Télécharger l’application
8.65% IHeart You / Chapter 32: Hikmah 2.

Chapitre 32: Hikmah 2.

"Hari ini tim kita ada presentasi, pelajaran Bu Rani. Lo satu tim kan sama gue." Jawab Rika yang tersenyum. "Oh.. itu. Tenang, udah gue siapin kok." Jawab Putri tersenyum kembali. Terlihat Rika bernafas lega. "Huhh, untunglah. Lo tau gak Put. Gue belum belajar soal materinya." Ucap Rika yang berbisik pelan, seakan takut Bu Rani guru Biologi mendengar percakapannya.

Putri pun sedikit heran dengan ucapan Rika. "Nanti lo yang jelasin ya, Akhir-akhir ini gue sibuk banget. Wira lebih jadi gila daripada sebelumnya." Ucap Rika dengan nada sarkasmenya. Putri pun sedikit geli mendengarnya. "Arrrghhh.. Bahkan malam minggu gue tetap harus ngerjain tugas dari dia." Ucap Rika yang ingin memberontak.

Putri ingat, kalau Rika merupakan calon pengganti ketua OSIS yang akan menggantikan Wira. Walau jabatannya sekarang hanya wakil ketua OSIS, terlihat banyak tugas yang diberikan oleh Wira.

"Gue gak ngerti sama Wira, Put. Sorry I know he is your brother." Ucap Rika dengan sungguh-sungguh. Tapi Putri sama sekali tidak tersinggung. "Wira terlalu perfectionis, and the worst you know? Gak ada yang calonin sebagai ketua OSIS selain gue. Untung gue udah kenal lama dia. Kalau gak.." Ucapan Rika terhenti karena melihat reaksi Andi yang aneh.

Andi mengangkat telunjuk kanannya, dan meletakkan dimulutnya. Rika masih menatap Andi dengan bingung, Andi terus memberikan kode dan saat ini mulai melotot ke arah Rika dan melirik-lirikkan matanya.

Rika yang sadar, langsung membalikkan badannya. Wira sudah berada dibelakangnya, entah sampai kapan. Tapi terlihat raut wajahnya yang seram. Rika langsung memamerkan sederatan giginya yang putih, tersenyum terlalu lebar membuat wajahnya terlihat sangat aneh.

"Eh Ka Wira.."Ucap Rika yang mulai salah tingkah. Putri mencoba menahan senyumnya melihat Wira yang sepertinya sudah mendengar semua ucapan Rika. Wira berdeham dengan keras, membuat Rika semakin salah tingkah.

"Hemm..hemmm.. Rika.. lo gak lupa kan kemarin gue suruh lo ke anak mading. Buat kasi draft kegiatan kita." Ucap Wira dengan wajah amat serius. "Ehh.. iya.. udah kok.." Jawab Rika membela dirinya.

"Kok gue liat, di mading kita belum ada info apa-apa." Ucap Wira yang tau Rika berbohong. "Eh gak ada ya." Rika kembali tersenyum lebar, "Ini mau meluncur kesana." Rika kembali memberikan penjelasannya.

"Gue, kesana dulu ya... bye Putri, Andi." Ucap Rika yang sudah siap mengambil langkah seribu. "Rikaa..." Ucap Wira kesal. "Iya ka Wira,, langsung kesana.. Putri jangan lupa nanti ya pelajaran Bu Rani." Ucap Rika sambil meninggalkan mereka dengan sangat cepat.

Putri sudah tertawa geli, Wira yang memperhatikannya terlihat ikut tersenyum. "Ka Wira, kasian loh Rika." Ucap Putri membela. "Dia harus udah terbiasa, sebenarnya dia anak yang bagus. Cuman harus diingatin terus." Ucap Wira ketus.

Bel masuk pun berbunyi, mereka bertiga memutuskan untuk kembali ke kelas masing-masing. Persiapan menjelang kenaikan kelas sudah mulai mendekati, para guru tidak hentinya memberikan ujian dadakan dan pekerjaan rumah.

Termasuk pelajaran Bu Rani, Rika benar-benar belum mempelajari materi presentasi mereka. Putri lebih banyak melakukan sesi tanya jawab , sedangkan Rika lebih banyak menyimak. Alih-alih membantu, Rika malah menjadi incaran Bu Rani yang mengetahui bahwa dia tidak menguasai materi yang dibawakan Putri.

