Putri melihat Ibunya yang sedar terbaring di atas tempat tidur, matanya terpejam layaknya orang yang tertidur lelap. Bahkan ada banyak balutan kain putih yang menutupi sebagian kepalanya, Putri juga melihat jahitan panjang yang terdapat di pipi kanan ibunya.
Putri semakin berjalan mendekati ibunya, Ia bisa melihat banyak jahitan di sekujur tubuh ibunya. Putri menutup mulutnya, menahan nafasnya dan masih tidak percaya dengan penglihatannya. Wajah ibunya terlihat sangat pucat dan matanya masih terpejam, bahkan tangisan Raja dan Rafa yang keras tidak membangunkan dari tidurnya.
"Mama..?" Ucap Putri cukup keras, Raja yang berada di sampingnya melirik ke arah Putri dan bangkit dari duduknya, untuk kesekian kalinya Putri dirangkul oleh saudara laki-lakinya. Raja menyeka air matanya, dan semakin erat memegang bahu Putri.
Putri melepaskan pelukan Raja dan langsung meraih tangan ibunya, dan menyentuh pipi ibunya dengan pelan dan lembut. Putri merasakan rasa dingin saat menyentuh kulit ibunya, bahkan ia juga merasakan kulit ibunya menjadi kaku.
"Mama..?" Putri mencoba memanggil ibunya, tapi mata ibunya tidak terbuka masih terpejam seakan tidak mendengar suara Putri yang memanggilnya. Putri kembali berlinang air mata, masih tidak percaya dengan yang dilihatnya. Ia kembali memanggil ibunya berulang-ulang bahkan lebih keras dari sebelumnya.
Putri yang sudah mulai histeris, membuat orang yang berada di luar masuk kedalam ruangan tersebut. Putri tetap berusaha memanggil ibunya, dan kali ini dia sedikit menggoncangkan tubuh ibunya. Raja mendekati Putri, dan menarik Putri yang masih mencoba untuk tidak melepaskan genggaman dari tangan ibunya.
Raja kini kembali memeluk Putri dengan masih terisak nangis. Mereka yang berada di luar mulai masuk kedalam ruangan. Rafa, Rian, Wira pun mengelilingi Putri. Mereka tidak mengatakan satu katapun, tapi Putri sadar dengan situasi yang menyedihkan ini. Ia sadar bahwa ibunya tidak akan lagi membuka matanya.
Hari itu adalah hari yang berat untuk keluarga Soedarmo, Bambang Soedarmo masih terselamatkan setelah melalui operasi yang cukup berat. Hanya saja Bambang masih belum sadarkan diri dari operasinya. Bambang mengalami patah tulang yang cukup parah di area kakinya, tidak hanya itu benturan yang keras di kepalanya menyebabkan ada cedera di kepalanya.
Sungguh menyedihkan, bahkan Bambang yang belum sadar dari komanya belum menyadari kematian istri tercintanya. Dalam kesedihannya, Putri menyempatkan diri untuk melihat kondisi ayahnya yang masih berada di ruang ICU. Putri berkali-kali menyentuh tangan ayahnya, tangan itu masih hangat. Putri merasakan ayahnya masih ada dan ia merasakan takut berlebihan jika harus kehilangan ayahnya. Putri mengecup kening ayahnya, dalam hatinya ia terus berdoa untuk kesembuhan ayahnya.
Renata yang baru saja tiba, terlihat dari koper yang masih dibawanya, memberikan semangat kepada suaminya Roy. Memberikan pelukan kepada Roy, terlihat wajahnya yang simpati menatap suaminya.
Hari itu merupakan hari yang sangat berat, jenazah ibunya dengan segera dibawa pulang menuju kerumah mereka. Siang hari para kerabat, sahabat dan keluarga jauh berdatangan, banyak ucapan belasungkawa yang mereka terima. Bahkan Mega pun mendatangi Putri dan memeluknya yang sedang bersedih, Putri tidak memikirkan apapun. Ia saat itu tidak begitu peduli apakah Mega tulus ataupun tidak bersimpati kepadanya.
Tidak hanya itu, media pun menyoroti berita kematian Mariana yang cukup tragis. Surya dan Roy pun memberikan beberapa penjelasan kepada media, mengenai kondisi ayah dan mereka saat ini.
