Télécharger l’application
13.74% IHeart You / Chapter 52: Strategi

Chapitre 52: Strategi

Entah sudah berapa lama Putri duduk menatap semua laporan yang diberikan oleh Roy. Raja dan Rafa pun sibuk memainkan pulpen yang mereka lempar dan tangkap. Wira terlihat masih sibuk menatap handphone-nya (Membalas pesan dari Mega)

Sedangkan Rian, duduk di kursi yang dulu adalah milik ibunya, ruang kerja ibunya sangat luas untuk mereka berlima berkumpul. Di tempat inilah, mereka mulai diberikan tugas oleh kakak mereka Surya dan Roy.

Si kembar yang lebih cepat bosan, menyerah dengan sukarela. Dan menunjuk Putri untuk menggatikan posisi mereka, sedangkan Putri masih berpikir keras apa yang harus dia lakukan.

"Sial.." Ucap Raja sekarang menggenggam erat pulpennya. Rafa tampak sangat kecewa kakaknya tidak melempar balik kepadanya. "Apa mereka sudah gila, bagaimana caranya kita?" Ucapan Raja terpotong.

"Huh.. ternyata otakku lebih pintar darimu." Ejek Rafa, dan Raja memberikan senyumannya yang aneh. "Apa yang kamu pikirkan?" Tanya Rian penasaran.

Putri mulai mendongak dan menatap Rafa yang semakin memberikan senyumannya yang lebar. Wira masih sibuk dengan membalas pesan dari pacarnya.

"Bukankah kalian sadar, kalau kita butuh sesuatu yang segar. Sesuatu yang kekinian, produk makanan dan minuman kita memang memiliki kesan yang kuat untuk para customer loyal kita. Tapi bukannkah kita juga butuh new customer." Ucap Rafa menjelaskan.

Putri masih membawa laporan yang ada di tangannya, kemudian mendekati Rian. "Kak lihat ini." Ucap Putri menyodorkan laporan yang ada ditangannya.

"Aku rasa Ka Rafa ada benarnya. Contohnya produk makanan dan minuman ini, bukankah market-nya adalah usia anak-anak hingga dewasa? Tapi berdasarkan survey ini, penjualannya tidak sampai 60%." Putri menatap Rian yang masih berpikir berat.

"Bisakah langsung ke intinya." Ucap Raja melengos dengan kesal, "Kau ini, kadang aku bingung apa benar kita saudara kembar??" Sindir Rafa melihat Raja yang sudah mulai bosan dengan penjelasan panjang .

"Aku paham dengan ucapan Ka Rafa, saran Putri kita harus melakukan promosi ulang. Kita harus ke bagian humas dan marketing." Putri kini bersandar di tepi meja. "Selain itu, Putri juga ada ide." Putri mulai menggigit jarinya.

"Putri gak yakin apa Ka Surya atau Ka Roy setuju dengan ini?" Lanjut Putri dengan yakin. Dan sekarang semua tatapannya mengarah kepadanya.

***

Galeri Raja & Rafa

"Mba Vivi, boleh letakkan lukisan itu di area depan. Sepertinya akan lebih manis jika ada disana." Ucap Putri dengan sopan, Vivi tampaknya tidak begitu suka diperintah. Dan dengan terpaksa mengikuti perintah Putri.

Hari yang sangat sibuk untuk Putri dan saudara-saudaranya. Raja dan Rafa sudah mulai merapikan lantai dua dan tiga. Kali ini dua lantai diatas penuh dengan furniture kursi dan meja dengan bentuk yang unik.

Sangat sulit bagi mereka untuk meyakinkan Roy dan Surya, untuk mengeluarkan sedikit budget dengan apa yang akan mereka rencanakan. Dan pada akhirnya mereka bisa meyakinkan dan membujuk Surya dan Roy.

Raja dan Rafa beserta dengan beberapa pekerja laki-laki, sibuk dengan membawa sebuah lukisan yang amat besar, dengan ukuran dua kali empat meter. "Hati-hati." Ucap Raja sangat khawatir.

"Kalian tau lukisan ini kami kerjakan dengan semua tenaga yang kami miliki." Ucap Rafa kembali mengingat bagaimana tidak mereka hanya mengerjakan dalam waktu tiga hari. Itu pun karena Putri terus merengek-rengek untuk cepat di selesaikan.

