Lenny berlari, kembali lagi ke belakang panggung. Siapa tau saja mendadak Reyhan menunggunya di sana. Tapi begitu sampai di back stage, sosok yang dicari juga tidak ditemukan!
Cowok itu benar-benar raib!
Bagaimana mungkin si badan gede itu hilang tanpa jejak?
Aduhh, lutut Lenny jadi lemas sekarang. Gak mungkin dia memutuskan pulang sendirian tanpa Reyhan. Bisa dikutuk tujuh tanjakan dia nanti sama Mami kalau melenyapkan 'calon menantu idaman sejagad raya'. Dan sekarang gadis itu juga gak punya handphone buat menghubungi Reyhan, atau minimal menghubungi orang dirumahnya. Dan lebih parahnya, cewek itu juga gak hafal nomor handphone siapapun mahluk di muka bumi ini. Jadi percuma juga kalau mau minjam hape orang untuk sekedar numpang nelfon.
"Duh, gimana ya?" Lenny mulai berbicara sendiri. Tanpa sadar gadis itu menggigit kuku ibu jarinya , "Apa mungkin dia nunggu di parkiran kalik ya?"
Tanpa berfikir panjang, gadis itu segera berjalan cepat ke arah parkiran, membelah keramaian manusia yang semakin malam semakin memenuhi areal lapangan. Susah payah Lenny melewati kerumunan orang-orang ini.
Ditengah kesusahannya itu, sesuatu yang buruk tiba-tiba terjadi.
Mendadak kampung ini dilanda mati listrik alias listrik padam atau yang lebih populer dikenal sebagai peristiwa mati lampu!
Malam minggu ini memang tidak ada hujan, namun tidak ada juga cahaya rembulan sehingga keadaan lapangan jadi gelap gulita, dan keadaan ini amat sangat di benci Lenny!
Ya, gadis itu sangat takut dengan kegelapan yang sangat gelap tanpa sumber cahaya sedikitpun. Lenny trauma karena ketika masih kecil, dia pernah dikejar orang gila sampai bersembunyi digudang yang sangat gelap dan sesak selama berjam jam. Dan kejadian buruk itu amat sangat membekas dibenaknya sehingga sampai sekarang ketika mau tidur saja, dia tetap akan menyalakan lampu tidur, tidak mau gelap-gelapan sama sekali.
Biasanya ketika listrik padam begini, gadis itu akan secepat kilat menyalakan flash di handphonenya, tapi lagi-lagi hape itu hanya tinggal kenangan sekarang. In memoriam.
Perasaan takut mulai menyelimuti hati Lenny. Kenangan buruk itu, semua kejadian mengerikan itu.. sekarang mulai masuk ke dalam pikirannya! Wajah orang gila yang dulu mengejarnya.. keadaannya yang sendirian.. bahkan ruang gudang yang gelap itu terlalu riil untuk menghantui dirinya. Gadis itu mulai menutup mukanya sendiri dengan kedua telapak tangan dan menangis sesenggukan. Perasaannya sangat kacau sekarang.
Semua ini sangat buruk! Tidak... dia sangat takut! Tidak!
Otaknya tiba-tiba saja merefresh secara lengkap kejadian masa itu.. membuat dadanya sesak.
Badan Lenny bergetar sekarang! Hatinya berharap semua ini akan segera berakhir. Dia hanya butuh bertahan sedikit saja, sedikit lagi. Tapi gadis itu benar-benar tidak bisa!
Dia terus saja menangis tanpa henti. Bahkan ketika ada seseorang tiba-tiba datang dan mendekapnya dengan sangat erat.
Masih dalam posisi menutupi wajahnya, Lenny tidak tau siapa gerangan yang mendadak memeluknya ditempat seperti ini. Tapi dari aroma tubuhnya yang begitu wangi, dia sudah tidak asing lagi. Aroma khas yang biasanya dari jarak berapapun tanpa melihat face to face dia bisa memastikan siapa orangnya.
