Putri meletakkan kepalanya dengan lemas diatas mejanya, lingkaran hitam mengelilingi matanya yang jelas terlihat lelah. Bukan karena ia bergadang, karena menghadapi ujiannya. Melainkan masih memikirkan keputusannya dengan Irfan.
Siang itu para murid sudah keluar dari kelas, tidak ada yang singgah di dalam kelas setelah ujian selesai. Hanya Putri, yang memutuskan kembali untuk duduk di dalam kelas.
Putri beberapa kali membeturkan jidatnya dengan pelan ke meja, mengucapkan kalimat "bodoh" berulang-ulang kepada dirinya sendiri. Wajah Irfan masih terus membayanginya, bahkan Putri masih mengingat jelas bagaimana Irfan melihatnya dengan pandangan yang meremehkan.
"Putri??" Ucap Mega yang baru saja tiba dalam kelas, "Kamu kenapa?" Tanyanya dengan khawatir. Putri menunjukkan wajahnya yang masam dengan lingkaran matanya yang hitam. "Sakit? Dari pagi aku lihat kamu lebih banyak diam, memangnya ujian kali ini terlalu susah ya?" Mega kali ini memegang jidat Putri dengan telapak kanannya.
"Apa gue bodoh ya Mega?" Ucap Putri dengan dramatis.
"Gak, lo kenapa sih? Salah makan apa kebanyakan belajar?" Mega mulai menarik kursi, dan duduk berdekatan dengan temannya. Putri semakin menunjukkan wajahnya yang sekarang terlihat seram bagi Mega.
Putri pun memutuskan untuk menceritakan semuanya kepada Mega, apa yang ia sudah lakukan, bagaimana pertemuannya dengan Irfan. Dan kali ini, Putri sedikit menyesalinya. Belum lagi ia harus membuktikan kepada Irfan, bahwa ia mampu dan bisa untuk mempertahankan bisnis keluarga mereka.
Mega semakin terlihat khawatir, "Bagaimana aku harus mengomentarinya ya?" Putri memberikan tatapan memohon kepada temannya. "Tindakan kamu terlalu gegabah Put." Mega menghela nafasnya, dan Putri semakin putus asa dengan jawaban Mega.
"Bisa tolong ambilkan pisau untukku, Me." Ucap Putri asal.
"Ayolah Put, bukan saatnya kamu jadi putus asa seperti ini. Mana semangatmu?" Mega mencoba memberikan dukungan.
Suara derap langkah yang cepat terdengar di kejauhan, Linda muncul dari balik pintu kelas. Nafasnya tersengal-sengal, Linda pun mencoba mengatur nafasnya sebelum ia mulai bersuara.
"Putrii!!" Ucap Linda masih dengan nafas tersengal-sengal, kali ini ia mendekat dan menelan ludahnya sendiri. Putri dan Mega menatapnya dengan kaget dan bingung.
"Lihat ini!!" Linda dengan cepat menyodorkan handphone-nya, dan memperlihatkan layar handphone-nya. "Kita ketinggalan sesuatu, berita ini sudah muncul dari pagi tadi." Dengan cepat mereka berdua pun langsung melihat pada layar handphone, bahkan kali ini Putri dengan cepat mengambil handphone Linda tanpa ragu.
Putri langsung membaca headline dari sebuah artikel yang dikeluarkan oleh akun gosip ternama. Tulisannya yang besar, cukup membuat Putri bisa melihatnya dengan jelas.
08.00 WIB
BERITA TERBARU HARI INI
DIMABUK ASMARA, IRFAN WIJAYA TERLIHAT MENGGANDENG KEKASIH BARU
(Sebuah foto dengan ukuran besar terlampir, foto Putri dan Irfan yang berada di restoran)
Siapa yang tidak mengenal Irfan Wijaya (25 thn), seorang milyader muda dengan kehidupan cintanya yang glamor dan penuh sensasi.
Setelah hubungannya dengan artis dan model cantik Shasya Maya, kali ini Irfan Wijaya terlihat dengan kekasih barunya.
Dan yang lebih mengejutkan, kekasih barunya bukan dari kalangan selebritis ataupun model. Melainkan anak bungsu (Indah Putri Soedarmo, 18 thn) dari Keluarga Soedarmo, pemilik dari PT Elang Industri.
Irfan Wijaya terlihat di sebuah restoran **** dan mengajak kekasih barunya untuk makan malam.