Pekerja laki-laki itu meletakkan dengan hati-hati lukisan tersebut, menempatkan paling depan sehingga orang-orang yang lewat dapat dengan mudah melihatnya. Putri ikut keluar dengan penasaran, menatap puas hasil karya kakaknya.

Lukisan itu berwarna warni, Raja dan Rafa benar-benar bisa mengetahui apa yang dipikirkan oleh Putri dan menuangkan persis di lukisan mereka.

Beberapa produk makanan dan minuman (yang sebelumnya sudah mereka seleksi), berada di lukisan tersebut. Raja dan Rafa menggambarkan lukisan tersebut dengan sangat hidup, Putri amat yakin siapapun yang melihat lukisan tersebut akan langsung penasaran dan berkunjung di dalamnya.

Lantai dasar tidak berubah sama sekali, sedangkan lantai dua dan tiga berubah layaknya sebuah mini cafe. Dengan banyaknya hiasan yang unik dari mulai lampu, pajangan, kursi, dan meja. Putri sangat amat yakin dengan rencananya, pasti banyak yang akan datang berkunjung.

Handphonenya bergetar amat kuat, membuat Putri tersadar dari lamunannya yang masih menatap Lukisan tersebut.

"Halo?"

"Put, good news." Ucap Rian dengan semangat.

"Putri...." Suara linda terdengar, dan Putri yakin Linda merebut paksa handphone Rian. "Ya.." Jawab Putri.

"Putri.. gue udah ketemu sama Steve. Setelah merayu-rayu bokap untuk minta jadwal Steve. Akhirnya.." Suara Linda lebih bersemangat lagi. "Jadi??" Tanya Putri dengan amat penasaran, jantungnya mulai berdegup dengan kencang.

Bagaimana tidak, semua kuncinya ada di Steve. Putri sangat berharap Steve bisa diajak untuk bekerja sama. Hanya saja, Surya dan Roy tidak mau mengeluarkan anggaran lebih. Putri sempat ragu, apakah Steve mau diajak untuk melakukan barter benefit.

"Dia mau Put, dengan penawaran yang kita berikan. Seperti yang kamu bilang Put selama dua tahun dia akan menjadi model iklan di setiap produk perusahaan kamu Put." Linda melanjutkan penjelasannya. Terdengar Putri bersorak riang, bahkan hampir saja handphonenya terlepas dari tangannya.

"OK Linda, thank you ya. Gue mau hubungin Ka Wira dulu." Ucap Putri masih dengan senang. Putri bergegas menelpon kakaknya, yang kali ini Wira berada di toko bunga milik Mega.

"Halo Ka Wira." Ucap Putri dengan semangat,

"Ya Put?" Wira terlihat bingung dengan suara Putri yang nyaring, "Steve, dia setuju kak." Putri menyeringai dengan lebar, orang-orang yang berjalan di depan galeri menatapnya dengan aneh.

"Seriusan? Wouww.. I'm happy to hear. Disini juga sudah hampir rapi, aku rasa besok Steve sudah bisa untuk mulai disini." Ujar Wira yang tidak kalah senangnya dengan Putri.

Putri benar-benar sangat kegirangan, bagaimana tidak. Putri dan kakak laki-lakinya, mencoba untuk membuat konsep yang kekinian, berharap sosial media bisa lebih efektif ketimbang dengan iklan yang jauh lebih memakan biaya.

***

Hari berikutnya lebih menyenangkan, Linda benar-benar tidak bisa melepaskan pandangannya dari Steve, pria tinggi dengan postur proporsional tersenyum dengan manis. Wajar saja, karena Steve mengawali karirnya sebagai model.

Toko bunga Mega kali ini benar-benar terlihat ramai, Steve membawa krunya setidaknya ada lima orang. Wira menata dan menambahkan meja dan kursi di dalam ruangan. Kali ini beberapa produk dari Elang Industri terpampang di rak-rak yang sebelumnya hanya berisi pupuk ataupun bibit.

Steve mengambil beberapa minuman dan makanan kesehatan. Membawanya dan mengambil foto di area depan, belakang, bahkan di rumah kaca. Pemotretan tidak cukup lama, dengan jadwalnya yang padat Putri harus mengingatkannya untuk segera menuju galeri miik Raja dan Rafa.

