Télécharger l’application
3.56% IHeart You / Chapter 12: Kedatangan Roy & Renata.

Chapitre 12: Kedatangan Roy & Renata.

"Kakak keduaku, Kak Roy. Dia menikah karena perjodohan yang dilakukan oleh Papa. Awalnya sih aku berpikir Kak Roy akan melakukan hal yang sama yang dilakukan oleh Kak Surya. Tapi ternyata Kak Roy menerima apa yang menjadi pilihan papa. Dan akhirnya mereka pun menikah." Ucap Putri kini meletakkan eskrimnya ke dalam gelas kertas.

"Wah aku pikir, udah gak ada yang namanya perjodohan. Ternyata masih ada ya." Andi tersenyum dengan lebar. "Itulah sebabnya aku malas pacaran. Buat apa menjalin hubungan serius, kalau kenyataannya nanti juga gak akan bisa dipersatukan." Andi yang mendengar omongan Putri langsung tersedak. Entah mengapa ucapan Putri terakhir membuatnya tertohok. Dan Andi hanya membalas dengan mengiyakan pernyataan Putri, "Benar, lebih baik temanan saja kan. Kaya kita begitu." Andi yang menyeringai, membuat Putri menjadi aneh melihatnya.

"Oh Iya, Ka Roy akan balik kan dari bulan madunya minggu ini kan." Andi membuka pembicaraan lagi. Putri hanya mengangguk pelan, "Aku gak suka sama Renata, Kalau ada pemilihan kakak ipar terbaik, Aku pasti pilih ka Leyna." Ucap Putri dengan wajah seriusnya.

Andi mengantarkan Putri kembali ke rumah, sesampai di depan gerbang pintu rumah. Putri menawarkan temannnya untuk masuk dan berkunjung ke dalam rumahnya. Andi pun tidak bisa memenuhi tawaran temannya. Dan harus langsung bergegas pulang, hari pun sudah mulai gelap.

Putri memasuki gerbang pintu rumah. Terlihat Pak Ano dan Bi Lastri yang sedang berbincang-bincang sambil merapikan berbagai peralatan kebun. Pak Bimo supir keluarga mereka terlihat sedang santai, sesekali merapikan dan mengelap mobil dengan kemoceng yang dia pegang.

Ada pemandangan baru yang Putri sadari, sebelum dia memasuki bagian dalam rumah. Ada mobil sedan hitam, yang terpakir di halamannya, Putri mengenali mobil itu yang merupakan milik kakanya Roy.

Apakah Roy sudah pulang bersama Renata, pikir Putri penasaran. "Bi Lastri." Teriak Putri, dan bi Lastri yang sedang asik mengobrol ringan langsung mendekati Putri dengan segan. "Ya non Putri, kenapa? Bisa dibantu?" Tanya Bi Lastri.

"Ka Roy sudah pulang?" Tanya Putri dengan sangat pelan.

"Iya Non, baru sampai sejam yang lalu." Ucap Bi Lastri mengangguk dengan cepat.

"Mama dan Papa sudah pulang?" Tanya Putri, walau dia sebenarnya sudah tau jika pak Bimo sudah ada di rumah, kedua orang tuanya juga pasti sudah tiba.

"Sudah non." Jawab Bi Lastri.

Putri pun segera masuk kedalam rumah, dan benar dia mendengar suara banyak orang yang sedang berbicara di ruang keluarga. Putri memasuki ruang keluarga dengan hati-hati. Laki-laki dengan tubuh tegap dan tinggi, wajahnya yang kotak dengan kacamatanya membuat Putri sangat mengenali wajah kakak keduanya. Yang sedang duduk santai dan berbincang dengan ayahnya.

Terlihat Rian dan Wira juga sudah berada di ruang keluarga. Wanita dengan rambut hitamnya yang pendek sebahu, sedikit berponi dan dengan wajahnya runcing tersenyum kecil menatap Putri.

"Ka Roy.." Ucap Putri dengan keras, Kini semua tatapan memandang Putri yang baru saja tiba di ruang keluarga. Roy pun berdiri dan mengulurkan kedua tangannya, Putri pun langsung mendekati dan memeluk kakanya, serta merta memberikan salim kepada kakaknya.

"Duh, Putri, kamu gemukan ya sekarang."Ejek Roy kepada Putri. Putri pun langsung melepaskan pelukannya. Dan menatap wajah kakanya. "Sudah pulang dari bulan madunya, kok lebih cepat sih ka?" Tanya Putri dan reaksi Roy sedikit terkejut.

"Ehh, iya, ada perubahan rencana." Jawab Roy dengan singkat.

"Hei Put." Suara berat tapi cukup lembut, muncul dari balik punggung Roy. Renata menatap Putri dengan senyuman kecilnya. "Halo, kak Renata, apakabarnya?" Jawab Putri yang berjalan meninggalkan Roy dan beralih ke Renata.