Terlihat suasana romantis yang ditunjukkan oleh Irfan Wijaya, Irfan Wijaya juga mengkonfirmasi hal ini dan mengatakan bahwa hubungannya kali ini serius dengan Indah Putri Soedarmo.
Walaupun perbedaan umur mereka yang terpaut tujuh tahun, Irfan Wijaya mengatakan bahwa Putri (panggilannya) jauh lebih dewasa dari dirinya.
Bahkan informasi yang kami terima, Irfan Wijaya akan segera mengumumkan kabar pertunangannya.
Wajah Putri memerah, menarik nafasya dengan sangat cepat. Mengembalikan dengan kasar handphone milik temannya. "Gilaaa.." Teriaknya dengan kesal. "Konfirmasi?? Apa yang dia konfirmasikan?" Kali ini ia menggebrak meja dengan amat keras. "Jelas-jelas hanya ada kami berdua disana." Ucapnya masih kesal
"Tenang Put." Mega terlihat takut, melihat sikap Putri yang penuh dengan emosi.
"Putri!! Irfan Wijaya dia itu udah terkenal di kalangan artis dan model-model cantik." Ucap Linda yang masih bingung melihat Putri yang marah-marah, "Maksud lo Linda?" Putri justru yang bingung dengan pernyataan Linda.
"Rian sempat cerita ke gue mengenai acara pertemuan keluarga kalian dengan Keluarga Wijaya." Putri memandang Linda dengan rasa tidak percaya. " Gue bahkan bilang ke Rian, kalau Irfan bahkan lebih terkenal dari artis manapun. Karena pengaruh dari keluarga Wijaya. Mereka bukan cuman sekedar keluarga milyader." Linda menunjukkan ekspresi kesal.
Putri hanya menggelengkan kepalanya. "Hhhh... Masa lo gak tau Put, Harusnya lo cari tau dulu latar belakang calon suami lo, sebelum lo bertindak jauh begini?" Linda kembali kesal, "Gue gak mencari tau sampai serinci itu?" Putri sudah kesal dengan Linda.
"Putri-- Putri, banyak pacarnya dari kalangan artis dan model. Dan lo tau kan Put, kalau keluarga Wijaya punya stasiun TV milik mereka sendiri. Buat berita kaya gini tuh gampang buat dia." Linda menjelaskan.
"What.. the..." Putri menutup wajahnya dengan kedua tangannya, mengapa ia tidak memikirkan hal ini. Tidak lama terdengar notifikasi pesan masuk dari handphone Putri, tidak hanya sekali tapi berkali-kali. Putri menatap layar handphonenya dengan ragu.
Surya : Kamu ada dimana Putri !!?
Roy : Segera pulang ke rumah!! Aku, Surya, dan papa dalam perjalanan pulang.
Wira : Put, lo gak serius kan? Udah liat berita ini http:www..... (Wira mengirimkan link)
Raja : Papa suruh kita berdua pulang ke rumah, mau bahas soal kamu.
Rafa : What did you do that??? Seriously ??! Crazy news..
Rian : Family Meeting, NOW!!
Putri dengan lemas meletakkan handphonenya, dan kembali membenturkan jidatnya di atas meja dengan perlahan. Mega dan Linda hanya bisa menyaksikan temannya yang putus asa. "Ada yang bisa ambilin pisau buat gue." Ucap Putri asal dan lebih putus asa.
Putri merasa ia sudah lebih cepat untuk kembali ke rumah, bahkan Pak Bimo supirnya lebih mengebut dari biasanya. Kenyataannya, seluruh anggota keluarga telah berkumpul dan menunggu Putri yang baru saja tiba.
Kali ini Putri benar-benar seperti berada di ruang pengadilan, dikelilingi oleh seluruh anggota keluarga. Pandangan mereka benar-benar tidak lepas dari Putri yang hanya bisa duduk terpaku dan berdiam diri.
Putri menelan ludahnya sendiri, mengumpulkan keberanian untuk membuka suaranya, "Putri!?" Ucap Surya dengan lantang, dan Putri kembali menutup mulutnya dengan rapat karena terkejut melihat Surya yang terlihat marah.
