Aura meminta Nisa untuk memakai baju yang baru dibelinya,
" Lihat ... meskipun badanmu sedikit melar, jika memakai baju yang pas, kau akan terlihat cantik, karna pada dasarnya kau memang sangat cantik," kata Aura yang mengagumi sahabatnya itu.
"Kita akan menata rambutmu sekarang," kata Aura sambil menarik tangan Nisa mengikutinya.
"Kau benar-benar cantik ... lihat lah ... selama ini kau hanya tidak peduli dengan penampilanmu. Kau tidak terlalu gendut, hanya sedikit berisi," kata Aura nyengir.
"Itu sama saja" Kata Nisa cemberut mendengar perkataan sahabatnya ini
" Beda, sayang ... lihat ... perutmu tidak besarkan? cukup rata, kau cuma besar di bokong paha dan bahu. Mulai besok, kamu harus mengikutiku berolah raga." Aura mengatakannya dengan semangat. Nisa hanya tersenyum segan melihat antusias sahabatnya yang satu ini. Entah dengan apa dia akan membalas kebaikan sahabatnya ini kelak. Aura yang melihat wajah Nisa dapat menebak isi pikiran sahabatnya ini.
"Tidak usah merasa sungkan. Kau adalah sahabatku. Bahkan sudah seperti saudaraku sendiri. Jika kau merasa membeniku, berarti kamu tidak menganggap aku adalah saudaramu. Seandainya aku yang berada di posisimu, apa kau akan berfikir dua kali untuk membantu ku?" tanya Aura dengan tatapan menuntut jawaban.
"Tidak, aku pasti juga akan membantumu!" jawab nisa tegas.
"Begitu juga aku. Aku senang membantumu. Aku juga sedih melihat penderitaanmu!" kata Aura.
"Terima kasih banyak" kata Anisa sambil memeluk sahabatnya ini.
"Sama-sama!" jawab Aura membalas pelukan sahabatnya ini.
...
Besok harinya, Aura membawa Nisa ketempat dia bekerja, atasannya sangat senang, karna kebetulan sekali jabatan yang dulu di duduki Nisa sedang kosong, kemarin karyawan itu Mengundurkan diri karna harus ikut suaminya.
"Tuhan sangat menyayangimu," kata Aura memeluk sahabatnya ini.
"Untung kamu datang hari ini, direktur yang lama sangat mengenalmu, besok beliau akan di gantikan oleh putranya, dan direktur yang baru belum tentu akan menerimamu." kata Aura dengan wajah gembira.
"Terima kasih banyak," kata Nisa. Nisa benar-benar mensyukuri keberuntungannya.
"Mudah -mudahan aku bisa mendapatkan anak-anakku kembali." gumam nisa dengan wajah haru. Aura yang bisa mendengar perkataan lirih sang sahabat, memeluk sahabatnya sebagai ungkapan dukungannya pada Nisa.
Setelah dia mendengar gaji yang akan diterimanya di atas sepuluh juta rupiah per bulan, dia sangat senang, dia yakin mampu membiayai ketiga anaknya.
...
Aura memaksa dia berolah raga setiap harinya sepulang mereka bekerja, dia mendaftarkan Nisa ke tempat fitnes tempat dia latihan.
Aura juga mengontrol ketat makanan Nisa, sehingga dalam waktu hampir satu bulan, dia juga hampir kehilangan berat badan sepuluh kilo gram.
....
Sebulan hampir berlalu, di waktu senggang, Nisa sering menemui ketiga putranya, baik saat di sekolah, maupun saat dia mengaji di sore hari, Aura selalu menemaninya.
Nisa sangat senang mengetahui bahwa Elang sangat melindungi kedua adiknya, dia bahkan membawa adik bungsunya ke sekolah, dan menjemput adik pertamanya di taman kanak-kanak di waktu jam pulangnya, dan menyuruh mereka bermain di taman sekolah, tentu saja atas izin gurunya, guru nya sangat prihatin dengan keadaan anak didiknya itu. Elang takut, jika adiknya di rumah akan tersiksa oleh ibu tiri mereka sementara ayahnya pergi bekerja.
" Sayang ... maafkan ibu, mudah-mudahan ibu bisa membawa kalian," kata Nisa sambil memeluk ke tiga putranya.
"Ibu terlihat sangat cantik sekarang, terlihat lebih kurus ... " Kata Elang dengan wajah gembira.
" Apa kemarin ini Ibu tidak cantik?" katanya tersenyum.
"Ibu tetap yang tercantik bagiku, meski ibu gendut sekalipun," jawabnya polos, namun jawaban itu mampu membuat air mata Nisa mengalir.
Dia teringat akan perkataan Andra, waktu dia baru saja melahirkan Elang, dia sempat khawatir dengan bentuk tubuhnya, tapi Andra berkata ... " Seperti apapun badanmu, kau tetap yang tercantik." Dia percaya dengan semua perkataan Andra yang bisa menerima dia meski berbentuk buntelan, sehingga dia terlena dan tidak peduli dengan bentuk fisik nya. Ternyata ... Akhirnya Andra lelah juga melihat bentuk itu.