Putri memberikan salim dan mencium pipi Renata. Tercium aroma parfum yang sudah menjadi ciri khasnya.

"Ayo Put, duduk sini." Ucap Mama yang masih duduk. Putri pun menyampiri mama dan papanya, dan juga memberikan salim kepada kedua orangtuanya. "Ma, Pa, Putri ganti baju dulu ya." Ucap Putri dengan sangat manis. Dan pergi meninggalkan ruang keluarga.

Sore menjelang malam itu, mereka masih berbincang-bincang santai. Renata bahkan membagikan beberapa buah tangan kepada Putri, Wira, Rian. Sesekali Renata melayangkan pertanyaan kepada Wira yang akan menghadapi kelulusan dan bertanya universitas mana yang akan diambil. Rian pun tidak luput dari berbagai pertanyaan yang ditanyakan oleh Renata.

Raja dan Rafa yang baru tiba pada saat makan malam, langsung menemui Roy dan berbincang-bincang mengenai obrolan para lelaki (Putri berusaha untuk menutup telinganya mendengar kakak kembarnya duduk berada disampingnya, membuatnya tidak konsentrasi untuk makan). Sedangkan Renata masih tampak canggung dengan kembar, karena masih belum bisa membedakan mana Raja dan mana Rafa. Putri yang tidak begitu suka dengan Renata, hanya bisa mengikuti alur pembicaraan yang sudah tercipta.

Makan malam pun tiba, hidangan malam itu sedikit berbeda. Setidaknya ada banyak pilihan makanan utama yang dihidangkan. Semua anggota berkumpul dan masih berbincang-bincang santai di meja makan.

"Jadi Renata, bagaimana kondisi di lapangan. Papa dengar, ayahmu akan mengambil beberapa lahan di daerah Kalimantan." Tanya Papa yang kini sudah mulai menghabiskan sebagian makan malamnya. Renata pun segera menelan makanan yang ada di mulutnya sebelum mulai berbicara.

"Ya pah, benar. Terakhir Rena dengar dari ayah, semua sudah dalam proses kesepakatan dan nanti kita tinggal lanjut keproses pembangunan. Targetnya sampai dengan tahun depan harusnya sih selesai." Ucap Renata sambil sedikit mengelap mulutnya.

"Wah bagus itu, disana prospeknya bagus." Ucap Mama yang sekarang menimpali omongan papa. Putri hanya bisa diam sambil menyimak perkataan mereka.

"Ya Ma, benar. Bahkan Ayah rencananya ingin aku dan Roy untuk membantu mengelola tempat tersebut." Ucap Renata tersenyum menatap mama dan menggenggam tangan kanan Roy, agar Roy mengiyakan omongannya. Roy yang sadar, langsung mulai angkat bicara.

"Ya benar Ma, tapi kita masih memikirkan hal itu bukan sayang." Ucap Roy dengan datar, dan melepas genggaman tangan Renata dengan pelan-pelan. Putri melihat ekspresi tidak suka Renata, sesaat setelah Roy melepas genggaman tangan Renata.

"Ya wajarlah, kalian kan pastinya masih pengantin baru. Masih banyak penyesuaian yang harus dilakukan." Ucap Papa yang sepertinya tidak sadar, dengan ekspresi wajah Renata yang berubah. Renata hanya membalas dengan senyuman ke arah mertuanya.

"Ya benar, pegantin baru jangan pusing-pusing dulu sama urusan pekerjaan. Lagi pula kan kalian masih dalam rangka bulan madu. Mama kaget loh, tau-tau kalian sudah pulang lebih awal." Ucap Mama menengahi.

"Ayo dong Roy, besok kamu harus ajak jalan-jalan Renata. Ingat loh,, Papa mau menimang cucu." Ucap Papa menggoda. Terlihat Ekspresi Roy yang berubah menjadi malu, sedangkan Renata tersenyum bahagia, "Iya Papa, kita gak ada rencana menunda kok." Ucap Renata memandang suaminya, dan kembali menggenggam tangan suaminya.

"Pah, Kak Surya juga hampir punya anak . Jika saja.." Putri yang tidak sadar mengucapkan kalimat tersebut, terhenti karena melihat ekspresi ayahnya berubah menjadi diam, bahkan gara-gara mendengarkan ucapan Putri, ayahnya tanpa sadar melepaskan sendoknya dari genggamannya. Sendoknya pun membentur piring yang sudah hampir kosong, walaupun suara benturannya tidak terlalu nyaring tapi cukup membuat hening sesaat di suasana makan malam saat itu.


Chapitre 13: Malam Yang Mengesalkan.

Mama yang sadar akan ucapan Putri memberikan tatapan terbaiknya saat itu, tanpa berkedip memandang lurus ke arah Putri. "Ehh,, Maaf." Ucap Putri singkat. Si kembar, Rian, Wira menatap bingung ke arah ayah mereka dan Putri.