Terlihat wajah stress Rika, menghadapi banyak pertanyaan yang diberikan oleh bu Rani. Bahkan Bu Rani tampak lebih banyak memberikan tugas kepada Rika. Sekilas Putri bisa melihat Rika menepuk jidatnya dengan buku Biologi yang ia pegang.

Istirahat itu seperti biasa, Putri sudah berada di taman sekolah. Bangku favoritnya masih kosong, seakan tau Putri akan datang dan duduk bersantai. Andi juga belum terlihat, mugkin masih sibuk dengan teman-temannya.

Putri meletakkan roti yang sudah dia habiskan separuh. Menatap langit yang cerah, hari itu tidak begitu panas. Bahkan cuaca terlihat berawan, waktu yang pas untuk beristirahat. Putri membawa buku catatan kecilnya, dan mulai menuliskan apa yang ia pikirkan.

Langit pun tersenyum,

Menawarkan keindahan yang selama ini ia sembunyikan.

Awan pun tampak menari-nari, bersiap untuk menyambut.

Angin yang bertiup pelan, seakan membisikkan kata-kata yang indah.

Langit, awan, angin merupakan kesatuan dari keindahan itu.

Keindahan yang tidak akan kau rasakan, jika kau ingin memisahkannya.

Mega mengambil duduk disebelah Putri, Putri menatapnya dengan tertegun. Mega tersenyum kemudian memberikan botol minuman ke arah Putri. "Sendirian aja Put?" Tanyanya dengan senyuman.

Mega menguncir rambutnya sangat tinggi, Putri dapat dengan jelas melihat wajahnya yang manis, tapi sorot matanya sudah tidak terlihat lagi ada kebencian. "Biasanya sih Andi suka nemenin." Ucap Putri masih memperhatikan Mega, walaupun Mega hanya menatap ke arah depan.

"Gimana kondisi kamu?" ucap Mega yang melihat ke arah pergelangan tangan Putri, yang sekarang sudah tidak terbalut kain kasa. "Udah lebih baik kok."Jelas Putri dan kali ini Mega tersenyum mendengar jawaban Putri.

"Aku harap kita bisa berteman ya Put, " Mega kembali berbicara. "Kamu tau gak Put? aku dan Wira Putus." Ucap Mega dengan santai. Putri pun kaget mendengar ucapan temannya. "Loh, kenapa?" Tanya Putri heran.

"Kayanya putus bukan kata yang tepat deh, Karena kita juga gak pernah bilang juga kalau kita pacaran." Ucap Mega yang sedikit menertawakan dirinya. "Setelah aku mengakui semua kesalahanku waktu itu.." Mega kembali mengingatkan Putri kejadian di hari pertama Mega masuk sekolah, dan masalah yang ditimbulkan.

"Wira, mengerti sih. Dia juga maafin aku kok." Ucap Mega dengan percaya diri. "Cuman, saat ini gue butuh ruang aja, ruang buat gue berpikir Put. Apa gue benar-benar sayang atau cinta sama Wira?" Mega kini menghilangkan senyumannya.

"Kenapa lo bisa mikir kaya begitu?" Tanya Putri semakin heran.

"Well, gue suka sama Wira, tapi gue ngerasa kayanya gue jauh." Mega terhenti ketika mengucapkan kata jauh, entah apa yang dipikirkannya. "Wira baik, bahkan terlalu baik. Malahan gue sempat berpikir, kalau selama ini gue tuh kejam. Dan tanpa sadar gue manfaatin Wira. Apa itu yang namanya cinta Put?" Mega kembali bertanya ke Putri, yang ia sendiri bingung untuk menjawabnya.

"Ka Wira itu sayang banget sama kamu Mega." Jawab Putri meyakinkan. Mega langsung bereaksi dengan ucapan Putri, beberapa detik terlihat tatapan matanya yang kosong.

"Wira juga sayang sama kamu Put." Ucap Mega kembali tersenyum. "Iya, tapi kan aku adiknya. Sayang sebagai kakak dan adik." Putri semakin heran dengan pernyataan Mega.

"Iya gue tau kok. Tapi.. Itu yang belum bisa gue bedain. Sebenarnya gue sayang Wira sebagai teman atau memang gue sayang karena gue ingin selalu disampingnya untuk mencintainya." Ucap Mega lirih, terlihat ada rasa sedih ketika mengucapkannya.

"Okk--ey,, gue paham sekarang. Gak apa-apa kok Me. Gue yakin suatu saat lo bisa meyakinkan hati lo sendiri. Gue yakin saat ini lo hanya sedikit bingung." Ucap Putri yang kali ini memegang tangan Mega, seakan ia mengetahui kegundahan yang dialami olehnya.