Sesampai disana pun, Steve benar-benar sangat profesional. Tidak ada kata baginya untuk beristirahat. Para crew dengan cepat dan tangkas melakukan tugas masing-masing, Linda sudah tidak lagi mengekori Steve. Kali ini sibuk merayu Rian, yang terlihat sangat cemburu.

"Akhirnya selesai juga," Ucap Steve dengan manis. Putri membalasnya dengan senyuman. "Terimakasih atas kerja samanya." Putri masih tersenyum, dan kali ini melihat wajah Steve yang mempesona dengan dekat.

"Tidak usah berterimakasih seperti itu, saya melakukannya karena saya berusaha untuk bersikap profesional dalam bekerja. " Steve menyodorkan tangannya, berharap bisa berjabat tangan.

"Ah iya, tapi tetap saja saya harus berterimakasih." Ucap Putri yang kali ini membalas jabat tangan Steve.

"Pantas saja Irfan, tertarik denganmu." Steve merunduk sedikit untuk melihat wajah Putri, Putri terkejut dengan Steve berbicara mengenai Irfan.

"Kamu tunangan Irfan kan?" Tanya Steve, "Ehh.. itu saya.. bukan.. maksudnya.. memang tunangan tapi.." Putri terlihat sulit untuk menjelaskan hubungan mereka. Steve tertawa melihat Putri yang kikuk.

Seseorang yang tampak seperti managernya mendekati Steve dan berbisik kepadanya, tawanya langsung hilang seketika. "Sayang sekali, aku harus segera pergi. " Ucap Steve.

"Lain kali kita ngobrol banyak lagi ya." Ucapnya sambil berlalu dan meninggalkan Putri yang masih mempertahankan senyumannya.

Putri menggaruk kepalanya, menatap Steve yang mulai berlalu dengan para crew. Seperti ada yang aneh dengan ucapannya tadi mengenai Irfan. Tapi setidaknya Putri bisa bernafas lega karena pekerjaannya berhari-hari di waktu libur sekolahnya telah membuahkan hasil.

Libur sekolah telah usai, dan kali ini Putri berharap bisa mendapatkan ekstra liburan untuk dirinya sendiri. Rute Wajib masih berlaku, dia tidak dapat pergi kemanapun.

Tapi Putri sangat senang, ternyata hasil kerja keras mereka terbukti. Tidak lama mereka mem-posting kegiatannya di galeri dan toko bunga. Sudah banyak ribuan like dan ribuan komentar.

Galeri si kembar dan toko bunga milik Mega, saat ini ramai dengan pengunjung yang berdatangan. Para pengunjung mengambil beberapa foto dan selain membeli produk-produk Elang Insdustri, mereka – para pengunjung juga lebih sering mem-posting kegiatan mereka.

Tanpa disadari, mereka-para pengunjung adalah iklan yang sebenarnya. Semakin banyak post dan share yang dibagikan, produk-produk Elang Industri semakin dikenal. Bahkan dikesempatan makan malam, Surya dan Roy dengan bangga menjelaskan adanya kenaikan significan pada income perusahaan dalam 2 bulan ini.

Putri menghadapi hari-harinya di sekolah dengan tenang, sudah tidak ada perbincangan ataupun gosip mengenai dirinya. Beberapa bulan ini, merupakan sebuah kemajuan untuk perusahaan.

Sudah empat bulan berlalu semenjak ia dan saudaranya melakukan strategi mereka, dan Putri benar-benar membuktikan bahwa bisnis keluarga mereka layak untuk dipertahankan. Putri harus menghadapi ujian akhirnya, lebih banyak untuk menghabiskan waktu untuk belajar di taman sekolah.

Mengingat kembali kenangan Andi, walaupun mereka satu sekolah. Putri semakin jarang melihat Andi, ia benar-benar berhasil untuk tidak bertemu muka dengannya. Mega sibuk membantu Rika, sedangkan Linda tidak pernah suka dengan ajakan Putri hanya untuk duduk di taman sekolah.

