Bambang dengan senang mengundang Rita untuk makan malam bersama dengan keluarganya, tentunya ajakan paksa itu dia terima dengan senang hati. Para anggota keluarga yang berkumpul, mulai bercengkerama dengan Rita yang memang sangat supel dan ramah.
"Rasanya, aku hampir lupa. Kapan terakhir kali aku makan bersama-sama seperti ini." Ucap Rita menatap para anggota keluarga dengan sangat senang. "Surya, Roy kalian tumbuh dengan cepat. Aku Bahkan terkejut kalian berdua sudah menikah. Aku masih berpikir kalau kalian masih anak-anak." Rita tertawa kecil.
"Tante yang sudah jarang berkunjung." Ucap Roy yang sibuk dengan makanan yang ada di piringnya. "Tante Rita, akan tinggal lama di Indonesia?" Tanya Surya. Rita menatap Surya dengan curiga.
"Kenapa Surya, apa kamu mau bilang kalau kamu kangen sama aku ya, Apa kamu lupa dulu kamu bilang kalau kamu cinta sama tante." Ledek Rita, Surya langsung tersedak dan langsung mengambil air yang berada didekatnya meminumnya dengan satu kali teguk. Sedangkan Leyna menatapnya dengan curiga.
"Haha.. Tenang Leyna. Itu cuman tingkah laku anak kecil saja. Waktu itu aku usia 15 tahun dan Surya masih enam tahun. " Ucap Rita masih menahan tawanya. "Just kidding... Tolong Jangan diambil hati ya." Rita masih menatap Surya dan Leyna.
"Aku sungguh senang Rita kamu kembali ke Indonesia." Ucapan Bambang langsung membuat suasana menjadi hening seketika, karena semua anak-anaknya mulai memperhatikan ayah mereka.
"Yahh... Memang... Seharusnya sudah lama aku kembali ke Indonesia. Cuman Harry terlalu sibuk, dan aku harus terus mendampinginya." Rita menjelaskan dengan datar. "Kau dan Ana, sama persis. Selalu tidak mau berdiam diri." Ucap Bambang.
"Yah, begitulah kami." Rita tersenyum lebar. "Hanya saja bedanya, Ka Ana dikelilingi oleh putra dan putrinya." Rita menatap anak-anak Soedarmo. "Aku bahkan kaget, ka Ana mau memiliki anak hingga tujuh." Rita memperlihatkan wajah takjubnya.
"Tante sendiri sudah ada anak berapa?" Tanya Raja penasaran, Rita pun terkejut dengan pertanyaan Raja, dan sedikit tersedak. "Tante? Tante blum punya anak." Ucap Rita memaksakan senyumannya. Raja yang mendengar jawabannya menjadi canggung.
"Tidak apa-apa, jangan merasa tidak enak seperti itu." Ucap Rita dengan tenang. "Kalian tahu kan... Kalau kalian menikah sama orang luar, mereka punya pemikiran sendiri soal memiliki anak. Mmm.. Kalau tante boleh kasi saran... sama lokal aaja." Ucap Rita terkekeh. Menjelaskan tanpa ada rasa beban, walaupun para anggota keluarga lainnya merasa... Rita hanya berusaha untuk menutupi kesedihannya.
Wira, Rian, Renata, dan si kembar yang baru mengenal Rita, hanya bisa memberikan senyuman mereka. "Tante umur berapa sekarang?" Tanya Putri, mencoba mengalihkan pembicaraan. "Coba tebak?" Rita berbalik bertanya.
"Yang jelas sih tante awet muda sepertinya." Ucap Putri memberikan jawaban terbaiknya. Rita kembali tersenyum mendengar jawaban Putri. "Tante 37 tahun." Ucap Rita, "Wouww, Tante masih terlihat cantik ya." Renata memuji. Dan Rita tersenyum tersipu.
"Tapi bagaimana pun, yang terpenting kita harus punya jiwa yang muda." Ucap Rita. "Banyak sekali yang ingin tante ceritakan ke kalian semua, Kalian tau gak dulu ka Ana itu benci sekali sama Ka Bam." Rita kembali bercerita, Bambang yang kali ini tersedak dan anak-anaknya mulai menunjukkan ketertarikan dengan arah pembicaraan Rita.
"Bahkan, Ka Ana sempat bilang ingin mencekik ayah kalian. Saking keselnya." Rita kembali tertawa melihat ekspresi Bambang yang mulai malu. "Sepenglihatan aku, Ka Ana pernah tampar ayah kalian satu kali, dan menonjok di bagian perut ayah kalian." Rita kembali melihat ekspresi Bambang yang tersedak.