Chapitre 33: Hikmah 3.

Mega sangat terkejut melihat reaksi Putri, ia pun tersenyum lebar dan membalas pegangan Putri dengan pelukan. Pelukan sebagai teman yang selama ini Putri jarang rasakan, "Maafin gue ya Mega." Ucap Putri dengan spontan, "Gue juga harus minta maaf sama lo." Ucap Mega yang kali ini melepaskan pelukannya.

"Gue benar-benar khawatir dan merasa bersalah, ketika Wira bilang lo berusaha buat.." ucapan Mega terhenti dan memegang pergelangan tangan Putri. Terlihat goresan sayatan itu sudah mulai memudar, meninggalkan garis-garis putih.

"Gue gak akan ngelakuin hal seperti ini lagi, ini janji gue. Gue udah belajar untuk lebih menjadi dewasa dan bersikap bijak setiap kali ada masalah. Jawabannya hanya satu, Kita harus berani menghadapinya satu persatu." Putri mencoba mengalihkan pandangan Mega yang melihat pergelangannya.

"Hey girls, lagi pada ngapain?" Andi yang tiba-tiba datang, tersenyum lebar menghampiri Putri dan Mega. "Pacar kamu datang tuh." Ledek Mega, Andi yang mendengar ucapan Mega, langsung tersenyum lebar menatap Putri. "Pacar?" Putri yang bingung harus menerangkan bagaimana ke Mega soal hubungannya dengan Andi.

"Hai ladys, gue gak ganggu kalian kan." Sapa Andi yang masih berdiri menatap mereka, Mega pun bangkit dari duduknya. "Gak kok, lagian gue juga udah selesai." Ucap Mega yang kini menatap Putri, "Gue tinggal dulu ya Put, senang bisa ngobrol banyak sama lo." Ucap Mega yang berlalu meninggalkan Putri dan Andi.

"Jangan keGe-Eran." Ucap Putri ketus, dan kini Andi duduk disamping Putri. Andi merentangkan tangannya yang panjang di sisi kursi, mencoba meraih bahu Putri. Putri yang sadar dengan keisengan temannya, menarik mundur tangan Andi.

Istirahat siang itu berlalu dengan sangat cepat, Andi mengeluhkan banyak pekerjaan rumah yang diberikan oleh para guru. Putri hanya memberikan nasihat-nasihat kecil dan mencoba menyemangati temannya agar lebih bersemangat. Tapi sering kali Andi mencoba merayu Putri, Putri yang sadar tentunya tidak cepat terbawa suasana.

Putri pun sadar dengan obrolannya dengan Mega, Mega yang masih bingung dengan perasaannya dengan Wira. Begitu pun dengan Putri, ia masih memandang Andi yang masih bercerita panjang. Menatap wajah temannya dengan sangat seksama, mengingat kejadian demi kejadian yang mereka lewati. Andi selalu setia menemaninya, selalu memberikan dukungan dalam setiap kesedihannya.

Andi yang sadar Putri melihatnya, tersipu malu. "Kamu kenapa, liatin aku kaya begitu?" Ucap Andi bingung. "Gak, aku cuman mau bilang terimakasih ya." Jawab Putri tersenyum manis. Dan Andi pun malah menertawakan ucapan Putri.

Usai istirahat, Putri dan Andi kembali ke kelas mereka. Putri masih harus melewatkan dua mata pelajaran lagi. Dia ingat janjinya dengan ayahnya untuk mengantar ke makam ibunya.

Putri sudah tidak sabar menunggu bel pulang berbunyi, Pak raden tampaknya sudah mulai merapikan tugas yang sudah dikumpulkan oleh Rika. Tidak lama bel pulang pun berbunyi. Para murid pun berhamburan keluar kelas.

Putri yang keluar tergesa, langsung berjalan dengan cepat dan mencari temannya Andi. Tidak lama Putri bisa menemukan Andi di antara kerumunan murid. Mereka pun bergegas pulang. Selama perjalanan Putri banyak berbincang dengan temannya, sesekali Andi melayangkan gurauannya terhadap Putri, walau Putri merasa gurauannya sama sekali tidak lucu.

"Put, kamu tau gak?" Tanya Andi yang sedikit berteriak mengimbangi suaranya yang terhantam oleh angin, "Tau Apa?" Tanya Putri menatap Andi dari spion motornya. "Kalau aku itu sayang kamu." Teriak Andi. Putri yang mendengarnya merasa bingung.