"Apa yang sudah kamu lakukan?" Surya kembali menginterogasinya, Roy tampak tidak bisa menahan amarah kakaknya. Wira dan Rian hanya bisa menatap Putri dengan kasihan, Raja dan Rafa hanya bisa mengangkat kedua alis mereka dengan bingung.
Sedangkan ayahnya, tampak diam sambil memikirkan sesuatu. "Surya, turunkan emosimu. Biarkan dia menjelaskannya dulu." Ucap Leyna dengan marah yang duduk berada di samping Putri, terlihat Surya langsung merubah ekspresi marahnya.
Pintu ruang keluarga terbuka, Renata masuk dan membawa map cokelat yang diserahkan ke suaminya. Roy membukanya dengan cepat dan mulai mengeluarkan kertas-kertas yang tersusun dengan rapi.
Roy menghela nafasnya dengan amat cepat, bangkit dari duduknya dan memberikan kepada ayahnya yang menatapnya. Bambang, memakai kacamatana mulai membuka satu persatu dan mencoba memahami kertas yang diberikan oleh Roy.
Semua orang terdiam, memandang ayah mereka yang masih terlihat tegang. Bambang tidak menyelesaikan untuk membaca semua isinya, meletakkan dengan perlahan di atas meja. Berdiri dan menatap Putri yang terdiam.
"Putri, sayang bisa kamu jelaskan kepada kami?" Perintah ayahnya dengan sikap yang bijak. Putri menegakkan wajahnya dan mulai menarik nafasnya untuk bercerita. Putri pun menceritakan semua yang ia ketahui saat ia memutuskan untuk bertemu dengan Irfan Wijaya, semuanya tidak ada satupun yang ia kurangi. Tapi Putri mengelak mengenai Informasi yang disebarkan, ia bahkan tidak mengetahui ada media yang meliput dirinya dan Irfan pada saat mereka bertemu.
Roy masih memperhatikan adiknya, dan mengkernyutkan dahinya. "Ini bukan sebuah kebetulan." Ucap Roy dengan pasti, "Setelah membaca semua salinan asli dari perjanjian ini. Ada satu hal yang papa pertanyakan." Bambang menyela Roy yang masih ingin berbicara.
"Hmm, kenapa kalian semua papa kumpulkan disini, itu semua karena perjanjian penggabungan dua perusahaan ini." Wajah Bambang terlihat sangat tegang, bahkan Putri tidak berani menatap ayahnya sendiri.
"Putri, tadinya papa berpikir kamu akan menolaknya. Disisi lain papa berterimakasih dan menghormati keputusannmu. Tapi dengan waktu dua tahun, kau membuatnya semakin cepat." Bambang melanjutkan penjelasannya.
"Tapi, pa. Putri pikir itu waktu yang cukup lama." Putri semakin mendongak menatap ayahnya. "Bedakan antara sekolah dan bisnis Putri. Dua tahun adalah waktu yang cepat untuk kami." Surya meninggikan suaranya kembali, membuat Putri menjadi menciut.
"Dalam perjanjian ini, ada jaminan untuk permintaan ini, yaitu untuk kepemilikan penuh untuk beberapa pabrik. Dan yang lebih anehnya, mereka meminta kepemilikan penuh untuk pabrik kami yang berada di daerah-daerah. Seperti Sumatra utara, Kalimantan Barat, Sulawesi, dan daerah Papua. Untuk pulau Jawa, justru mereka tidak menyentuhnya sama sekali." Roy menjelaskan dengan panjang.
Putri tampak bingung dengan penjelasan Roy, "Walau sebenarnya, untuk operasional dan administrasi masih dalam tanggung jawab Elang Industri. "Roy menarik nafasnya kembali. "Kamu tau Putri, semoga ini kecurigaanku saja. Dengan pernikahanmu dan Irfan nantinya. Akan dengan mudah bagi keluarga Wijaya untuk mengawasi semua gerak gerikmu, bahkan keluarga kita." Roy terlihat serius saat mengatakannya, membuat buku kuduk Putri pun merinding.
"Kita pun sudah tidak bisa mundur, dengan Putri yang sudah mendatangi Irfan langsung dan membuat kesepakatan tanpa kita ketahui (Surya kembali menatap Putri tajam), akan berbahaya untuknya jika kita mundur saat ini." Surya melipat kedua tangannya, Leyna memegang erat tangan Putri dengan kasihan.
"Jadi apa rencana kita?" Tanya Rian dengan antusias, Surya menatap Rian kemudian bergantian menatap Putri.
