Télécharger l’application
4.16% Katerina / Chapter 2: Three Blind Mice

Chapitre 2: Three Blind Mice

"Jangan mengejekku…" Katerina mencubit pipi Rio dengan tampang pura-pura marah. "Mengajar adalah pilihanku sejak lama. Sementara aku memang cuma mengajar 4 kelas, tapi rasanya cukup menyenangkan…"

"Kuharap saja begitu. Ingat, kan kalau kamu ini pembosan? Sebentar coba yang ini..lain hari coba yang itu… Aku ragu kalau kamu bisa bertahan lebih dari bulan ini saja."

"You should`ve known me better, Rio…" Katerina merengut. Ia lalu diam sambil menghabiskan spaghettinya.

Rio tersenyum lembut dan mengacak-acak rambut Katerina. Ia tidak berkata apa-apa untuk meminta maaf atau pun membujuk gadis itu hingga Katerina terus cemberut sampai selesai makan siang. Ia sedih dan kesal memikirkan bahwa pria ini tak mau mengerti dirinya.

Mereka berpisah setelah selesai makan siang. Rio harus kembali bekerja dan Katerina pulang.

"Kutelepon nanti malam…" ujar Rio sebelum pergi. Katerina mengangguk acuh. Sebenarnya ia sedih sekali, banyak yang ingin diceritakannya pada Rio tetapi pemuda itu tidak bersikap sebagai pendengar yang baik.

***

Hari Rabu pagi itu Katerina bangun terlambat hingga ia tak sempat sarapan. Tergesa-gesa sekali ia berangkat ke sekolah dengan menyambar dua lapis roti coklat dan susu panas dalam termos kecil dimasukkan ke tasnya.

Hari Rabu ini ia mengajar seharian penuh dan.. oh.. buku pelajarannya ketinggalan di rumah.

Katerina panik sekali…

Hari-harinya mengajar baru dimulai tapi ia sudah berbuat seceroboh itu. Tergopoh-gopoh ia memeriksa isi tasnya mencari bahan pelajaran yang lain. Woops…hanya ada buku lagu anak-anak dan tiga buah kaset klasik…

"Pak Usman…di sekolah ada gitar nggak?" tanya Katerina tergopoh-gopoh menghampiri pesuruh sekolah. Aduuh…belnya sudah berbunyi…!

"Ada, Bu… tapi di ruang kesenian…dan kuncinya dipegang oleh Pak Ricky," jawab Pak Usman. Katerina telah melesat ke aula. Ia lega melihat piano tua itu masih ada di sana.

Dengan semangat Katerina masuk ke kelas 1C. Hari pertama kalinya ia mengajar mereka dan anak-anak yang ribut itu tiba-tiba terdiam melihat seorang gadis muda yang tergopoh-gopoh datang ke kelas mereka.

Apakah ini guru Bahasa Inggris mereka yang baru itu?

"Hallo semuanya, good morning all… I'm your new English teacher." Ia mengipas-ngipas peluh yang menetes di wajahnya baru kemudian bicara lagi. "Hari ini kita akan belajar di aula."

Murid-muridnya saling pandang keheranan.

"Ayo bawa barang-barang kalian yang berharga dan alat tulis yang diperlukan."

Ragu-ragu mereka berjalan keluar mengikuti Katerina masuk ke dalam aula. Di sana Katerina menyuruh mereka duduk sesukanya di dekat piano.

"Hari ini saya terlambat bangun dan tidak sempat sarapan. Bolehkah saya makan sekarang..?"

Mereka lagi-lagi saling pandang heran.

"Boleh tidak? Sementara itu saya akan mengabsen kalian. Ketua kelasnya mana?"

"Er.. saya…" Seorang anak perempuan maju menyerahkan buku daftar absen pada Katerina.

"Wah, senangnya melihat KM yang cantik ini. Nama kamu siapa?" tanya Katerina, meletakkan tasnya di meja lalu mengeluarkan dua lapis rotinya beralaskan kertas putih.

"Nama saya Ita, Bu…"

"Baiklah…saya akan mulai mengabsen.. Adrian?"

Seorang anak lelaki mengacungkan tangan. Katerina melahap rotinya lalu mengangguk. "Ananha…"

"Hadir, Bu…"

"Bihi…"

Suara-suara tawa mulai terdengar pelan dan semakin lama semakin keras. Katerina sadar bahwa ucapannya terdengar aneh dengan roti memenuhi mulutnya. Cepat ia habiskan rotinya lalu mengabsen dengan benar.

"Ehm..Ananda..!"

"Hadir, Bu…."

"Billy…!"

"Hadir, Bu."

"Bonnie..!"