Notifikasi handphone berbunyi, Putri melirik ke arah hpnya yang ia letakkan di sampingnya. Sebuah nama yang ingin ia lupakan, dan jika perlu ia hilangkan muncul. Bahkan ia hampir lupa dengan orang tersebut.

Putri sempat ragu untuk membacanya, tapi rasa penasarannya lebih besar.

IRFAN : Congratz, kali ini kamu benar-benar membuktikan ya

IRFAN : Kalau begitu kita akan lanjutkan untuk membahas pertunangan kita

Putri meletakkan dengan kesal hpnya, menutup bukunya dengan rapat dan jantungnya mulai berdegup kencang. Ada rasa tidak nyaman setelah membaca pesan dari Irfan. Putri pun mengepal kedua tangannya, kesal dan ia sadar hal ini akan segera terjadi cepat atau lambat.


L’AVIS DES CRÉATEURS
Sita_eh Sita_eh

Terimakasih untuk yang sudah membaca sampai bab ini.

Jangan lupa untuk dukung saya. caranya.

1. Vote dengan Power Stone.

2. Berikan Review anda.

3. Beritkan Rate bintang lima untuk bab yang sudah dibaca

4. Share Cerita ini pada teman dan keluarga ya.

Terimakasih :)

Find me on IG Sita_eh

Chapitre 53: Sebuah Ikatan Part1

Putri duduk terdiam di bangku taman rumahnya, menatap langit sore yang cerah. Menatapi bunga mawar yang mulai bermekaran. Ia ingat Mega memberikan bibit bunga untuk Putri, agar dia bisa untuk memulai menanamnya, agar Putri bisa menyaksikan bagaimana indahnya bunga itu saat mulai bermekaran.

Setiap anggota keluarga terlihat sangat sibuk, bagaimana pun juga malam ini adalah malam pertunangannya dengan Irfan. Dan kurang dari satu minggu Putri harus menghadapi ujian akhirnya.

Lengkap sudah cobaannya, Putri berkali-kali merapikan gaunnya. Leyna – kaka iparnya sangat bersemangat memesankan gaun khusus untuknya. Putih, gaun itu terlalu putih untuk Putri. Membuat matanya seperti silau pada saat melihat pertama kalinya.

Gaun itu panjang hingga ke mata kakinya, dan ada belahan tinggi yang berada di sampingnya hingga lututnya. Gaun tersebut sedikit ketat di bagian pinggulnya, membuat Putri terlihat sulit untuk bergerak ketika mencoba melangkahkan kakinya.

Kerahnya yang berbentuk oval dengan lengannya yang hanya sebahu, membuat Putri tampak lebih dewasa. Putri kembali menarik nafasnya, rambutnya yang ia biarkan terurai panjang dengan ikal, hanya diberikan sedikit jepit hitam tipis yang bertengger di poninya.

"Kamu gak apa-apa, Put?" Tanya Wira yang muncul dari belakangnya, menatap adiknya yang terlihat sedih. "Eh Ka Wira, gak apa-apa kok. Mega sudah datang?" Tanya Putri memaksakan senyumannya. Wira pun memutuskan untuk duduk bersebelahan dengan adiknya.

"Ini aku mau jemput dia, kamu gak undang teman-temanmu? Kata papa kita bisa ajak teman-teman terdekat." Ucap Wira, "Mmm, aku undang Linda untuk datang. Yahh walaupun sebenarnya tanpa diundang pun dia akan datang dengan Ka Rian bukan." Ucap Putri masih memaksakan senyumannya.

"Andi?" Tanya Wira, Putri menatap wajah kakaknya dengan kaget kemudian dengan cepat menunduk. "Sorry, aku tau masalah diantara kalian. Mega menceritakan semuanya." Ucap Wira yang langsung menyadari kesalahannya.

"Bisa dikatakan hubungan persahabatan kita sedang dalam keadaan tidak baik. Memang sudah waktunya kami saling instropeksi diri." Jawab Putri pelan.

"Kamu tau, Put? Kamu gak perlu melakukan hal ini, apalagi sampai mengorbankan... Ini masih bisa dibatalkan bukan." Ucap Wira dengan ragu, Putri menatap Wira. Ia sadar kakaknya mencoba untuk menghiburnya.