Pertemuan keluarga tidak berakhir dengan menyenangkan. Surya memutuskan bahwa Putri dan adik-adiknya harus mulai mempelajari bisnis keluarga mereka, Surya dan Roy bahkan sudah membuat jadwal kapan adik-adik mereka harus datang ke home office Elang Industri.
Tentunya Putri harus menyelesaikan masa ujiannya, setelah itu tidak ada waktu libur untuknya ataupun saudara laki lakinya. Putri menghabiskan masa ujiannya dengan tidak tenang, kali ini dia kembali menjadi bahan perbincangan satu sekolahnya.
Bukan karena perbuatannya di masa lalu, tapi karena hubungannya dengan Irfan kembali ter-ekspost. Surya bahkan mengatakan kepadanya, bahwa kali ini Irfan tidak perlu report untuk menyuruh orang memata-matai Putri.
Karena setiap pergerakan sekecil apapun, Irfan akan mengetahuinya. Media sosial akan lebih mudah untuk mengawasi gerak gerik adik perempuannya, setelah Putri sukses menjadi perbincangan dimana pun.
Surya dan Roy membatasi ruang gerak Putri, rute yang berlaku hanya rumah, sekolah dan kantor. Jika Putri ingin pergi selain dari ketiga tempat itu, Putri harus mendapat persetujuan dari kedua kakaknya tersebut.
Bahkan Putri pun dilarang untuk mem-post-ting apapun di sosial medianya "APAPUN". Putri benar-benar tersiksa, dan tetap mencoba bertahan dan bersabar.
Dan terbukti, ada seorang murid junior yang meminta fotonya disaat Putri sedang istirahat di kantin sekolah. Awalnya Putri tidak tampak curiga, sampai Junior tersebut mengupload di instagram miliknya dan meng-tag Putri.
Langsung dengan seketika, jumlah follower Putri melesat naik seperti pesawat yang terbang. Terparahnya banyak yang mengirimnya pesan langsung, dan memberikan komentar-komentar yang membuatnya tidak nyaman.
Sore itu, Putri langsung menuju ke kamarnya. Merasa lega karena ujiannya telah berakhir, meregangkan badannya di atas tempat tidur. Ia pun menyembunyikan handphonenya dibawah bantal, dan tidak ingin melihat ada pesan aneh ataupun kasar yang masih ia terima.
Libur sekolah akan tiba, dan kembali mengingatkannya bahwa ia tidak memiliki waktu libur sama sekali. Putri pun memejamkan matanya, menutup wajahnya dengan bantal. Berteriak dengan kencang, "Irfan B**ng**K!!!!" Lega bisa berteriak, meletakkan kembali bantalnya dan air matanya mulai mengalir. Mengeluarkan foto ibunya dari sakunya, memandang dengan sedih, dan meletakkan foto ibunya di dadanya sambil memejamkan matanya dan mengingat kejadian-kejadian yang menyenangkan dengan ibunya.
Terimakasih untuk yang sudah membaca sampai bab ini.
Jangan lupa untuk dukung saya. caranya.
1. Vote dengan Power Stone.
2. Berikan Review anda.
3. Beritkan Rate bintang lima untuk bab yang sudah dibaca
4. Share Cerita ini pada teman dan keluarga ya.
Terimakasih :)
Find me on IG Sita_eh
Entah sudah berapa lama Putri duduk menatap semua laporan yang diberikan oleh Roy. Raja dan Rafa pun sibuk memainkan pulpen yang mereka lempar dan tangkap. Wira terlihat masih sibuk menatap handphone-nya (Membalas pesan dari Mega)
Sedangkan Rian, duduk di kursi yang dulu adalah milik ibunya, ruang kerja ibunya sangat luas untuk mereka berlima berkumpul. Di tempat inilah, mereka mulai diberikan tugas oleh kakak mereka Surya dan Roy.
Si kembar yang lebih cepat bosan, menyerah dengan sukarela. Dan menunjuk Putri untuk menggatikan posisi mereka, sedangkan Putri masih berpikir keras apa yang harus dia lakukan.
"Sial.." Ucap Raja sekarang menggenggam erat pulpennya. Rafa tampak sangat kecewa kakaknya tidak melempar balik kepadanya. "Apa mereka sudah gila, bagaimana caranya kita?" Ucapan Raja terpotong.