"Tante serius, Mama pernah seperti itu." Rian yang bertanya penasaran, bahkan berhenti dari makannya. "Iya benar, ayah kalian itu orangnya kaku, sok kuat." Rita memandang Bambang yang sudah mulai menatapnya dengan amat tajam berharap Rita menghentikan cerita soal dirinya.
"Terlalu perfectionis, dan dingin sama perempuan." Rita tidak mempedulikan Bambang yang menatapnya. "Dulu ayah kalian itu musuh di anak-anak panti." Rita semakin banyak bercerita, bahkan anak-anak Soedarmo memperhatikannya dengan seru.
"Ahh, itu cerita masa lalu yang panjang, ayah kalian juga berniat ingin membeli Panti kami. Dan akhirnya malah Ka Ana sendiri yang jatuh cinta dengan Kak Bam." Rita kini menatap wajah anak-anak Soedarmo yang memperhatikannya bicara tanpa berkedip.
"Ohh, jangan bilang ayah dan ibu kalian tidak pernah bercerita masa lalu mereka?" Tanya Rika, Dan anak-anak Soedarmo menggelengkan kepala mereka secara bersamaan. Rita semakin memperlihatkan deretan giginya yang rapi dengan senyumannya yang lebar.
Makan malam itu terasa sangat berbeda, banyak kisah masalalu yang diceritakan oleh Rita kepada anak-anak Soedarmo. Bagaimana ia menceritakan kisah percintaan Mariana dan Bambang yang penuh perjuangan. Dia juga menceritakan, bagaimana hubungannya dengan Mariana sempat renggang karena kesalahpahaman.
Usai makan malam Rita ijin pamit untuk pulang, dia menyatakan kesenangannya sudah bisa bertemu dengan mereka semua. Bahkan melalui asistennya Rita memberikan banyak hadiah dan buah tangan untuk keluarga Soedarmo.
Semua anggota mengantarnya hingga pintu luar, terlihat mobil dengan supir pribadi sudah berada di halaman rumah. Seorang perempuan dengan pakaian formal juga telah menunggu dan berdiri di samping mobil Rita.
"Sekali lagi terimakasih ya, buat semuanya. Tante benar-benar sangat senang bisa berbincang-bincang dengan kalian semua." Rita menatap para anggota keluarga seakan tidak mau beranjak dari kediaman Bambang.
"Tante, sering-sering berkunjung ya." Ucap Putri dengan sungguh-sungguh. "Ya Pasti Putri. Ka Bam juga jaga kesehatan ya, dan pertimbangkan mengenai tawaran ku." Ucap Rita memeluk Bambang yang duduk di kursi rodanya.
Surya pun memeluk Rita, begitu juga dengan Roy. Para lelaki Soedarmo mengucapkan salam perpisahan dengan tantenya . Putri, Leyna dan Renata memeluk dan mencium pipi Rita dengan rasa sayang.
Rita pun berlalu, masuk kedalam mobilnya dan pergi meninggalkan kediaman Soedarmo. Rita masih terus berpikir, dan masih mengingat hari yang ia lewati dengan keluarga Soedarmo.
"Anda terlihat senang sekali Bu Rita?" Ucap assistennya yang duduk bersebelahan dengan supir, dan melihat Rita tersenyum dari kaca spion depan. "Oh ya?" Tanya Rita kembali tersenyum. "Rasanya sudah lama aku tidak pernah berkumpul seperti itu." Ucap Rita menatap ke arah luar jendela, dan melihat beberapa lampu jalan.
"Bu, tadi ibu anda menelpon. Dan bertanya kapan anda akan pulang ke rumah." Ucap assitennya dengan ragu. "huhh, akhirnya aku harus bertemu dengan mereka ya. Apa jadwalku ku besok kosong?" Tanya Rita terlihat tidak senang.
"Besok sore, Mr. Harry akan tiba di Indonesia." Ucap Desi cepat. "Baiklah, malam ini kita kembali ke rumah. Besok kalian libur saja dulu dan istirahat, biar aku yang jemput suami ku sendiri." Ucap Rita menatap Desi yang duduk di depan. "Mmm...Seperti apa rupa adikku saat ini." Ucap Rita pelan kepada dirinya sendiri, dan pandangannya menatap pada sisi jendela mobil.
Terimakasih untuk yang sudah membaca sampai bab ini.
Jangan lupa untuk dukung saya. caranya.
1. Vote dengan Power Stone.
2. Berikan Review anda.
3. Beritkan Rate bintang lima untuk bab yang sudah dibaca
4. Share Cerita ini pada teman dan keluarga ya.
Terimakasih :)
Find me on IG Sita_eh
Hari demi hari pun berlalu, Surya dan Roy semakin kompak membantu menjalankan perusahaan. Tidak hanya itu Raja dan Rafa mulai serius dengan kuliah mereka, kali ini mereka berpikir bahwa akan sangat membantu menjalankan bisnis mereka jika mereka bisa memahami lebih dalam lagi. Dan Bambang tidak lagi memaksakan kehendaknya terhadap si kembar.
