dia bahkan bergerak elegan seperti seorang wanita yang berderajat tinggi.

Semua pelayan yang melihat menjadi frustasi, mengapa mereka tidak melakukan hal yang sama seperti Tuti, dengan begitu mereka dapat melihat pria itu dari dekat.

"Aiss, seperti yang di harapkan dari pelayan nomor satu, Tuti dapat mengambil kesempatan yang bagus di saat yang genting!"

Indah yang sibuk memikirkan berbagai alasan di kepalanya untuk meyakinkan Rafael agar dapat ikut dalam pencarian ibunya, merasa terkejut saat Tuti si pelayan yang selalu melihat dirinya dengan tatapan jijik setiap saat datang mendekat dan bahkan menawarkannya dengan makanan ringan, ini.. hanya dengan melihat ekspresi Tuti yang lugu dan bersahaja terasa sedikit menakutkan buat Indah.

Saat Indah bergeming dan menatap Tuti dengan pandangan yang terkejut dan sedikit takut, membuat Tuti menjadi lebih percaya diri.

"Pria tampan ini sepertinya terpesona dengan tampilanku yang menarik!" Pikir Tuti dengan masih mempertahankan sikap elegannya yang sedikit kaku.

Orang-orang sungguh akan berubah sikap saat melihat orang lain dengan penampilan yang berbeda, bagitulah yang di rasakan Indah saat ini.

Jika dia berpenampilan buruk, mereka semua akan mengabaikan keberadaan seolah dia adalah angin lalu. Tapi saat dia berpenampilan berbeda, mereka semua akan berkerumun dengan bersemangat di suatu sudut dan memeperhatikan dirinya dengan seksama.

Beberapa saat kemudian, Indah masih hanya diam memandangi Tuti yang merasa bangga dengan dirinya. Indah tidak berniat berbicara dengannya, dia tau bahwa pelayan ini suka mencarikan masalah untuk Nadin. Orang licik seperti itu, membuat Indah enggan untuk dekat dengannya.

Tuti yang merasa dirinya telah menaklukkan pria tampan di depannya, lama-lama merasa hatinya jatuh sedikit demi sedikit saat tak menerima tanggapan apapun.

Tuti lalu dengan berani berjalan mendekat ke arah Indah, dia mencoba berdiri cukup dekat dengannya hingga dia bisa menghirup aroma tubuhnya yang sangat wangi. Membuat tuti merona merah tanpa sadar.

Namun saat dia akan berbicara, Indah tiba-tiba berjalan pergi dan meninggalkan dirinya yang terlihat canggung sendirian.

"Haha.. Tuti sungguh bodoh, dia yang merasa dirinya seorang ratu tidak mengingat bahwa dia hanyalahseorang pelayan. Pria itu tentu saja tidak akan meliriknya sedetik pun!"

"Aku tidak tau bahwa Tuti yang agak bodoh, ternyata lebih bodoh dari dugaanku!" Semua orang tertawa melihat ke arah Tuti, membuat wajah tuti yang merona menjadi semakin merah karena amarah.

Tuti mengepalkan kedua tangannya dengan keras, membuat kukunya menembus kulitnya, detik berikutnya Tuti berjalan pergi dengan emosi.

Indah lalu berjalan ke arah taman diluar, dia sudah menunggu kedatangan Rafael sejak beberapa jam yang lalu.

Indah yang merasa tidak bisa menunggu lagi melihat sebuah mobil yang datang dari arah gerbang, membuat Indah menjadi bersemangat dan menghampiri mobil itu tanpa sadar.

Saat mobil terparkir, Rafael keluar dari dalam mobil. Rafael sedikit terkejut ketika mendapati Indah tersenyum bersemangat ke arahnya dalam penyamaran prianya.

Ini...dia sungguh terlihat sangat manis, membuat suasana hati Rafael yang semula buruk mulai membaik.

Rasanya seperti setelah pulang bekerja dengan perasaan capek dan stres, dia bertemu dengan istrinya dirumah yang membuat perasaannya menjadi sedikit rileks dan nyaman.

"Ada apa?" tanya Rafael.