"Huh.. ternyata otakku lebih pintar darimu." Ejek Rafa, dan Raja memberikan senyumannya yang aneh. "Apa yang kamu pikirkan?" Tanya Rian penasaran.
Putri mulai mendongak dan menatap Rafa yang semakin memberikan senyumannya yang lebar. Wira masih sibuk dengan membalas pesan dari pacarnya.
"Bukankah kalian sadar, kalau kita butuh sesuatu yang segar. Sesuatu yang kekinian, produk makanan dan minuman kita memang memiliki kesan yang kuat untuk para customer loyal kita. Tapi bukannkah kita juga butuh new customer." Ucap Rafa menjelaskan.
Putri masih membawa laporan yang ada di tangannya, kemudian mendekati Rian. "Kak lihat ini." Ucap Putri menyodorkan laporan yang ada ditangannya.
"Aku rasa Ka Rafa ada benarnya. Contohnya produk makanan dan minuman ini, bukankah market-nya adalah usia anak-anak hingga dewasa? Tapi berdasarkan survey ini, penjualannya tidak sampai 60%." Putri menatap Rian yang masih berpikir berat.
"Bisakah langsung ke intinya." Ucap Raja melengos dengan kesal, "Kau ini, kadang aku bingung apa benar kita saudara kembar??" Sindir Rafa melihat Raja yang sudah mulai bosan dengan penjelasan panjang .
"Aku paham dengan ucapan Ka Rafa, saran Putri kita harus melakukan promosi ulang. Kita harus ke bagian humas dan marketing." Putri kini bersandar di tepi meja. "Selain itu, Putri juga ada ide." Putri mulai menggigit jarinya.
"Putri gak yakin apa Ka Surya atau Ka Roy setuju dengan ini?" Lanjut Putri dengan yakin. Dan sekarang semua tatapannya mengarah kepadanya.
***
Galeri Raja & Rafa
"Mba Vivi, boleh letakkan lukisan itu di area depan. Sepertinya akan lebih manis jika ada disana." Ucap Putri dengan sopan, Vivi tampaknya tidak begitu suka diperintah. Dan dengan terpaksa mengikuti perintah Putri.
Hari yang sangat sibuk untuk Putri dan saudara-saudaranya. Raja dan Rafa sudah mulai merapikan lantai dua dan tiga. Kali ini dua lantai diatas penuh dengan furniture kursi dan meja dengan bentuk yang unik.
Sangat sulit bagi mereka untuk meyakinkan Roy dan Surya, untuk mengeluarkan sedikit budget dengan apa yang akan mereka rencanakan. Dan pada akhirnya mereka bisa meyakinkan dan membujuk Surya dan Roy.
Raja dan Rafa beserta dengan beberapa pekerja laki-laki, sibuk dengan membawa sebuah lukisan yang amat besar, dengan ukuran dua kali empat meter. "Hati-hati." Ucap Raja sangat khawatir.
"Kalian tau lukisan ini kami kerjakan dengan semua tenaga yang kami miliki." Ucap Rafa kembali mengingat bagaimana tidak mereka hanya mengerjakan dalam waktu tiga hari. Itu pun karena Putri terus merengek-rengek untuk cepat di selesaikan.
Pekerja laki-laki itu meletakkan dengan hati-hati lukisan tersebut, menempatkan paling depan sehingga orang-orang yang lewat dapat dengan mudah melihatnya. Putri ikut keluar dengan penasaran, menatap puas hasil karya kakaknya.
Lukisan itu berwarna warni, Raja dan Rafa benar-benar bisa mengetahui apa yang dipikirkan oleh Putri dan menuangkan persis di lukisan mereka.
Beberapa produk makanan dan minuman (yang sebelumnya sudah mereka seleksi), berada di lukisan tersebut. Raja dan Rafa menggambarkan lukisan tersebut dengan sangat hidup, Putri amat yakin siapapun yang melihat lukisan tersebut akan langsung penasaran dan berkunjung di dalamnya.
Lantai dasar tidak berubah sama sekali, sedangkan lantai dua dan tiga berubah layaknya sebuah mini cafe. Dengan banyaknya hiasan yang unik dari mulai lampu, pajangan, kursi, dan meja. Putri sangat amat yakin dengan rencananya, pasti banyak yang akan datang berkunjung.