"Elo gakpapa?" tanyanya dengan nada khawatir, masih mendekap erat. Lenny menggeleng, apanya yang gakpapa? Dia masih sangat takut sekarang!
"Gu..e.. ta..kut.." kata Lenny terbata disela tangisannya. Pelukan itu semakin menguat diantara mereka.
"Jangan takut, kan ada gue! Coba buka dulu tangannya, liat muka gue.."
"Gak!" Kata Lenny cepat. Dia masih membenamkan wajahnya ditelapak tangan sendiri.
"Coba dulu lihat.."
"Gak mau!" Lenny masih kekeh menutup wajahnya sambil menangis.
"Gimana kalo gue ini ternyata orang jahat yang lagi curi-curi kesempatan?"
"Emang lo tukang memanfaatkan kesempatan, gue udah tau!"
"Emangnya elo tau gue siapa?" tanyanya lagi, kali ini sambil menahan tawa. Lenny ini, lagi nangis aja masih sempet-sempetnya ngatain orang.
"Reyhan Deandra! Udahlah gak usah ngeledekin gue!" Lagi-lagi gadis itu menangis sesenggukan. Nafasnya naik turun gak karuan. Reyhan jadi iba ngeliatnya. Lebih iba lagi karena sekarang gadis itu melepaskan tangannya dan membenamkan wajahnya di dalam dada Reyhan. Maksudnya, cowok itu iba sama kausnya yang seharga motor ini, harus kena air mata dan ingus Lenny. Hadeh.. rugi bandar!
"Oke.." Reyhan mengusap-usap punggung gadis dipelukannya, mencoba menenangkan. "Coba buka mata lo sebentar aja. Gue janji lo gak bakalan takut!"
"Elo kan penipu!"
"Suer, kali ini gue gak nipu! Kalo gue bohong, biar Bambang di rumah kesedak biji salak sekarang!" kata Reyhan meyakinkan. Cari aman banget dia, masa yang jadi korban si Bambang.
"Beneran?"
"Bener!" Cowok itu mulai memberi aba-aba, "Satu.. dua.. tiga!"
Lenny segera mengangkat wajah dan membuka matanya perlahan. Diluar prediksi apa yang menjadi pemandangan sekarang sangat mengagumkan.
Indah, sungguh indah!
Semua orang saat ini sedang menyalakan kembang api berjamaah. Mereka mengangkat kembang api itu tinggi tinggi.
CIU...
DUAR! DUAR! DUAR!!
Sekarang kembang api cantik yang sangat banyak melayang ke udara secara bersamaan, menghiasi langit malam yang gelap dengan cahayanya. Persis, seperti malam tahun baru.
Lenny terkesima. Ternyata cowok dihadapannya saat ini betulan sedang tidak berbohong. Apa yang dia lihat setelah langit gelap gulita amatlah cantik, sehingga mampu membiusnya. Tangis itu mereda dan berubah menjadi sebuah senyuman.
"Pesta kembang api!" desisnya. Reyhan mengangguk.
"Lo udah gak takut kan?"
"Enggak!" kata Lenny cepat, sambil tersenyum.
Kini mereka berdua tanpa sadar masih dalam posisi berpelukan dibawah langit malam yang bertaburkan kembang api, udah macam dalam drama-drama Korea. Mereka berdua sangat menikmati pemandangan ini, pemandangan yang jarang disaksikan karena selama ini mereka masing-masing terlalu sibuk berkarir, sampai lupa cara menikmati hidup.
"Elo tadi ngilang kemana? Gue panik nyariin lo.." tanya Lenny dengan wajah gusar. Dari sorot matanya bisa dipastiian bahwa dia tidak sedang bercada.
"Sorry, gue nyari bunga buat lo soalnya penampilan lo tadi keren banget, gue bangga!" Tanpa sadar Reyhan memuji gadis itu. Padahal cowok itu kan anti menunjukkan kekaguman pada hal apapun.
"Terus mana bunganya?"