"Hadir, Bu."

Setelah selesai mengabsen barulah ia meneruskan sarapannya. Menuangkan susu panas ke cangkir lalu minum dengan nikmat. Aah… kenyang…!

"Baiklah! Setelah sarapan Ibu jadi bersemangat. Maaf tidak bisa berbagi karena Ibu cuma bawa sedikit, lain kali kalian bawa sendiri saja… Hm, hari ini kita akan belajar sebuah lagu dalam bahasa Inggris, judulnya adalah Three Blind Mice. Kalian catat teks-nya dulu…"

Terdengar suara ribut kertas-kertas bergesekan lalu kotak pensil yang dibuka lalu ditutup. Murid-muridnya siap mencatat.

Three Blind Mice Three Blind Mice

See how they run see how they run

They`re all running after the farmer`s wife

Who cut off their tails with a carving knife

Did you ever see such a sight in your life

As the three blind mice

Setelah murid-muridnya selesai mencatat, Katerina duduk di bangku piano dan mulai mengajarkan nadanya sambil memainkan musik. Lambat-lambat dulu, kemudian dipercepat. Murid-muridnya tampak gembira sekali menyanyikan lagu lucu itu. Mereka mengulang lagu itu beberapa kali dengan bersemangat.

"Good. Sekarang kita akan belajar berbicara dalam bahasa Inggris dan tema kita hari ini adalah music." Katerina memandangi mereka semua dengan wajah tersenyum lebar. "Kita duduk melingkar dan secara bergiliran semua orang mengatakan satu kalimat tentang music."

Mereka nampak sangat gelisah. Katerina mengerti bahwa mereka sebelumnya tidak dibiasakan untuk berbicara dalam bahasa Inggris dan semua takut berbuat kesalahan.

"Jangan takut salah, kita di sini sama-sama belajar dan saling membantu. Baik, kalimat pertama datang dari saya… My favorite music is classical music.."

Anak di sebelahnya ragu-ragu sebentar. "Er.. my favorite music is… alternative.."

"I don`t like music. I like reading."

"Music is the source of art."

"Without music, we will become lonely…"

Kalimat demi kalimat terus bergulir dan semakin berkembang hingga akhirnya Katerina bisa mendengar mereka membicarakan musik dengan bebas walau pun dengan perbendaharaan kata yang terbatas.

"You guys are all wonderfull."

Katerina melakukan hal yang sama pada murid-murid kelas 1A. Ia kembali mengajarkan lagu yang sama dan kelas menjadi semarak. Tak ada anak yang tak suka bernyanyi, semuanya dengan semangat mengikuti musik dan bernyanyi riang.

Waktu istirahat tiba, guru-guru yang lain banyak bertanya mengapa Katerina mengajak murid-muridnya bernyanyi. Gadis itu hanya bisa tersenyum dan menjawab bahwa itu bagian dari praktek mengajarnya.

Tidak semua menyukai hal tersebut. Beberapa guru bahasa Inggris senior menegur cara mengajarnya yang tidak lazim itu dan memberitahunya cara mengajar yang benar.

"Kamu nggak dapat pendidikan cara mengajar di jurusan kamu makanya kamu nggak ngerti bagaimana cara mengajar yang benar." kata Bu Rita tegas. "Murid-murid itu harus digembleng dengan tata bahasa yang dalam. Mengajar mereka dengan lagu akan membuat mereka meremehkan bahasa Inggris dan kelas kamu akan berubah jadi tempat main-main."

Katerina hanya diam. Baginya tak penting bagaimana caranya, ia hanya ingin murid-muridnya mencintai bahasa Inggris dan tidak merasa terpaksa mengikuti pelajarannya. Tata bahasa yang baik tak akan berguna bila tak pernah digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

"Satu tips dari saya untuk menjadi guru yang baik," kata Bu Nani tidak mau kalah, "Kamu harus bisa menguasai kelas. Jangan biarkan murid memandang remeh kamu. Dalam pelajaran kita harus kelihatan tahu segalanya, kalau pun nggak tahu, ya, pura-pura tahu saja…"

Berarti berbohong, pikir Katerina sedih. Menurutnya tak apa-apa bila ia tak mengerti satu dua hal, toh ia masih manusia biasa. Ia tak akan menutup-nutupi segala kekurangannya. Ia sudah berjanji kepada dirinya sendiri. Ia akan berusaha menjadi guru yang terbaik, tapi ia tak akan berbohong untuk itu.

Fiuuh… berat juga hari ini karena ia mengajar penuh dari pagi sampai siang. Semua murid menyukai metode mengajarnya. Yang terakhir adalah kelas 2C yang diklaim sebagai biang masalah itu…

"Hallo, students… good afternoon." Katerina membaca daftar absen dan melihat tiga orang bolos hari ini. "Would you care to go with me to the school hall? We will have our lesson there."