Pemakaman pun berlangsung tanpa ada kehadiran Bambang yang masih terbaring dirumah sakit. Suasana sore itu sangat memilukan, bahkan hingga langit pun ikut bersedih dan berlinang air mata atas kepergian Mariana.
Hingga malam, para kerabat dan keluarga tetap berdatangan mengucapkan ucapan belasungkawa. Malam yang sudah mulai larut, membuat para tamu pulang satu persatu-satu meninggalkan kediaman mereka,
Putri yang masih duduk diruang keluarga, terus memandangi album foto keluarga. Membuka satu persatu halaman, foto-foto masa kecil bermunculan. Foto keluarga, dan foto-foto ibunya yang selalu terlihat cantik di foto.
TV masih menyala diruang keluarga, bahkan kali ini ada berita malam yang memberikan informasi kecelakaan Direktur utama Elang Industri bersama Istrinya. Putri langsung melihat ke arah TV, melihat penyiar wanita yang menyampaikan berita duka.
Putri masih menyimak penyiar TV itu meberikan penjelasan bagaimana kecelakaan itu terjadi. Penyiar itu menjelaskan bahwa, mobil yang dikendarai oleh Bambang ditabrak oleh pengemudi truk yang tidak sadar dalam kondisi mengantuk. Karena kejadian berlangsung di malam hari, hujan dan jalanan yang sepi. Pengemudi tersebut tidak menyadari, bahwa lampu merah yang berada di depannya. Pengemudi terus menjalankan truknya, tanpa menyadari mobil yang dikendarai Bambang melaju dari arah berlawanan.
Penyiar tersebut, bahkan menginformasikan bahwa mereka memiliki bukti CCTV. Putri semakin memperhatikan layar TV yang berada di depannya. Tiba-tiba saja Rian datang, dan mematikan siaran berita malam itu. Putri melihat lesu Rian, yang wajahnya juga sama lesu dan lelahnya seperti Putri.
"Putri, ini sudah malam. Ada baiknya kamu istirahat." Perintah Rian. "Ya kak," Jawab Putri pelan, dan berdiri meletakkan kembali album foto di dalam lemari yang ia ambil. "Kak?" Putri membalikkan badannya, "Ya?" Rian balik bertanya.
"Papa, Apa papa..?" Putri tidak berani meneruskan pertanyaannya. "Papa akan baik-baik saja OK. Kita tidak boleh pesimis." Jawab Rian dengan yakin. "Jaga kesehatanmu, kita akan bergantian menjaga papa di rumah sakit. Malam ini, Raja dan Rafa yang menjaga." Ucap Rian melanjutkan.
Putri pun menuruti perintah Rian, untuk beristirahat. Malam itu adalah malam yang sangat berat untuknya. Walaupun semua orang sudah berada di dalam kamar, ternyata tidak hanya Putri yang tidak bisa tidur dengan nyenyak. Semua anak Mariana, masih terjaga. Walaupun tubuh mereka berbaring di tempat tidur, tapi pikiran mereka tetap menerawang dan memikirkan kenangan-kenangan manis bersama ibu mereka.
Semua masih tampak terpukul, dan masih belum mempercayai apa yang baru saja mereka alami. Malam itu suasana rumah lebih sunyi daripada biasanya, kesunyian yang selama ini seperti diam-diam mengikuti keluarga Soedarmo.
*Senyumannya tak lagi kurasa.
Tangannya yang lembut, tak lagi menyentuhku.
Kenangan yang terindah yang tak kan pernah hilang walau termakan waktu.
Tak perlu menatap kesedihan yang terlalu dalam.
Cukup dengan tersenyum dan mengingat semua kebaikan yang ada.
Menguatkan hati, dan menghadapinya dengan cara yang bijak.
Jangan pernah menyalahkan-Nya
Jangan pernah berprasangka kepada-Nya
Karena Dia yang lebih tau, apa yang terbaik untuk semua.
Putri menutup buku catatannya, menarik selimutnya dengan panjang. Kali ini air matanya mulai mengalir, walau hanya sedikit tapi rasanya lebih menyakitkan. Mencoba memejamkan matanya dan mengingat-ingat wajah ibunya yang selalu tersenyum kepadanya. Berharap dia bisa mengatakan untuk terakhir kalinya bahwa dia sangat menyayangi ibunya hingga kapan pun.
