Télécharger l’application
36.75% kecupan Kecil Dari Alam Mimpi / Chapter 43: Salah Tingkah

Chapitre 43: Salah Tingkah

Tepat pukul empat sore, Rafael meninggalkan perusahaan dan pulang kerumah. Hari ini dia pulang cukup cepat, dia akan mempersiapkan dirinya untuk melakukan perjalanan esok harinya.

Di saat Rafael berjalan dari arah parkiran, tatapannya tertuju pada sosok gadis yang duduk menyendiri di taman belakang rumah.

Gadis itu terlihat sangat sedih, tatapan matanya penuh dengan kekosongan. Ekspresi datarnya tak menutupi suasana muram di sekitarnya.

Matanya yang sangat Indah dan selalu berseri, sekarang tampak redup dan memberikan kesan kepedihan.

Rafael terus menatapnya, dia cukup bimbang apakah dia akan menghampiri Indah atau tidak.

Namun melihat ekspresinya yang sangat sedih, membuat hatinya berdenyut sakit. Rafael menekan dadanya, rasanya sangat tidak nyaman.

Mungkin karena tingkat kepeduliannya terhadap Indah lebih besar dari yang dia duga, membuatnya tidak menyadari dilema yang ada di dalam hatinya.

Indah yang sejak tadi duduk termenung sendirian, merasakan tatapan yang tertuju ke arahnya dari sebelah kiri. Secara perlahan dia menolehkan kepalanya dan mendapati tatapan Rafael tertuju padanya.

Dug..dug..dug....

Tatapan mereka terkunci beberapa detik, hingga akhirnya Indah memalingkan wajahnya dan melihat kebawah.

Rafael yang merasa deg-degan saat bertatapan langsung dengan Indah, tersadar ketika melihat Indah berpaling dan menundukkan kepalanya.

Rafael lalu berjalan ke arah Indah, sosoknya yang tinggi dan menawan berjalan seperti seorang Pangeran, langkah kakinya tidak terlalu cepat maupun lambat, persis seperti bangsawan sejati.

Indah yang menyadari Rafael berjalan ke arahnya merasa sedikit gugup, ini.. Apa yang harus dia lakukan sekarang? Mengapa Rafael berjalan ke arahnya?

Saat Rafael berdiri tepat di samping Indah, dia dapat melihat wajah indah yang sedikit memerah. Apakah dia malu? Padaku? Rafael tidak yakin.

"Boleh aku duduk disini?" tanya Rafael sambil menunjuk ke samping Indah.

"Ah apa? Te..tentu saja!" jawab Indah gagap.

Saat Rafael duduk, secara perlahan Indah menggerakkan tubuhnya menyamping ke arah lain. Dia merasa sedikit tidak nyaman berada cukup dekat dengan Rafael, lalu memalingkan wajahnya dan melihat ke arah lain.

Rafael menyadari gerakan Indah dan mengerutkan keningnya, perempuan ini tidak nyaman berada di dekatku! Membuat Rafael sedikit kesal.

Mereka hanya duduk membisu tanpa ada seorangpun yang berbicara, hal itu berlangsung hingga lima menit.

Dan dalam lima menit itu, Rafael merasakan kembali sensasi yang terasa menggelitik dadi dalam tubuhnya, khususnya yang berada di bawah sana.

Membuat Rafael sedikit berkeringat dan tidak nyaman, Lima menit itu terasa seperti seharian baginya, dan merasa agak canggung.

"Apa kamu punya masalah?" Rafael akhirnya yang pertama bersuara.

Mendengar pertanyaan Rafael, Indah sedikit terkejut dan melihat ke arah Rafael dengan ekspresi bingung.

"Sepertinya kamu sedang dalam suasana hati yang tidak baik! Kamu terlihat sangat sedih!" lanjut Rafael dengan satu kalimat penuh.

DUK.. "Auch." Seorang pekerja kebun menabrak tiang. Terlihat benjolan besar di atas kepalanya, dia kehilangan kontrol dan teralihkan saat menatap ke arah Indah dan Rafael.

Dua penjaga keamanan yang berada tidak jauh darinya juga berdiri kaku, ekspresi mereka terlihat bengong, menghilangkan jati diri mereka sebagai seorang penjaga keamanan menjadi orang yang terlihat bodoh.

"Apakah hari ini akan menjadi hari yang sangat baik? Sepertinya aku akan menang taruhan kali ini!" Ucap pengurus kebun itu membuyarkan keterkejutan semua orang, dan berlalu pergi.