"Tuh.." Cowok itu memberi isyarat melirik ke sebelah kiri mereka. Tampak sebuah bunga mawar merah lengkap dengan tanah dan pot nya tergeletak disana.
"Sama pot nya?" Lenny mengerutkan dahi. Apa-apaan sih, dia kirain bunga bucket kayak yang ditivi tivi. Ternyata meleset prediksinya.
"Iyalah, itu ada filosofinya. Bunga dalam pot maksudnya biar bisa hidup terus, bisa lo rawat dan dibesarkan seperti anak sendiri. Kalau yang bucket abis layu dibuang dong. Gue sih anti mainstream!" kata Reyhan ngeles. Bisaan aja tuh dia padahal dari tadi udah muter-muterin lapangan gak nemu yang jual bucket bunga segar, adanya bunga dalam pot. Yaudah dibeli aja, daripada tidak sama sekali kan?
"Uh.. so sawit!" kata Lenny gemes.
"So sweet kalik!" Reyhan buru-buru meralat. "Btw maafin gue ya, udah bikin lo panik dan nangis ketakutan sendirian"
Lagi, suatu kejadian langka seorang Reyhan Deandra minta maaf duluan. Cowok itu demi apapun punya gengsi setinggi langit. Tapi sepertinya sekarang dia sedang mabok deh.
Lenny mengangguk. Sekarang, mendadak listrik menyala kembali dan seluruh lapangan terang benderang. Buru-buru Lenny melepaskan pelukannya karena sudah tidak takut.
"Kalo gitu sekarang kita naik wahana!"
"Oke!"
Mereka berdua segera bergegas mengelilingi lapangan. Melihat-lihat beberapa wahana permainan yang sudah mulai dibuka. Ada bianglala, kora-kora, komedi putar, tong setan, rumah hantu, rumah balon, ombak banyu, lempar gelang, lempar bola, dan sebagainya. Banyak sekali.
"Lempar gelang deh!" kata Lenny akhirnya. Reyhan menurut saja dan membuntuti wanita itu menuju ke wahana ketangkasan lempar gelang. Cara mainnya adalah mereka harus melemparkan gelang ke dalam gelas yang telah diberi nomor untuk mendapatkan hadiah. Hadiah itu bervariasi mulai dari kipas angin, dispenser, boneka, mie instan, dan sebagainya.
"Kita mulai ya.." Kata Reyhan mulai berancang-ancang memberi aba-aba, "Tiga.. dua.. satu!"
SWING!
Mereka mulai melempar-lemparkan gelang itu ke dalam gelas sesuai dengan hadiah yang diinginkan. Tapi ini sungguh sulit, tidak semudah yang dibayangkan. Gelang itu selalu saja tidak masuk. Reyhan jadi geregetan sendiri.
"Bang, beli lagi gelangnya!" cowok itu mengeluarkan lembaran uang seratus ribu, di borong semua.
"Buset, ngapain lo beli banyak bener?" Lenny tercengang, "Kita kan mau main yang lain!"
"Psttt, diem lu!" cowok itu kembali fokus dan melempar-lemparkan si gelang kembali. Bukan Reyhan namanya jika menerima kekalahan. Dia harus menang dalam permainan apapun termasuk mainan murah ini.
Dan swing!
Kali ini gelangnya berhasil masik ke dalam gelas bernomor undian 11. Wah dapat apaan ya?
"Selamat mas mendapatkan sebiji mie instan!" kata abang yang jual.
"Hahahahaha, mahal amat ni mie instan!" cibir Lenny. Padahal cewek itu sendiri gak dapat apa-apa.
Reyhan pantang menyerah. Cowok itu kembali melemparkan gelang-gelang yang telah dibelinya.
Swing!
Kali ini gelang itu berhasil masuk ke dalam gelas nomor 7.
"Kali ini dapat boneka mas!" si Abang menurunkan sebuah boneka beruang berwarna cokelat berukuran sedang. Reyhan tersenyum girang, akhirnya dapat juga hadiah yang agak keren dikit.
"Nih buat elo!" cowok itu segera melakukan adegan serah terima boneka. Lenny tersenyum kikuk menerimanya.