Putri dan Wira, setelah berminggu-minggu mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian mereka. Akhirnya mereka pun dapat bernafas lega. Wira berhasil lulus dari SMA, dan memutuskan untuk memilih universitas yang sama dengan Rian.
Suasana perpisahan murid kelas duabelas, dirayakan di malam hari. Putri terus memperhatikan kakaknya yang sibuk memilih jas untuk menghadiri acara perpisahan. Wira terus sibuk menanyakan bagaimana penampilannya. Dan Putri tentunya selalu memberikan komentar positif untuk kakaknya.
Terus membayangkan kakaknya yang akan menghadiri perpisahan dengan membawa Mega sebagai pasangannya. "Udah OK?" Wira kembali bertanya, Putri mengangkat kedua jempolnya dan tersenyum lebar.
"Udah ka Wira, cepat berangkatnya nanti telat loh." Desak Putri. Wira yang sudah terlihat rapi dan gagah pergi dengan diantar Pak Bimo.
Dihari libur pun Putri, Mega, Andi, dan Wira merayakan kenaikan kelas mereka bersama-sama. Mereka bahkan memutuskan untuk pergi menonton dan makan bersama-sama. Walaupun diantara mereka tidak bisa disebut sebagai pasangan, tapi tidak ada yang mempermasalahkannya.
Putri sendiri pun naik kelas dua belas, dan lucunya dia saat ini satu kelas dengan Mega dan Linda (Ia pun masih satu kelas dengan Rika). Sedangkan Andi yang berbeda nasib, tidak bisa satu kelas dengan Putri. Putri tentunya senang mengetahui dirinya satu kelas dengan Mega dan Linda, bahkan kali ini mereka terlihat sangat akrab.
Perubahan lain yang dirasakan oleh Putri adalah Linda, kali ini Linda sangat bersikap ramah terhadapnya dan tanpa curiga. Tentunya semua permasalahan sudah diluruskan oleh Mega, mereka bertiga pun mulai menjalin pertemanan.
Mega masih menjaga perasaannya dengan Wira, Putri masih bingung dengan apa yang dipikirkan oleh Mega. Mengapa Mega harus menahan perasaannya terhadap Wira, Putri seringkali melihat Mega yang selalu diantar pulang oleh Wira.
"Mega, kamu mau bareng pulang?" Tanya Linda yang sibuk merapikan buku catatannya ke dalam tas. "Ehh, kayanya gak deh." Tolak Mega dengan halus. Putri pun menatap Mega dengan senyuman, suasana yang kelas sudah mulai sepi dengan siswa yang sudah mulai pergi meninggalkan ruangan.
"Ya pasti gak bareng dong Lind, hari ini kan Ka Wira kuliahnya lagi off." Putri menyeringai ke arah Linda, "Ohh, ya sudah kalau gitu." Ucap Linda dengan nada ngambeknya. "Linda? Memangnya Rian lagi gak libur ya?" Tanya Mega kembali.
"He? Lo tanya soal Rian ke gue?" Tanya Linda semakin bingung, "Walau gue pacarnya, kayanya gue ini nomor sekian sekian. Gak waktu SMA, dan sekarang kuliah. Sibukk.. banget dehhh." Ucap Linda sedikit kesal.
"Ya udah ganti pacar dong," Ledek Putri, yang mulai melangkahkan kakinya ke ruang kelas, "Put, kok gitu sih.. aku ini calon kaka ipar kamu loh?" Linda mulai merengek dan mengikuti langkah Putri keluar kelas, begitu juga dengan Mega.
"Ya Tuhan, kebayang gak sih, kalau kalian berdua benar-benar jadi dan nikah sama Ka Wira dan Ka Rian." Ucapan Putri membuat Linda dan Mega terkejut. "O.. my God.. kalian berdua jadi kaka ipar gue dong.. Dunia itu sempit..." Putri mengerang dan seperti menyesali. Mega dan Linda yang mendengarnya menjadi tertawa karena ikut membayangkannya.
Andi sudah menunggu di pintu gerbang sekolah, kali ini Putri sudah tidak pernah diantar oleh Pak Bimo. Semenjak Wira lulus SMA, Putri lebih banyak diantar oleh Andi. Putri melambaikan tangannya agar Andi dapat melihatnya di kerumunan sekolah.
Putri pun mengucapkan perpisahan kepada kedua sahabatnya, "Kamu lapar gak?" Tanya Andi yang melihat Putri sudah mendekat. "Lumayan sih, mau traktir?" Putri melirik Andi dan memegang perutnya yang siap diisi dengan banyak makanan.