Empat hari pun berlalu, semenjak kepergian ibunya. Putri dan Wira belum memutuskan untuk bersekolah. Mereka memutuskan untuk mengambil waktu satu minggu untuk berduka. Di sisi lain Surya dan Roy mulai bekerja sama kembali untuk membantu ayah mereka di perusahaan.
Andi dan Putri selalu rutin datang berkunjung untuk menengok ayah mereka yang belum sadar. Andi selalu menyemangati Putri yang masih terlihat sedih.
Putri melihat perubahan luar biasa yang tidak dibayangkan olehnya dengan sikap Mega yang berubah. Putri ingat di hari kedua setelah kepergian ibunya, Putri masih berdiam diri di kamar. Sore itu dikamar setelah berbicara ditelepon dengan Andi, Putri mendapati ada yang mengetuk kamarnya, dan melihat sosok Mega berdiri di depannya.
Mega benar-benar berubah atas sikapnya selama ini terhadap Putri, bahkan dia pun meminta maaf membuat Putri menjadi depresi.
Putri tidak menyangka, Mega telah kembali menjadi Mega yang dulu, yang tidak memiliki dendam terhadapnya. Bahkan Mega juga mengatakan kepadanya, bahwa dia sudah mengatakan kejadian sebenarnya kepada Wira - kejadian di hari pertama sekolahnya.
Putri tentunya tidak menolak ajakan perdamaian itu, tapi saat ini dirinya masih butuh ruang untuk berpikir, dan Mega memahami akan hal tersebut.
Sore itu dihari kelima setelah kejadian, Putri mendapat kabar dari pihak rumah sakit bahwa ayah mereka telah siuman. Semua Anggota keluarga segera menuju ke rumah sakit, kecuali Rian yang sudah berada disana. Mereka sudah tidak sabar untuk bertemu dengan ayah mereka.
Sesampainya disana, mereka bisa melihat sosok ayah mereka yang selalu terlihat kuat dan tegar, sudah tidak sekuat atau setegar apapun. Ayah mereka sudah mengetahui kepergian istri tecintanya.
Isak tangis kembali menghampiri mereka, ketika mereka tidak kuat melihat ayah mereka yang menangis pilu. Putri memeluk erat ayahnya, mengatakan ia akan menjaga ayahnya layaknya Ibunya dulu menjaga ayahnya.
Bambang tidak bisa langsung keluar dari rumah sakit, apalagi kondisinya yang masih belum bisa berjalan, dan masih ada prosedur operasi yang masih harus dilewatinya untuk memasang pen diantara tulang kakinya.
Mereka semua sangat mengerti dengan kesedihan ayah mereka, tapi saat ini yang bisa mereka lakukan adalah tetap memberikan kasih sayang dan semangat kepada ayah mereka.
Sudah tiga bulan berlalu semenjak sepeninggalan ibunya, pagi itu Putri seperti biasa bersiap-siap untuk bersekolah. Sarapan pagi, saat itu sudah cukup ramai. Semua anggota keluarga berkumpul, termaksud Surya dan Leyna yang sudah tinggal bersama mereka. Renata pun tampak akrab dengan Leyna, tidak terlihat dia tidak menyukainya.
Putri berpikir apakah ini hikmah dibalik semuanya, akhirnya keluarga mereka bisa berkumpul tanpa ada konflik. Bambang terlihat pucat dan masih duduk di kursi rodanya, pasca operasi ia belum diperbolehkan untuk berjalan normal.
"Hari ini papa, akan kembali ke makam mama." Ucap Bambang, dan kini semua orang di meja makan memperhatikannya berbicara. "Papa yakin?" Tanya Surya . "Ya." Jawab papa cepat.
"Hari ini Surya dan Roy akan ke kantor. Kami belum bisa temani papa ke makam mama." Roy menjelaskan. "Papa berangkat dengan supir saja."Jelas Papa. "Jangan Pa." Larang Rian. "Bagaimana kalau kita tunda besok, kalau besok Rian bisa temani papa." Rian menjelaskan.
"Gak apa-apa kok, biar papa sendiri aja." Ucap Bambang dengan tersenyum. "Leyna antar ya pah?" Leyna mendadak menawarkan diri, terlihat ada rasa kaget yang timbul beberapa detik di wajah Bambang melihat menantu yang selalu ia musuhi menawarkan bantuannya.