"Apa, aku gak dengar." Ledek Putri, "Aku sayang kamu Put." Teriak Andi yang kini memberhentikan motornya di keramaian kedaraan yang terhenti karena lampu merah. "Kamu mau gak jadi.."Andi terhenti karena melihat reaksi Putri yang melotot ke arahnya.

"Jangan bilang apa-apa,, liat semua orang liat kita. Tuh lampu hijau, buruan jalan." Cubit Putri dengan kesal merasa malu menjadi pusat perhatian orang-orang karena suara Andi yang cukup kencang untuk didengar.

Dan Putri pun tiba di rumah dan tentunya dengan selamat, Andi yang berkali-kali menahan Putri untuk masuk ke dalam rumah. Masih berusaha untuk mencoba mengutarakan perasaannya. Dan meminta belas asih terhadap Putri untuk memberikannya waktu berbicara.

"Put, please sebentar aja, 5 menit." Ucap Andi dengan cepat, dan Putri membalasnya dengan menggelengkan kepala dengan cepat. "4 menit." Andi menawar, Putri menggelengkan. "3 menit," Andi kembali menawar, "1 menit," Ucap Putri tersenyum licik.

"Put, aku serius." Andi yang sedang duduk bersender di motornya, tiba-tiba meraih tangan Putri dan menggenggamnya dengan erat dan menatap tajam ke arah Putri. "Kamu mau kan jadi Pacar aku." Ucap Andi tanpa ragu dan malu.

Putri yang mendengarnya, langsung tersenyum. "Kamu yakin?" Putri memberikan pertanyaan, dan membuat bingung Andi yang mendengarnya. "Loh emang kenapa, maksudnya kenapa juga jadi gak yakin." Andi bertanya dan masih berharap Putri menjawab iya segera.

"Maksud aku kamu yakin sama perasaan kamu, kalau kamu itu sayang aku sebagai teman atau sebagai pacar." Ucap Putri yang kini terdengar seperti Mega yang berbicara. Andi langsung kaget dengan pernyataan Putri, dan terlihat bingung untuk menjawabnya.

"Ehh.. ya aku sayang kamu seutuhnya Put, sebagai teman dan sebagai pac..." Putri pun memotong omongan Andi, "Udah satu menit, udah ah aku mau masuk dulu. Udah janji sama papa." Putri berbalik dan melepaskan genggaman tangan Andi. "Jadi aku ditolak nih Put?" Teriak Andi bingung yang menatap Putri berlalu meninggalkannya.

"Aku gak bilang nolak kamu, dan aku juga gak bilang terima kamu. Kamu pikirin dulu jawaban pertanyaan aku ya." Teriak Putri tersenyum dan benar-benar berlalu meninggalkan Andi. Andi yang masih diam terpaku di balik pagar, memikirkan pertanyaan Putri.

"Sayang sebagai teman atau pacar? jadi harus pilih salah satu." Ucap Andi pada dirinya sendiri. "Kalau pilih sayang sebagai pacar, jadi gak bisa sayang sebagai teman. Jadinya gak bisa temanan." Andi kembali berbicara sendiri. "Arrhhh,, pusing sama pikiran perempuan sekarang." Ucap Andi kesal dan sekarang memilih untuk menjalankan motornya.


Load failed, please RETRY

Cadeaux

Cadeau -- Cadeau reçu

    État de l’alimentation hebdomadaire

    Chapitres de déverrouillage par lots

    Table des matières

    Options d'affichage

    Arrière-plan

    Police

    Taille

    Commentaires sur les chapitres

    Écrire un avis État de lecture: C32
    Échec de la publication. Veuillez réessayer
    • Qualité de l’écriture
    • Stabilité des mises à jour
    • Développement de l’histoire
    • Conception des personnages
    • Contexte du monde

    Le score total 0.0

    Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
    Votez avec Power Stone
    Rank 200+ Classement de puissance
    Stone 0 Pierre de Pouvoir
    signaler du contenu inapproprié
    Astuce d’erreur

    Signaler un abus

    Commentaires de paragraphe

    Connectez-vous

    tip Commentaire de paragraphe

    La fonction de commentaire de paragraphe est maintenant disponible sur le Web ! Déplacez la souris sur n’importe quel paragraphe et cliquez sur l’icône pour ajouter votre commentaire.

    De plus, vous pouvez toujours l’activer/désactiver dans les paramètres.

    OK