"Thanks!"
Puas dengan wahana ketangkasan, mereka berdua lanjut menaiki wahana berbeda, kali ini yang dipilih adalah bianglala. Bianglala atau yang biasa juga dikenal dengan kincir angin ini termasuk masterpiece pasar malam. Hampir selalu ada disetiap pasar malam di daerah manapun.
Sekarang keduanya sudah menukar karcis dan mulai memasuki gondola. Bianglala mulai berputar dengan pelan, semakin menanjak tinggi. Dan dari ketinggian ini, mereka bisa menyaksikan kelap kelip lampu dan keramaian pasar malam.
"Kita foto yuk!" ajak Reyhan. Cowok itu mulai mengeluarkan ponselnya dan berpindah posisi duduk, ke sebelah cewek itu.
"Eh.. lo duduk disitu aja, nanti gak imbang nih gondola kita!"
"Bentar doang!"
cekrek! cekrek!
cowok itu langsung saja mengambil gambar sambil tersenyum lebar, dengan background keramaian pasar malam diketinggian, cantik sekali.
Puas naik bianglala, Lenny menantang Reyhan untuk naik ombak banyu. Ombak banyu adalah wahana permainan yang sangat seru karena kita akan dibawa untuk merasakan sensasi seperti terombang ambing dalam kapal yang tersapu ombak. Kalau gak kuat, kita bisa merasakan pusing dan mual.
Bersama-sama dengan masyarakat lain, mereka mulai duduk dan berpegangan di wahana ombak banyu. Operator mulai menyalakan mesin dan permainan tersebut mulai bergerak.
Awalnya wahana ombak banyu bergerak pelan. Lenny dan Reyhan sih masih bisa santai. Tapi lama kelamaan, ombak yang dihasilkan semakin kencang. Mereka jadi berpegangan erat-erat. Suara teriakan penumpang yang lain mulai terdengar.
"HUAAAAA!!!"
"WAAAAAA!!"
Lenny ikut-ikutan menjerit. Sekarang gadis itu mulai merasakan mual akibat kencangnya ayunan ombak banyu. Tapi gimana dong, dia sendiri tadi yang nantang Reyhan, masa nyerah gitu aja?
Rasa mual gadis itu sudah sampai di ulu hati. Sekarang keringat dinginnya juga mulai keluar dan tubuhnya bergetar.
Haduh, jangan sampai kalah! Batin gadis itu.
Dan dewi fortuna sepertinya memang masih menyelamatkan harga kesombongan Lenny karena permainan segera berakhir. Mereka semua turun dari ombak banyu. Ada warga yang langsung muntah-muntah, ada yang ngeluh pusing, ada juga yang tertawa bahagia, seperti Reyhan contohnya.
"Ah kayak ginian doang sih kecil!" kata Reyhan sambil cengengesan. Cowok itu gak peka, bahwa gadis disebelahnya sudah terpucat-pucat. Namun dia tetap berusaha berdiri tegap agar terlihat baik-baik saja, pantang mundur!
"Gimana kalau kita naik itu?" Reyhan menunjuk ke arah wahana kora-kora.
Lenny mulai panik. Kora-kora itu cukup besar dan bisa memuat banyak orang, se erte juga cukup kayaknya. Terakhir kali dia naik kora-kora pas jaman SMA dulu, cewek itu muntah dan sakit tiga hari. Gak kuat dengan ayunannya yang lebih kencang dari ombak banyu.
"Eng.. kayaknya kita mendingan nonton tong setan aja deh!" cewek itu berkilah. Reyhan memicingkan matanya.
"Kenapa? Lo takut ya?"
"Eh.. enak aja! Gue berani!" Gadis itu masih bisa sesumbar. "Ya udah ayok kalo gitu!"
Dengan langkah cepat, Lenny berjalan di depan Reyhan. Mereka berdua kemudian naik di bagian kora-kora paling ujung dan duduk bersebelahan. Kata orang, ini posisi paling ekstrem karena tempat yang akan paling dahsyat merasakan ayunan kora-kora itu sendiri.