Mereka semua senang karena bisa keluar dari kelas yang membosankan itu menuju aula. Di sana Katerina kembali menyuruh mereka mencatat lagu Three Blind Mice.

"What are we going to do with it?" Michael tiba-tiba berdiri dengan angkuh melihat Katerina duduk di bangku piano.

"Have you finished writing?" tanya Katerina tenang.

"Yes, I have fast hands."

"Well, we are going to sing. After everybody finish writing we can all learn the tune."

"This is not kindergarten! You`re bad in teaching, you know. I expect a real English teacher should do better than this…" Michael melengos lalu berjalan keluar dari bangkunya menuju pintu.

Kata-katanya barusan sungguh menempelak Katerina tetapi gadis itu berusaha terlihat baik-baik saja. Dalam hati ia menangis, berpikir bahwa cara mengajarnya memang buruk. Seorang murid telah meremehkannya…dan itu berarti ia telah gagal menguasai kelas.

"Where are you going?" tanyanya melihat Michael hendak keluar dari pintu. "Michael!"

Anak laki-laki berambut coklat itu terkejut. Ia menghentikan langkahnya dan berbalik dengan wajah heran.

"I`m leaving… I thought… you would tell me to get out of the class… So I'm leaving…" jawabnya ragu-ragu.

"Well, I have no slightest intention to send you out from this class. I appreciate your opinion about my teaching… Maybe you could help? Help me to be a better teacher…?"

Wajah Michael tampak berubah. Ia berjalan kembali ke bangkunya lalu duduk dengan baik. Pura-pura tidak pernah terjadi apa-apa.

"OK. We will sing a song entitled Three Blind Mice…" Ia melayangkan pandang sekeliling dan mendapati bahwa semua muridnya tampak tertarik. "This is a funny song. Is there anyone here could tell us the story?"

Seseorang mengacungkan tangan perlahan-lahan…

Michael berdiri dan bicara dengan lambat-lambat. "Ceritanya ada tiga tikus buta yang dipotong ekornya oleh istri petani... Mereka marah dan mengejar-ngejarnya. Yang lucu adalah karena buta mereka mengejarnya kocar-kacir…"

"Well, that`s very good. Bagus sekali." Katerina tersenyum gembira. "Ceritanya adalah tentang balas dendam. Karena dipotong ekornya tikus-tikus itu mengejar istri petani untuk membalas dendam. Menurut Ibu, balas dendam itu tidak baik."

Seorang murid mengacungkan tangannya.

"Kalo kita dipukuli orang, kita berhak dong memukul dia balik," katanya. Anak-anak lain mengangguk setuju.

"Mungkin benar, tapi kita akan menjadi sama buruknya dengan dia sendiri…" Katerina melihat mereka mulai ribut. "Siapa di sini yang suka berkelahi?"

Tak ada yang mengangkat tangan tapi dari ekspresi mereka bisa dipastikan bahwa dari kelas itu banyak yang sering terlibat perkelahian.

"Kalian selalu bisa mencari penyelesaian dengan cara lain daripada berkelahi. Coba, kalau berkelahi, apa yang kalian dapat? Luka-luka… kerugian ada di pihak kalian juga, belum lagi kerusakan lain…" Ia menghela nafas. "Kalau kalian diserang dan terjadi masalah segera laporkan pada guru biar nanti polisi yang menyelesaikannya. Itu lebih baik daripada berkelahi…"

Mereka semua diam.

Katerina akhirnya mengambil inisiatif untuk memimpin kelas itu bernyanyi kembali. Suasana pun kembali menjadi ceria. Katerina gembira karena semua murid senang diajar olehnya. Ia berpikir untuk sering-sering mengajarkan lagu kepada mereka.


Load failed, please RETRY

État de l’alimentation hebdomadaire

Rank -- Classement Power Stone
Stone -- Power stone

Chapitres de déverrouillage par lots

Table des matières

Options d'affichage

Arrière-plan

Police

Taille

Commentaires sur les chapitres

Écrire un avis État de lecture: C2
Échec de la publication. Veuillez réessayer
  • Qualité de l’écriture
  • Stabilité des mises à jour
  • Développement de l’histoire
  • Conception des personnages
  • Contexte du monde

Le score total 0.0

Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
Votez avec Power Stone
Rank NO.-- Classement de puissance
Stone -- Pierre de Pouvoir
signaler du contenu inapproprié
Astuce d’erreur

Signaler un abus

Commentaires de paragraphe

Connectez-vous