Mendengar ucapan petugas kebun itu, kedua pengawal saling berpandangan.

"Apa kau barusan mendengarnya?"

"Apa kau kira telingaku tuli? Tentu saja aku mendengarnya!"

"Tuan benar-benar berucap lebih dari satu kalimat? Apakah langit akan runtuh sekarang?"

"Berhenti bicara omong kosong!"

"Hey.. Jangan memukul kepalaku! Jika aku menjadi bodoh siapa yang akan menemanimu disini, huh?"

"Jika kau tidak menutup mulutmu sekarang, entah apa yang akan dilakukan tuan padamu jika dia mendengarnya!"

Pembicaraan kedua pengawal itu terlihat sangat serius, namun segera kembali ke posisi mereka dan berjaga seperti biasa.

Di sisi lain Indah melongo' tak percaya, Rafael benar-benar berbicara panjang lebar padanya.

Ok mungkin itu hanya satu dua kalimat saja, namun seorang Rafael, Pradianata Rafael yang terkenal sebagai sosok yang pendiam, bahkan beberapa orang mengira dia bisu, karena hanya segelintir orang yang perna mendengarnya berbicara.

"A...apa hubungannya denganmu? jika aku sedih itu tidak mengganggu siapa pun!" ucap Indah ketus.

"Tentu saja itu mengganggu!"

"Sia.."

"Aku merasa terganggu melihat wajahmu yang sangat menyedihkan!" ucap Rafael memotong ucapan Indah yang ingin berbicara.

"Katakan! Masalah apa yang kau miliki sekarang?" tuntut Rafael.

"Aku..aku..." Indah ragu-ragu untuk mengatakan hal yang mengusik hatinya.

"Aku apa?"

Indah memalingkan wajahnya dan berucap dengan nada suara yang sangat sedih, "Aku sangat merindukan Ibu!"

Rafael yang mendengar ucapan Indah tertegun sejenak, kemudian berucap.

"Apa kau ingin bertemu dengan ibumu?" tanya Rafael dengan nada lembut.

"Aku sangat ingin bertemu dengan nya, tapi bagaiman caraku.." Indah tidak menyelesaikan kalimatnya, namun dia dan Rafael tau apa yang dia maksud.

Bagaimana caranya jika dia terkurung di tempat ini.

"Di mana alamatnya?"

Indah menyebutkan nama desanya dengan cuek dan tidak menghiraukan Rafael lagi. Dia lalu berdiri dan memilih pergi.

"Aku akan mengantarmu kesana, kebetulan besok aku akan melewati daerah itu, jadi kamu bisa bersiap-siap besok pagi."

Langkah Indah terhenti dan menoleh ke arah Rafael, dengan tatapan tak percaya dia melangkah ke arah Rafael dan memegang kedua tangan Rafael.

"Benarkah? Apakah kamu akan membawaku ke tempat ibu?" ucap Indah dengan mata yang berbinar-binar.

Mendapati Indah yang berperilaku seperti itu Rafael menjadi sedikit tertekan, baru kali ini dia mendapati Indah berekspresi seperti itu.

"Bisakah kamu melepaskan tanganku terlebih dahulu?" ucap Rafael kaku membuat Indah segera melepaskan pegangan tangannya.

"Bersiap-siaplah besok pagi!" ucap Rafael dan pergi.

Rafael berjalan tidak seperti saat pertama dia melangkah ke arah Indah, dia berjalan sedikit lebih cepat dari sebelumnya. Dia terlihat seperti sedang melarikan diri, jelas saat ini dia terlihat salah tingkah.

Mendapati Rafael yang sikapnya berubah dari sebelumnya, membuat Indah sedikit bingung. Tapi dia tidak memikirkannya lebih jauh, yang terpenting dia akan segera bertemu dengan Ibunya.


Load failed, please RETRY

État de l’alimentation hebdomadaire

Rank -- Classement Power Stone
Stone -- Power stone

Chapitres de déverrouillage par lots

Table des matières

Options d'affichage

Arrière-plan

Police

Taille

Commentaires sur les chapitres

Écrire un avis État de lecture: C43
Échec de la publication. Veuillez réessayer
  • Qualité de l’écriture
  • Stabilité des mises à jour
  • Développement de l’histoire
  • Conception des personnages
  • Contexte du monde

Le score total 0.0

Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
Votez avec Power Stone
Rank NO.-- Classement de puissance
Stone -- Pierre de Pouvoir
signaler du contenu inapproprié
Astuce d’erreur

Signaler un abus

Commentaires de paragraphe

Connectez-vous