Sekarang kora-kora itu mulai berayun. Seperti wahana permainan lain, awalnya ayunan itu bergerak pelan. Tapi lama kelamaan semakin kencang dan kencang! Lenny sampai menutup matanya dalam-dalam karena ngeri dengan kekencangan kora-kora ini. Dia juga tanpa sadar memeluk lengan Reyhan kuat-kuat.
Disebelahnya, Reyhan sebetulnya sedang asik ikut-ikutan berteriak seperti penumpang lain akibat merasakan sensasi kora-kora. Tapi dia kali ini sadar cengkraman tangan Lenny itu bergetar. Pasti ada yang sedang gak beres dengan gadis ini.
"Stop stop bang!" Cowok itu buru-buru memberikan isyarat berhenti pada petugas. Permainan pun dihentikan. Reyhan segera berdiri dan menggandeng Lenny untuk turun. Gadis itu sudah berjalan sempoyongan.
Dan benar saja.
Baru beberapa detik turun, sekarang Lenny sudah muntah-muntah. Dia sudah tidak kuat lagi menahan rasa mual ini terlalu lama. Buru-buru Reyhan memberikannya air mineral setelah adegan muntah itu selesai. Sekarang Lenny terkulai lemas di atas rumput.
"Kita pulang aja ya?" ajak Reyhan yang gak tega. Gara-gara dia juga nih jadi begini.
"Nggak.." Lenny mengeleng lemas, "Gue belom nonton tong setan.."
"Dasar gila! Udah kayak gini masih mau nonton tong setan? Lo ini gak sayang sama diri sendiri ya?" Sekarang dia marah, meninggikan nada bicaranya. "Kita pulang sekarang!"
"Tapi Rey.."
"Ayo buruan naik, gue gendong!"
Lenny akhirnya menurut dan naik ke punggung cowok itu. Dengan sigap, Reyhan segera berdiri dan berjalan menuju ke arah parkiran. Kini, semua mata pengunjung tertuju ke arah mereka berdua. Pasangan ini dinilai amat sangat romantis sampai harus gendong-gendongan di tempat ramai.
"Suit suit.."
"Wah asiknya gendong-gendongan!"
"Bener ya kalo lagi jatuh cinta, dunia serasa milik berdua!"
"Wah tapi awas jangan cuma berduaan, nenek bilang itu berbahaya!"
Dan masih banyak lagi celetukan-celetukan lain yang mereka terima. Tapi bukan Reyhan namanya kalo gak kebal. Cowok itu sebodo teuing sama omongan orang, toh dia gak kenal. Yang malu itu Lenny. Gadis itu sampai menyembunyikan wajahnya dileher belakang Reyhan. Hujatan netijen aja dia gak kuat, apalagi yang terang-terangan begini.
"Santai aja, elo kan udah biasa dihujat!" goda Reyhan. Lenny yang kesal mendengar itu langsung mencubit lengannya.
"Hahaha emang bener kan? Lo bilang waktu itu nyaris gantung diri dipohon cabe tetangga?" Dia coba mengingat-ingat kejadian Lenny mengadu diruangannya tempo hari, "Dasar lemah!"
"Lo ngomongin gue sekali lagi, gue cekik juga ni leher!" ancam Lenny. Dia langsung saja mengeratkan kedua lengannya di leher Reyhan.
"Wow wow, ampun!"
Cowok itu terkekeh geli. Ini adalah malam minggu pertama mereka sebagai sepasang calon suami istri. Malam minggu yang tak pernah terbayangkan sebelumnya akan berjalan seperti ini. Sangat sederhana, tapi juga sangat menyenangkan. Satu hal yang saat ini Reyhan tau, ternyata dengan cara yang murah sekalipun, bahagia itu bisa didapatkan.
Terimakasih Jambi atas segala kenangan ini.
***
Ini chap pengganti hari Jumat.
Terimakasih semua :) Happy reading! :)