Usai pembicaraan mereka dengan Sabrina, akhirnya kedua kakak adik itu tahu kalau sebenarnya selama ini Sabrina membuat musuh mereka, mengira kalau dia-lah kunci jawabannya. Padahal fakta lain menunjuk pada suatu hal yang tidak terduga.
Irfan menatap dirinya dalam cermin, tiba-tiba kepalanya menjadi penat dan terasa pening. "Ah... apa yang terjadi denganku." Ucap Irfan ketika ada darah kental yang mengalir keluar dari hidungnya.
"Irfan..." Pekik Putri histeris, melihat suaminya dengan hidung berdarah.
"Kamu kenapa?" Putri mengambil tisu yang berada di meja riasnya. Dengan cepat ia menyeka darah pada hidung Irfan, menunjukkan rasa kekhawatiran yang berlebihan. "Apa hari ini kita ke dokter saja, dan tidak perlu menghadiri acara..."
Jangan lupa untuk dukung Author ya...
Terimakasih untuk para pembaca yang masih setia membaca hingga bab ini
Jangan lupa dukung dengan...
1. Power Stone
2. Rate bab ini
3. Berikan Review, untuk mengapresiasi karya saya :)
4. Comment bab ini
Dan Share novel ini pada teman dan keluarga yaa.. hehe
big love dan big hug from me