"Aku ingin berbicara sesuatu denganmu!" jawab Indah dengan senyum yang masih terpampang di wajahnya. Membuat Rafael menatapnya semakin dalam.

'Sial, aku sangat gugup hingga tak bisa berhenti tersenyum' ucap Indah dalam hati.

"Ah..ah.. Apa kamu melihat itu? Uke nya Tuan berlari menghampiri Tuan dengan sangat bersemangat dan bahagia, dan Tuan bahkan menanggapinya dengan wajah yang sangat lembut!"

"Aku merasa meleleh, Tuan terlihat sangat perhatian. Mereka berdua sungguh sangat cocok saat berdiri di tempat yang sama!"

Para pelayan tidak bisa diam saat mereka melihat Tuan mereka yang biasanya dingin dan kaku, akan memperlihatkan ekspresi menyenangkan seperti itu. Bahkan dengan penampilan si pria tampan dengan tempramen yang berbeda dengan Tuan mereka akan menciptakan sebuah ilusi kecantikan sempurna yang nyata.

Rafael memperhatikan seluruh pelayan dan beberapa penjaga menatap ke arah mereka dengan penasaran, membuat Rafael menatap dengan dingin ke arah mereka.

Deg.. Sontak semua orang tersadar dan bubar seketika. Aura yang mengancam dari Tuan sungguh sangat menakutkan, membuat bulu kuduk mereka berdiri.

"Kalau begitu mari kita berbicara di dalam!" ajak Rafael pada Indah.

Di ruang kerja Rafael, Indah terlihat sedikit kaku saat harus duduk berhadapan dengan Rafael di sebuah ruangan yang tertutup.

"Apa yang ingin kamu sampaikan?" ucap Rafael saat Indah tak kunjung berbicara.

"I..itu, aku ingin menanyakan tentang Ibuku, apakah ada perkembangan?" tanya Indah dengan gugup.

"Saat ini aku belum menemukan sesuatu, seperti yang kamu duga sebelumnya, orang yang berada di belakang penculikan Ibu adalah orang yang memiliki kekuasaan yang besar di belakangnya!"

"Oh," jawab Indah sedikit kecewa, meskipun itu seperti dugaannya sejak awal, namun dia masih merasa agak kecewa.

"Dengan penampilanmu yang seperti ini, jelas bukan hal ini yang ingin kamu sampaikan padaku bukan?" selidik Rafael.

"Oh.. i..itu, aku ingin meminta persetujuan darimu?"

"Bisakah aku ikut dalam pencarian Ibuku bersamamu? aku berjanji tidak akan mengacau, dan selama pencarian ini aku akan berpenampilan seperti ini!"

Mendengar permintaan Indah, Rafael tak langsung memberikan jawabannya, dia hanya menatap ke arah Indah dengan ekspresi tak terbaca.

"Kumohon ijinkan aku ikut mencari Ibuku, aku tidak bisa hanya berdiam diri saja saat keberadaan Ibuku sendiri tak di ketahui!" ucap Indah sedih.

"Hal ini aku harus memikirkannya dahulu!" ucap Rafael.

" Ayolah, aku sudah berjanji akan bersikap baik dan tidak akan mengganggu dalam pencarian, jadi tolong biarkan aku ikut!" Oopss, Indah segera menutup mulutnya, dia sungguh kelepasan berbicara seperti itu pada Rafael, membuat alis Rafael berkerut.

"Apa kamu bisa menjamin tidak akan kabur di tengah pencarian?" tanya Rafael dengan dingin.

"Tidak..tidak..tidak.. Aku tidak akan melakukan hal itu, aku berjanji demi nyawaku sendiri!" ucap Indah dengan tegas.

"Sumpah itu masih belum cukup untuk meyakinkanku!"

"Lalu apa yang harus kulakukan agar kamu mempercayaiku!" tanya Indah.

Rafael yang duduk di balik mejapun berdiri, dia berjalan melewati meja kerjanya dan menghampiri Indah dari samping.

Secara perlahan Rafael membungkukan kepalanya ke arah Indah dan berbisik ke telinga Indah, membuat pipi Indah merona hingga ke ujung daun telinganya.