Nisa juga bertanya bagaimana keadaan rumah sekarang, Elang mengatakan Ayahnya sering bertengkar karna keahlian wanita itu hanya dandan dan keluyuran.
" Ibu ... rumah benar-benar berantakan sekarang. Ibu pasti sangat lelah mengurus kami selama ini, meskipun kami nakal, tapi ibu bisa menyelesaikan semuanya. Bahkan saat ini Ayah selalu mengantarkan pakaian kami ke Laundry jika tidak, kami akan memakai pakaian kotor," kata Elang. Nisa prihatin mendengar perkataan anaknya. Tapi biarlah, setidaknya mantan suaminya itu menyadari akibat dari perbuatannya. Selayaknya Nisa yang juga menyadari kesalahannya yang tidak merawat diri karena terlalu nyaman dengan perkataan sang suami yang bisa menerimanya seperti apapun juga.
.....
Pada pagi ini seperti biasa, Nisa kembali membawakan sarapan untuk anak-anaknya, biasanya dia memberikan pada jam istirahat, tapi berhubung dia akan ada urusan di jam tersebut, dia menunggu anak-anaknya pagi ini di sekolah mereka.
Dia melihat mobil Andra datang, sehingga dia bersembunyi, setelah Andra pergi dia langsung keluar menemui putra nya.
Tapi tanpa di ketahui Nisa, Andra kembali lagi, dengan tujuan mengantarkan makanan untuk sarapan ketiga putranya. Matanya menangkap sosok wanita cantik yang sedang berbicara dengan ketiga putranya , perempuan itu berbicara sangat akrab. Ketiga putranya tampak sangat manja. Andra memperhatikan wanita itu dengan seksama, dia kaget, tidak percaya dengan apa yang dilihatnya, perempuan itu adalah Istri pertamanya. Nisa.
Mata Andra tak bisa beralih dari istrinya ini. Hatinya amat gembira, telah lama dia mencari sang istri untuk diajak kembali ke rumah mereka. Namun Nisa hilang bagaikan di telan bumi. Andra benar-bebar kehilangan jejak sang istri. Dan hari ini, tanpa di sangka, Nisa kembali di jumpainya. Andra bertekat akan membawa Nisa kembali dan mereka akan hidup seperti dulu lagi. Bahkan jika Nisa meminta dia untuk meninggalkan istri keduanya, akan dilakukan. Asalkan Nisa mau kembali bersamanya.
Andra menatap Nisa dengan berbinar, dia mendekati Nisa dengan langkah yang tergesa.
" Nisa... kemana saja kamu selama ini? " Tanyanya dengan haru dan ingin memegang tangan Nisa, Nisa buru-buru menjauhkan tangannya. Melihat itu, Andra menjadi tersadar, bahwa di pernah mengusir wanita ini dulunya.
Andra memandang wajah Nisa, perempuan itu tidak tersenyum sama sekali menatapnya. Hatinya menjadi pedih, entah kenapa, saat ini dia benar-benar merindukan wanita itu.
Dia ingat, dahulu wajah itu selalu tersenyum kepadanya, meskipun dia sedang dalam kesulitan.
" Sayang.. Ibu pergi dulu. " Kata Nisa sambil memeluk ketiga putranya.
" Bu.. apakah kita masih bisa ketemu? " Bisik elang.
" Tentu saja" Jawab Nisa sambil mencium kening putranya.
" Aku ingin mereka kembali padaku " Kata Nisa berdiri tanpa ekspresi di depan Andra.
" Tentu saja, kita akan kembali seperti dulu" Jawab Andra dengan tatapan sayu.
Jika dahulu, tatapan Andra itu mampu meluluhkan hatinya, membuat dia merasa berbunga-bunga, seolah-olah pria ini hanya tercipta untuknya.
Tapi saat ini pandangannya sangat berbeda.
Melihat itu Nisa tersenyum sinis, dia jijik membayangkan tubuh laki-laki itu telah bersama wanita lain, bagaimana mungkin mereka akan kembali bersama.
Nisa berlalu tanpa menjawab perkataan Andra.
" Sejak kapan Ibu menemui kalian? " Tanya Andra pada anak tertuanya.
" Seminggu setelah ayah mengusir Ibu. " Jawan Elang.
" Ibu mengantarkan makanan untuk kami hampir setiap hari"
"Kenapa kamu tidak memberi tahu Ayah? "
"Untuk apa? bukankah ayah menginginkan ibu pergi? "
Andra terdiam. " Ayah, kami masuk dulu. " kata Elang.
" Apa tak sebaiknya adikmu tinggal di rumah?" tanya Ayahnya.
" Tidak usah, lagi pula dia tidak mengganggu pelajaranku."
....
