Chapitre 119: Ketika Harapan Mulai Sirna

"Terimakasih Bi Riri."

Bi Riri tersenyum sopan, dan meninggalkan Putri diruang makan sendiri saja, rasanya Putri sudah kembali pada dunia yang berbeda. Hanya sendiri, dan tidak ada yang menemaninya.

"Aku harus sudah terbiasa dengan hal ini, Putri kau harus bangkit! Kau tidak bisa selamanya seperti ini!" Ia mencoba menyemangati dirinya sendiri.

"Pagi... Putri."

Sapa seorang pria dengan suaranya yang nyaring, membuat Putri tersedak dengan teh hangatnya. Untung saja tidak mengenai kemeja kerjanya, jika iya dia harus mengumpat pada si pemilik suara yang menjadi sumber penyebab.

"Steve! Kamu ngapain pagi-pagi sudah datang mengganggu saja." Protes Putri. Tapi dia tidak bisa menahan senyumannya, karena dia tahu kalau Steve memang senang berkelakar.

"Pagi Putri cantik. Jangan marah-marah dong. Nanti cantiknya hilang loh." Ledek Steve, dan menarik kursi kearah Putri. "Kan hari ini aku mau ikut rapat sama kamu, dengan para bapak-bapak tua itu."