"Jika kamu ingin mencari Ibu, kamu hanya perlu melakukan satu hal!" bisik Rafael ke telinga Indah dengan suara serak yang sangat seksi.

"A..apa itu?" jawab Indah saat dirinya berusaha menjauhkan telinganya yang memerah dari wajah Rafael, rasanya sangat tidak nyaman di bagian situ.

Mendengar pertanyaan Indah, Rafael tersenyum dengan ekspresi yang menggairahkan, dia terlihat seolah sedang menahan sesuatu yang tak tertahankan.

"Tapi mungkin kamu tidak akan bisa melakukanya nya!" ucap Rafael menggoda...

"Ba..bagaimana kamu tau bisa atau tidak jika kamu tidak mengatakannya?"

"Oh ya? Baiklah bisakah kamu menciumku?"

Indah = "...." apa aku salah dengar, Rafael memintaku menciumnya? Ini.. tidak mungkin kan?

Melihat Indah yang terkejut dan tidak berkata apa pun, Rafael melangkah lebih dekat lagi ke arah Indah.

menghadapi tatapan haus darah dari Rafael membuat jantungnya berdegub semakin kencang.

"Bagaimana? Kamu tidak bisa kan? Lebih baik kamu beristirahat di kamarmu saja dan tunggu hasilnya!" ucap Rafael lalu berbalik.

Namun sebelum dia melangkan sekangkahpun, dia dapat merasakan bahunya di tarik dan di balik secara paksa.

DEG...DEG...DEG... Rafael tak menyangka Indah akan menciumnya secara aktif, dia dapat merasakan bibir yang lembut dan manis menerpa bibirnya.

Gerakan Indah yang kaku dan tidak terbiasa membuat gairah Rafael yang sejak tadi tertahan meledak dahsyat.

Dengan sedikit kasar Rafael mulai menarik tubuh Indah kedalam pelukannya, dia melumat bibir Indah seperti harimau lapar yang melahap mangsanya.

Indah tidak di beri kesempatan untuk bernapas, Rafael sungguh tak bisa menahannya lebih lama lagi.

Indah terbawa suasana saat Rafael dengan ganas melumat bibirnya, seolah dia mencicipi makanan yang paling di sukai nya.

Rafael lalu mengangkat tubuh Indah ke atas meja, mendudukan Indah tanpa melepaskan pagutan mereka berdua.

Suara detak jantung masing-masing dari mereka berdua dapat terdengar jelas.

Tangan Rafael terus bergerak kesana-kemari tanpa arah tujuan, dia seolah menikmati setiap jengkal tubuh itu dengan sangat bergairah.

Indah tidak menyangka dia akan sangat menyukai perasaan itu, sepertinya tanpa dia sadari sejak malam kejadian itu dia juga sangat mendambakan tubuh Rafael tanpa sadar.

Sesuatu mulai mengeras di bawah sana, membuat Indah tersadar saat benda asing itu menyambar ke daerahnya yang sangat sensitif.

"Hmmm..emmm.." Indah yang tersadar mencoba melepaskan dirinya dari cengkraman Rafael yang bergairah, namun tenaga Rafael yang sangat kuat menahan tubuhnya.

akhirnya beberapa saat kemudian Rafael akhirnya melepaskan Indah dengan nafsu yang masih tak tertahankan, membuat Indah dapat bernafas dengan lebih baik sekarang.


Load failed, please RETRY

État de l’alimentation hebdomadaire

Rank -- Classement Power Stone
Stone -- Power stone

Chapitres de déverrouillage par lots

Table des matières

Options d'affichage

Arrière-plan

Police

Taille

Commentaires sur les chapitres

Écrire un avis État de lecture: C106
Échec de la publication. Veuillez réessayer
  • Qualité de l’écriture
  • Stabilité des mises à jour
  • Développement de l’histoire
  • Conception des personnages
  • Contexte du monde

Le score total 0.0

Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
Votez avec Power Stone
Rank NO.-- Classement de puissance
Stone -- Pierre de Pouvoir
signaler du contenu inapproprié
Astuce d’erreur

Signaler un abus

Commentaires de paragraphe

Connectez-vous