Handphonenya bergetar amat kuat, membuat Putri tersadar dari lamunannya yang masih menatap Lukisan tersebut.
"Halo?"
"Put, good news." Ucap Rian dengan semangat.
"Putri...." Suara linda terdengar, dan Putri yakin Linda merebut paksa handphone Rian. "Ya.." Jawab Putri.
"Putri.. gue udah ketemu sama Steve. Setelah merayu-rayu bokap untuk minta jadwal Steve. Akhirnya.." Suara Linda lebih bersemangat lagi. "Jadi??" Tanya Putri dengan amat penasaran, jantungnya mulai berdegup dengan kencang.
Bagaimana tidak, semua kuncinya ada di Steve. Putri sangat berharap Steve bisa diajak untuk bekerja sama. Hanya saja, Surya dan Roy tidak mau mengeluarkan anggaran lebih. Putri sempat ragu, apakah Steve mau diajak untuk melakukan barter benefit.
"Dia mau Put, dengan penawaran yang kita berikan. Seperti yang kamu bilang Put selama dua tahun dia akan menjadi model iklan di setiap produk perusahaan kamu Put." Linda melanjutkan penjelasannya. Terdengar Putri bersorak riang, bahkan hampir saja handphonenya terlepas dari tangannya.
"OK Linda, thank you ya. Gue mau hubungin Ka Wira dulu." Ucap Putri masih dengan senang. Putri bergegas menelpon kakaknya, yang kali ini Wira berada di toko bunga milik Mega.
"Halo Ka Wira." Ucap Putri dengan semangat,
"Ya Put?" Wira terlihat bingung dengan suara Putri yang nyaring, "Steve, dia setuju kak." Putri menyeringai dengan lebar, orang-orang yang berjalan di depan galeri menatapnya dengan aneh.
"Seriusan? Wouww.. I'm happy to hear. Disini juga sudah hampir rapi, aku rasa besok Steve sudah bisa untuk mulai disini." Ujar Wira yang tidak kalah senangnya dengan Putri.
Putri benar-benar sangat kegirangan, bagaimana tidak. Putri dan kakak laki-lakinya, mencoba untuk membuat konsep yang kekinian, berharap sosial media bisa lebih efektif ketimbang dengan iklan yang jauh lebih memakan biaya.
***
Hari berikutnya lebih menyenangkan, Linda benar-benar tidak bisa melepaskan pandangannya dari Steve, pria tinggi dengan postur proporsional tersenyum dengan manis. Wajar saja, karena Steve mengawali karirnya sebagai model.
Toko bunga Mega kali ini benar-benar terlihat ramai, Steve membawa krunya setidaknya ada lima orang. Wira menata dan menambahkan meja dan kursi di dalam ruangan. Kali ini beberapa produk dari Elang Industri terpampang di rak-rak yang sebelumnya hanya berisi pupuk ataupun bibit.
Steve mengambil beberapa minuman dan makanan kesehatan. Membawanya dan mengambil foto di area depan, belakang, bahkan di rumah kaca. Pemotretan tidak cukup lama, dengan jadwalnya yang padat Putri harus mengingatkannya untuk segera menuju galeri miik Raja dan Rafa.
Sesampai disana pun, Steve benar-benar sangat profesional. Tidak ada kata baginya untuk beristirahat. Para crew dengan cepat dan tangkas melakukan tugas masing-masing, Linda sudah tidak lagi mengekori Steve. Kali ini sibuk merayu Rian, yang terlihat sangat cemburu.
"Akhirnya selesai juga," Ucap Steve dengan manis. Putri membalasnya dengan senyuman. "Terimakasih atas kerja samanya." Putri masih tersenyum, dan kali ini melihat wajah Steve yang mempesona dengan dekat.
"Tidak usah berterimakasih seperti itu, saya melakukannya karena saya berusaha untuk bersikap profesional dalam bekerja. " Steve menyodorkan tangannya, berharap bisa berjabat tangan.
"Ah iya, tapi tetap saja saya harus berterimakasih." Ucap Putri yang kali ini membalas jabat tangan Steve.
"Pantas saja Irfan, tertarik denganmu." Steve merunduk sedikit untuk melihat wajah Putri, Putri terkejut dengan Steve berbicara mengenai Irfan.