"Gak apa-apa kok kak. Beneran deh. Lagian Putri juga senang dengan kondisi sekarang ini. Keluarga kita lebih harmonis, walau tanpa kehadiran mama." Putri memegang erat tangan kakaknya untuk meyakinkan omongannya.

Wira pun membalas dengan memberikan pelukan hangat kepada adiknya, "hei kalian lagi apa sih? Kok jadi seperti adegan perpisahan? " Raja muncul dari belakang, disusul dengan Rafa yang tidak mengenakan jasnya dan lebih memilih meletakkan di lengannya.

"Kita harus segera berangkat sekarang, semua sudah siap? Dan kamu gak boleh ketinggalan Putri." Ucap Rafa seraya menunjuk adiknya yang masih berkaca-kaca. "Ayo dong tersenyum sedikit." Ledek Raja, yang memegang erat bahu adiknya.

"Kamu mau dibatalkan Put? Acara pertunangan ini?" Senyuman Raja semakin melebar. "Kita bisa kok, buat sedikit kekacauan." Timpal Rafa tersenyum dengan licik.

"Kalian jangan bertindak yang aneh. " Ucap Wira curiga menatap kakak kembarnya. "Ayo kita berangkat, jangan sampai telat." Putri bangkit dari duduknya, tidak menghimbaukan rencana kakak kembarnya, dan membawa sepatunya heels-nya dengan tangan kirinya. Enggan untuk memakainya sekarang, karena membuat tumitnya sangat sakit.

Putri lebih memilih untuk satu mobil dengan ayahnya, seringkali ayahnya menggenggam tangan Putri dengan erat. Tidak banyak bicara, tapi Putri yakin ayahnya hanya ingin melindunginya. Ia sudah menahan air matanya untuk tidak keluar, rasanya sangat aneh jika ia harus bertunangan dengan orang yang bahkan bisa dengan hitungan jari ia bertemu dengan Irfan.

Sebuah hotel telah disiapkan untuk acara pertunangan mereka, Putri masih mengingat hotel ini. Tempat pertama kali ia bertemu dengan Irfan, kali ini sebuah ballroom besar telah disiapkan.

Ia pun telah mengenakan sepatu tingginya, ada beberapa media yang telah menunggu kedatangan keluarga Soedarmo. Sungguh canggung bagi dirinya untuk mempertahankan senyumannya.

Banyak undangan yang datang, dan Putri tidak banyak megenal wajah-wajah baru. Ia merasa acara pertunangannya terlalu berlebihan. Keluarga Wijaya sudah tiba, Putri bisa melihat tante Rita sibuk menyapa para tamu undangan begitu juga dengan orangtuanya.

Irfan berpenampilan sangat sempurna, rambutnya yang tertata rapi, dengan jas hitam yang ia kenakan membuat semua mata wanita memandangnya. Irfan dengan pelan menghampiri Putri.

Meraih tangan Putri dengan lembut, dan menyapa anggota keluarga Putri dengan sangat sopan. Putri pun tidak bisa menolak, dengan pasrah Irfan membawanya ke area VIP khusus untuk anggota keluarga.

Terdapat sebuah panggung kecil, seorang wanita cantik bersiap-siap untuk membuka acara. Sedangkan pria disampingnya, sibuk memainkan lantunan musik dari pianonya yang besar.

Putri akhirnya mengetahui, bahwa wanita itu adalah pembawa acara mereka malam itu. Wanita itu membuka acara dengan memberi sambutan kepada keluarga Soedarmo dan keluarga Wijaya. Mengumumkan acara pertunangan dua keluarga besar.

Putri yang duduk bersampingan dengan Irfan, terlihat sangat gugup dan Irfan menyadarinya. Irfan pun menggenggam tangan Putri dengan erat, dan meletakkan tanggannya di atas tangan Putri.

"Jangan terlalu gugup, sayang." Ucapnya dengan manis, Putri langsung menatap Irfan dengan kesal, sejak kapan panggilan sayang itu terucap dari mulutnya. "Jangan menatapku seperti itu, bersabarlah sedikit. Kalau kita sudah menikah kau akan dengan bebas menatapku setiap saat." Ucap Irfan dengan senyum liciknya, kemudian langsung mengalihkan pandangannya ke arah depan.