Nisa telah kembali ke kantornya, dia selalu datang lebih awal agar atasannya tidak merasa keberatan jika dia minta izin beberapa menit untuk menemui putra-putranya.
"Nisa, Pak Aditya memintamu untuk menemuinya sekarang." Kata Atasannya.
Mendengar itu Nisa menjadi takut, dia takut seandainya Direktur yang baru itu akan memarahinya karna dia sering keluar tidak pada jam Istirahat. Tapi dia tidak pernah tidak menyelesaikan tugasnya.
Dengan ragu-ragu dia hendak mengetuk pintu itu tapi tidak jadi karna tidak berani.
" Kenapa kau tidak masuk? " sebuah suara menyapanya dari belakang.
Nisa menoleh ke belakang, sosok tinggi, ramping dan tampan telah berdiri di belakangnya, kedua tangannya masuk ke dalam saku celananya.
Nisa sedikit gugup, ternyata Direktur muda itu telah berdiri di belakangnya.
"Masuk" katanya sambil membuka pintu dan masuk kedalam ruangan itu, Nisa terpaksa mengikutinya.
Nisa berdiri di depan meja Direktur tersebut, melihat itu Aditya menyuruhnya duduk.
"Duduk" katanya singkat.
Nisa langsung duduk karna komando itu. Wajahnya terlihat tegang, seolah-olah dia dapat menduga apa yang akan terjadi padanya.
" Apa kau tau, kenapa aku memanggilmu? " Tanya nya dengan suara Datar.
Nisa mengangguk. Aditya merasa heran.. bagai mana wanita ini mengetahui apa yang alasan dia memanggilnya.
"Apa? " Tanya Aditya lagi.
Karna aku sering keluar tidak pada jam istirahat untuk menemui putra-putraku dan Bapak akan memarahiku untuk itu, tapi aku selalu mengerjakan semua pekerjaanku tepat waktu kok Pak!" Katanya pelan membela diri.
Aditya kaget, dia sama sekali tidak tau kalau Nisa sering keluar menemui putra-putranya, tapi dia masih ingin terus menggali informasi untuk itu. Sebenarnya dia ingin menjadikan Nisa sebagai sekretarisnya karna dua ingin lebih dekat dengannya, terlebih selama dia disini, dia sering memperhatikan Nisa dapat menyelesaikan semua pekerjaannya, bahkan sering membantu kerja anggota timnya.
" Bisa aku tau apa alasannya? " Tanya Aditya lagi.
Nisa terdiam, dia tidak ingin orang lain mengetahui masalah keluarganya.
"Agar aku bisa mengambil tindakan yang tepat padamu. " kata Aditya.
Dengan ragu, dia bercerita.
"Suamiku mengusir ku demi perempuan lain, dan aku tidak boleh membawa ketiga putraku, Jadi.. aku menyempatkan diri mengunjunginya di waktu istirahatnya. tapi aku mohon, Bapak jangan memecatku, aku butuh pekerjaan ini agar aku bisa mendapatkan anak-anakku kembali " Katanya penuh harap.
Aditya sangat sedih mendengarnya, dia tidak menyangka Nisa akan mengalami nasib seperti ini.
Sepuluh tahun yang lalu, dia sering memperhatikan Nisa, tapi karna waktu itu dia tidak berani menyatakan perasaannya, akhirnya Nisa tidak mengetahui keberadaannya, setelah Nisa menikah, Akhirnya Aditya memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya di luar negri, setelah lulus, dia lebih memilih bekerja di sana, tapi Akhirnya dia harus pulang kembali ke Indonesia karna permohonan sang ayah yang sudah lelah mengurus perusahaan ini, dia terpaksa harus menggantikan ayahnya. Begitu kembali lagi ke perusahaan ini, dia bertemu kembali dengan Nisa, perasaannya kembali tumbuh, meskipun saat itu Nisa sedikit gendut tapi tak mengubah perasaanya. Bahkan sampai saat ini, Aditya belum menikah sama sekali.
" Baiklah, untuk membantumu, aku akan menjadikanmu sekretarisku" katanya masih dengan nada yang datar tanpa memperlihatkan ekspresi sedihnya sama sekali.
Mendengar itu Nisa tersenyum bahagia..
"Teima kasih banyak Pak.. " ucapnya hampir menangis. Tiba-tiba ekpresinya berubah, Aditya menatapnya heran.
"Ada apa lagi" Tanyanya.
"Apa aku masih boleh menemui anak-anakku?" tanyanya lagi.
" Tentu saja, bahkan aku akan berusaha agar anak-anakmu kembali padamu" kata Aditya.
Nisa hampir menangis mendengar itu, dan pamit keluar, begitu Nisa keluar, Aditya tersenyum bahagia..
Commentaire de paragraphe
La fonction de commentaire de paragraphe est maintenant disponible sur le Web ! Déplacez la souris sur n’importe quel paragraphe et cliquez sur l’icône pour ajouter votre commentaire.
De plus, vous pouvez toujours l’activer/désactiver dans les paramètres.
OK