"Ke tempat biasa yuk, Lagi promo beli dua ayam free satu ayam." Ajak Andi, "Gak mau ah.." Putri menolah dengan ketus, "Aku yang pilih tempatnya, kamu yang bayar. OK?" Putri memaksa, dan Andi pun mengangguk.
Baru saja Putri ingin melangkahkan kakinya, terdengar suara HP-nya yang berbunyi. Putri menatap layar handphone dengan seksama, sebuah nomor tidak dikenal muncul. Putri tanpa ragu langsung menolak panggilan tersebut.
"Siapa Put?" tanya Andi yang mulai penasaran, "Gak tau, nomor gak dikenal." Jawab Putri yang mengangkat kedua bahunya. Tidak lama handphonenya kembali berbunyi, dan nomor yang sama muncul di layarnya. "Angkat Put, siapa tau penting," perintah Andi.
Putri yang tampak ragu, akhirnya memutuskan untuk menjawab panggilan masuk itu. "Halo?" Jawab Putri.
"Putrii..." Putri dapat mendengar suara teriakan wanita yang menelponnya, dan suara itu tampaknya tidak asing baginya. "Put, jahat banget sih telepon tante di reject." Ucap Wanita itu masih dengan nada yang kencang.
"Tante? Tante Rita?" Putri yang mulai yakin dengan suara Rita. "Iya ini aku Put, tante Rita." Rita masih mengencangkan suaranya. "Tante tau nomor Putri dari mana? Terus kenapa Tante telepon Putri?" Tanya Putri yang semakin bingung.
"Aku dapat nomor kamu dari Surya, By the way kamu udah pulang sekolah kan?" Suara Rita mulai kembali normal. "Iya tante, kenapa memang?" Putri yang kini sudah berada di luar sekolah, menyenderkan dirinya di pagar sekolah.
"Tante mau ajak makan siang kamu, kamu free kan?" Terdengar suara Rita yang sangat bersemangat. "Putri memang lagi gak ada kesibukan sih tante." Jawab Putri dengan ragu. "Kamu lagi sama teman kamu ya?" Ucap Rita yang berusaha menebak.
"Iya, kok tante tau?" Tanya Putri yang menjadi bingung.
"Kamu pakai tas punggung ungu, dan teman kamu yang tinggi itu pakai syal merah di lengannya kan." Ucap Rita menjelaskan, Putri langsung melirik ke arah tasnya yang berwarna ungu, dan melihat Andi yang tinggi yang mengikatkan syal yang biasa ia pakai di lengannya.
"Kok tante bisa tau sih?" Putri terlihat semakin bingung, Andi pun menjadi aneh melihat Putri yang melihatnya dari atas hingga bawah. "Kamu lihat kedepan dong, di seberang jalan ada sedan putih. Tante udah nyampe nih." Ucap Rita, dan kini Putri langsung melihat ke seberang jalan. Mobil sedan putih berhenti di pinggir jalan, dan terlihat kaca mobil yang diturunkan.
Wajah Rita pun terlihat di kejauhan, kemudian melambaikan tangan ke arah Putri. "Teman kamu ajak aja, kita naik mobil aja ya sama tante." Ucap Rita masih menelpon Putri dan dari kejauhan Rita memberikan kode supaya Putri segera menyusulnya.
"Jangan nolak ajakan tante, tante kan gak sering-sering datang. Ya?" Rita pun terlihat memohon kepada Putri, dan kini Putri menarik Andi agar ikut dengannya. "Put, itu siapa?" Tanya Andi yang berjalan cepat menyebrangi jalan dengan Putri yang masih menarik lengannya. "Tante aku," jawab Putri kilat, sambil memperhatikan kiri dan kanan jalan.
Rita lebih menurunkan kaca mobilnya, terlihat Rita yang mengenakan kemeja garis-garis berwarna putih terang, dan kaca mata hitam yang ia kenakan. "Ayo Masuk!" Perintah Rita membukakan pintu mobil. Andi lebih memilih untuk duduk dibelakang, dan Putri menemani Rita untuk duduk di depan.
Terimakasih untuk yang sudah membaca sampai bab ini.
Jangan lupa untuk dukung saya. caranya.
1. Vote dengan Power Stone.
2. Berikan Review anda.
3. Beritkan Rate bintang lima untuk bab yang sudah dibaca
4. Share Cerita ini pada teman dan keluarga ya.
Terimakasih :)
Find me on IG Sita_eh
Vous aimerez peut-être aussi
Commentaire de paragraphe
La fonction de commentaire de paragraphe est maintenant disponible sur le Web ! Déplacez la souris sur n’importe quel paragraphe et cliquez sur l’icône pour ajouter votre commentaire.
De plus, vous pouvez toujours l’activer/désactiver dans les paramètres.
OK