Putri hanya bisa mendengus kesal, dan rasanya ingin muntah mendengar Irfan berbicara seperti itu. Mencoba untuk melepaskan genggamannya, tapi Irfan terlalu erat menggenggam tangannya. Putri pun melirik ke arah berlainan, masih mencoba untuk menutupi wajah kesalnya.

Wanita itu terlalu banyak berbicara, bahkan Putri tidak memperhatikan banyaknya orang-orang penting yang datang dan ia sebutkan. Pandangan Putri pun teralihkan, ada sosok yang sangat ia kenal.

Andi duduk tidak jauh darinya, dan berada di arah kirinya. Putri sangat yakin, Andi memperhatikannya dari tadi. Sampai Putri sadar akan kehadirannya, ia pun memalingkan wajahnya dari Putri.

"Andi? Kenapa dia bisa disini?" Ucap Putri pelan, Irfan masih menggenggam tangannya dengan erat. Putri kembali melirik ke arah Andi, dan kali ini terlihat jelas wajah Andi. Ia terlihat sangat tampan, mengenakan pakaian formal menjadikan wajahnya tampak lebih dewasa. Putri pun sadar Andi merubah gaya rambutnya.

Andi kembali melirik ke arah Putri, jantung Putri berdegup kencang dan dengan cepat ia memalingkan wajahnya. Menatap Irfan yang masih memandang ke arah stage. Putri kali ini bisa melihat ayahnya dan Brama Wijaya, memberikan pidato kecil.

Putri bahkan sempat mendengar, ayahnya mengucapkan menerima lamaran dari keluarga Wijaya. Putri masih tidak peduli dengan apa yang terjadi di stage. Ia masih berharap bisa melihat temannya.

Putri kembali melirik, terdengar suara tepukan yang meriah dari para tamu undangan. Andi menghilang, Putri tidak melihatnya. Entah sejak kapan Andi pergi meninggalkan kursinya. Putri mulai mencari-cari, tapi ia tidak menemukan.

"Apa yang kamu cari Putri?" Tanya Irfan heran, dan masih menggenggam tangan Putri. "Ehh.. itu.. tidak ada." Jawab Putri cepat. Irfan sepertinya tau Putri berbohong, dan kali ini senyumannya hilang pada saat menatap Putri yang berbohong.

"Ayo kita naik!" Perintahnya, dan mulai berdiri.

"Naik? Naik kemana?" Tanya Putri bingung.

"Apa kau tidak mendengar nama kita disebut? Saatnya untuk memakai cincin, dan tunjukkan senyummu." Ucap Irfan datar, dan kali ini membuat Putri menggantungkan lengannya di lengannya.


L’AVIS DES CRÉATEURS
Sita_eh Sita_eh

Terimakasih untuk yang sudah membaca sampai bab ini.

Jangan lupa untuk dukung saya. caranya.

1. Vote dengan Power Stone.

2. Berikan Review anda.

3. Beritkan Rate bintang lima untuk bab yang sudah dibaca

4. Share Cerita ini pada teman dan keluarga ya.

Terimakasih :)

Find me on IG Sita_eh

Load failed, please RETRY

Cadeaux

Cadeau -- Cadeau reçu

    État de l’alimentation hebdomadaire

    Chapitres de déverrouillage par lots

    Table des matières

    Options d'affichage

    Arrière-plan

    Police

    Taille

    Commentaires sur les chapitres

    Écrire un avis État de lecture: C52
    Échec de la publication. Veuillez réessayer
    • Qualité de l’écriture
    • Stabilité des mises à jour
    • Développement de l’histoire
    • Conception des personnages
    • Contexte du monde

    Le score total 0.0

    Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
    Votez avec Power Stone
    Rank 200+ Classement de puissance
    Stone 0 Pierre de Pouvoir
    signaler du contenu inapproprié
    Astuce d’erreur

    Signaler un abus

    Commentaires de paragraphe

    Connectez-vous

    tip Commentaire de paragraphe

    La fonction de commentaire de paragraphe est maintenant disponible sur le Web ! Déplacez la souris sur n’importe quel paragraphe et cliquez sur l’icône pour ajouter votre commentaire.

    De plus, vous pouvez toujours l’activer/désactiver dans les paramètres.

    OK