"Maaf pah, Renata juga belum bisa antar. Renata juga ada keperluan di kantor, kalau besok bisa kok." Renata pun tidak mau kalah perhatian dengan Leyna. Papa pun tersenyum dengan lebar dan tertawa kecil. Semua memperhatikannya, dan juga bingung.
"Kalian semua perhatian sama papa." Suara Bambang sedikit bergetar, mereka semua mengira ayah mereka akan menangis. "Raja, Rafa, maafin papa ya. Atas sikap papa selama ini." Ucap Bambang yang memandang Raja dan Rafa yang duduk persis disisi kanan dan kirinya. Raja dan Rafa pun membalas dengan menggenggam tangan ayahnya.
"Surya dan Leyna, Papa juga minta maaf dengan kalian. Selama ini sikap papa pada kalian pasti menyusahkan." Ucap Papa kembali tersenyum dan memandang Surya dan Leyna yang membalas senyuman Bambang.
"Roy, Renata. Papa juga berterimakasih atas pengorbanan kalian." Kali ini Bambang menyeka air matanya yang keluar. "Pa, sudah jangan sedih lagi." Ucap Roy yang khawatir melihat ayahnya menitikkan air matanya.
Bambang menarik nafasnya dengan panjang, "Rian, Wira, Putri. Papa tau selama ini papa kurang perhatian pada kalian." Bambang menatap ketiga anaknya, dan kembali menitikkan air matanya, "Papa minta maaf ya." Ucap Bambang masih menyeka air matanya.
"Pah, benar kata Ka Roy. Papa jangan bersedih lagi." Putri berjalan mendekati ayahnya, dan merangkul ayahnya dengan penuh kehangatan.
"Papa jangan sedih, nanti sore Putri juga ikut bantu temani papa ke makam mama ya. Ucap Putri menatap wajah ayahnya dengan senyuman. "Papa Harus banyak istirahat, pulangnya jangan terlalu malam ya." Ucap Surya menimpali.
"Papa gak perlu pusing dengan urusan pekerjaan. Kali ini Roy dibantu Surya." Roy menatap Surya, dan Surya meresponnya dengan mengangguk cepat. Papa kembali tersenyum menatap semua anggota keluarga yang berada di meja makan.
Entah mengapa kali ini Bambang merasakan kehangatan di keluarganya, walaupun tanpa kehadiran istrinya. Sarapan pagi berlalu dengan cepat, tapi setiap anggota keluarga merasa waktu sarapan mereka berjalan dengan lama.
Canda dan tawa mulai terdengar, setiap anggota keluarga sibuk menceritakan kegiatan mereka. Bahkan kali ini Raja dan Rafa tidak ragu untuk menceritakan soal bisnis yang mereka jalani selama ini.
Setelah sarapan pagi usai. Surya dan Roy yang ditemani oleh Renata bersiap-siap untuk berangkat ke kantor. Wira dan Rian memutuskan untuk berangkat bersama, sedangkan Raja dan Rafa mereka pun bersiap untuk menuju galeri mereka.
Leyna, tentunya menemani papa yang berada di rumah. Keberadaan Leyna tentunya sangat membantu dalam mengelola rumah tangga, para assisten rumah tangga pun menyambut Leyna dengan sangat senang.
Sedangkan Putri seperti biasa ditemani oleh Andi menuju sekolah. Perjalanan mereka cukup lancar, dan Putri bisa merasakan sinar matahari pagi yang ia rasakan memberikannya banyak semangat dalam ia menjalani hari-harinya.
Walaupun tiga bulan sudah berlalu, Putri masih saja menerima ucapan turut berduka dari teman ataupun guru-guru disekolahnya. Kali ini Putri lebih banyak bersosialisasi dengan teman-teman kelasnya. Andi yang menyadarinya sangat senang melihat perubahan Putri.
"Putri..." Ucap Rika yang menghampiri dengan tergesa Putri dan Andi yang sedang berjalan di lorong sekolah. "Kenapa Rika?" Tanya Putri dengan senyuman, awalnya Rika sedikit bingung melihat perubahan Putri, tapi ia pun tidak terlalu memikirkannnya selama perubahan itu baik.
Vous aimerez peut-être aussi
Commentaire de paragraphe
La fonction de commentaire de paragraphe est maintenant disponible sur le Web ! Déplacez la souris sur n’importe quel paragraphe et cliquez sur l’icône pour ajouter votre commentaire.
De plus, vous pouvez toujours l’activer/désactiver dans les paramètres.
OK