"Kamu tunangan Irfan kan?" Tanya Steve, "Ehh.. itu saya.. bukan.. maksudnya.. memang tunangan tapi.." Putri terlihat sulit untuk menjelaskan hubungan mereka. Steve tertawa melihat Putri yang kikuk.
Seseorang yang tampak seperti managernya mendekati Steve dan berbisik kepadanya, tawanya langsung hilang seketika. "Sayang sekali, aku harus segera pergi. " Ucap Steve.
"Lain kali kita ngobrol banyak lagi ya." Ucapnya sambil berlalu dan meninggalkan Putri yang masih mempertahankan senyumannya.
Putri menggaruk kepalanya, menatap Steve yang mulai berlalu dengan para crew. Seperti ada yang aneh dengan ucapannya tadi mengenai Irfan. Tapi setidaknya Putri bisa bernafas lega karena pekerjaannya berhari-hari di waktu libur sekolahnya telah membuahkan hasil.
Libur sekolah telah usai, dan kali ini Putri berharap bisa mendapatkan ekstra liburan untuk dirinya sendiri. Rute Wajib masih berlaku, dia tidak dapat pergi kemanapun.
Tapi Putri sangat senang, ternyata hasil kerja keras mereka terbukti. Tidak lama mereka mem-posting kegiatannya di galeri dan toko bunga. Sudah banyak ribuan like dan ribuan komentar.
Galeri si kembar dan toko bunga milik Mega, saat ini ramai dengan pengunjung yang berdatangan. Para pengunjung mengambil beberapa foto dan selain membeli produk-produk Elang Insdustri, mereka – para pengunjung juga lebih sering mem-posting kegiatan mereka.
Tanpa disadari, mereka-para pengunjung adalah iklan yang sebenarnya. Semakin banyak post dan share yang dibagikan, produk-produk Elang Industri semakin dikenal. Bahkan dikesempatan makan malam, Surya dan Roy dengan bangga menjelaskan adanya kenaikan significan pada income perusahaan dalam 2 bulan ini.
Putri menghadapi hari-harinya di sekolah dengan tenang, sudah tidak ada perbincangan ataupun gosip mengenai dirinya. Beberapa bulan ini, merupakan sebuah kemajuan untuk perusahaan.
Sudah empat bulan berlalu semenjak ia dan saudaranya melakukan strategi mereka, dan Putri benar-benar membuktikan bahwa bisnis keluarga mereka layak untuk dipertahankan. Putri harus menghadapi ujian akhirnya, lebih banyak untuk menghabiskan waktu untuk belajar di taman sekolah.
Mengingat kembali kenangan Andi, walaupun mereka satu sekolah. Putri semakin jarang melihat Andi, ia benar-benar berhasil untuk tidak bertemu muka dengannya. Mega sibuk membantu Rika, sedangkan Linda tidak pernah suka dengan ajakan Putri hanya untuk duduk di taman sekolah.
Notifikasi handphone berbunyi, Putri melirik ke arah hpnya yang ia letakkan di sampingnya. Sebuah nama yang ingin ia lupakan, dan jika perlu ia hilangkan muncul. Bahkan ia hampir lupa dengan orang tersebut.
Putri sempat ragu untuk membacanya, tapi rasa penasarannya lebih besar.
IRFAN : Congratz, kali ini kamu benar-benar membuktikan ya
IRFAN : Kalau begitu kita akan lanjutkan untuk membahas pertunangan kita
Putri meletakkan dengan kesal hpnya, menutup bukunya dengan rapat dan jantungnya mulai berdegup kencang. Ada rasa tidak nyaman setelah membaca pesan dari Irfan. Putri pun mengepal kedua tangannya, kesal dan ia sadar hal ini akan segera terjadi cepat atau lambat.
Terimakasih untuk yang sudah membaca sampai bab ini.
Jangan lupa untuk dukung saya. caranya.
1. Vote dengan Power Stone.
2. Berikan Review anda.
3. Beritkan Rate bintang lima untuk bab yang sudah dibaca
4. Share Cerita ini pada teman dan keluarga ya.
Terimakasih :)
Find me on IG Sita_eh
Vous aimerez peut-être aussi
Commentaire de paragraphe
La fonction de commentaire de paragraphe est maintenant disponible sur le Web ! Déplacez la souris sur n’importe quel paragraphe et cliquez sur l’icône pour ajouter votre commentaire.
De plus, vous pouvez toujours l’activer/désactiver dans les paramètres.
OK