Suasana berikutnya benar- benar semakin canggung. Tidak ada senyuman yang terpancar di raut wajah ayahnya. Mama sesekali mengalihkan percakapan, tetap tidak berhasil. Kali ini Bambang Soedarmo – Suaminya menghabiskan makan malamnya dengan cepat, kemudian segera berlalu. Mariana pun ikut menyusul suaminya.

Roy dan Renata juga menyadari suasana makan malam yang mulai tidak nyaman. Memutuskan untuk tidak menghabiskan makan malamnya dan membuat alasan untuk segera beristirahat di kamar.

Tinggallah para anak-anak di meja makan. "Wah Put, kamu benar-benar best trouble maker yaa tadi," Ucap Rafa dengan senyuman liciknya. Putri hanya mengkernyutkan dahinya memandang kakak kembarnya. "Apa sih ka Rafa." Putri mendengus kesal.

"Lagian gak apa-apa juga, gak ada mereka makan jadi enak. Lebih menghayati." Ucap Raja yang menyenggol Rafa dan mengambil beberapa lauk didepannya. Wira menatap kakak kembarnya dengan wajah datarnya.

"Sudahlah, ini kan bukan urusan kita juga. Tapi kok Put kamu bisa tau?" Tanya Rian yang meneguk minumannya. "Loh, kalian semua udah tau ya?" Tanya Putri dengan Aneh. Raja dan Rafa menyeringai ke arah Putri. Dan Putri semakin tidak menyukai tatapan si kembar.

"Kayanya kamu jadi orang terakhir yang tau soal kehamilan Kak Leyna." Ucap Rafa memperjelas. Kali ini Putri meletakkan sendoknya dengan cepat. "Ka Rian tau?" Tanya Putri dengan cepat dan menatap tajam ke arah Rian, "Tau kok." Jawab Rian Cepat.

"Kak Wira tau?" Putri berbalik arah menatap Wira. Wira tidak menjawab, hanya berucap "hmmmm" sambil mengunyah makanan di dalam mulutnya. Putri mendengus kesal, kenapa bisa dia jadi orang terakhir yang tau.

"Terus, memang salah kalau Putri bicara seperti itu tadi." Tanya Putri serius. "Kamu bukan salah, tapi bodoh." Ucap Wira yang sudah menghabiskan makanan yang berada di mulutnya. Raja dan Rafa pun tertawa mendengar celetukkan Wira yang cukup dalam ke Putri. Rian masih sibuk menghabiskan makanannya, kali ini dia mengeluarkan handphonenya.

"Rian, urusan kita belum kelar loh." Ucap Raja yang sadar melihat Rian sudah mulai menghabiskan makanannnya. "Aduhh,, Hey Kembar, bisa tidak? Gak libatin gue." Ucap Rian kesal tanpa memandang.

Rafa bangkit dari kursinya, berjalan mendekati Rian kemudian berbisik-bisik. Bahkan Putri melihat ekpresi wajah Rian yang mulai tertarik. "Ok... kalau begitu." Ucap Rian dengan senyumannya. "Apa sih, pakai rahasian sama Putri?" ucap Putri kesal.

"Bukan urusan kamu." Ucap Raja, yang juga sudah menghabiskan makan malamnya. Putri lagi-lagi hanya bisa mengkernyutkan dahinya. "Wira, ikutan yuk?" Tanya Rian, Wira pun menjawab dengan cepat. "Enggak bisa, lagi ada urusan."

"Putri, Putri bisa kok." Putri mengacungkan jari telunjuknya ke arah Raja, berharap tau apa yang mereka lakukan. Raja melirik licik ke arah Rafa, kemudian mereka pun menyeringai lebar ke arah Putri.

Putri yang sudah dibuat kesal oleh si kembar, memutuskan untuk pergi meninggalkan makan malam. Dan meninggalkan kakak laki-laki yang tersisa di meja makan, Putri pun menuju dapur bersih dan mengambil beberapa buah dan cemilan untuk di kamarnya.

Setelah dirasa cukup dengan semua makanan dan minuman yang sudah dia kumpulkan. Masih dengan tangan yang penuh, Putri mulai berjalan pelan menuju ke kamarnya. Kamar Roy terletak sama persis di lantai dua, berjejeran dengan kamar Putri. Bahkan sebelum menuju kamarnya, Putri harus melewati kamar kakak keduanya tersebut.

Terlihat lampu kamar masih belum padam, dan Putri yakin mereka belum tertidur. Putri sempat berpikir apakah perlu menawarkan cemilan di malam hari kepada Roy dan Renata. Putri hampir saja mengangkat tangannya untuk mengetuk pintu kamarnya.

Tapi ada obrolan yang membuatnya penasaran. Ya dia tau sekarang dia sedang menguping. Dan Putri masih penasaran dengan perbincangan mereka di dalam kamar.

"Aduhh, lelah sekali hari ini. Rasanya aku mau bangun siang besok pagi," suara Renata terdengar dari balik pintu dan sepertinya dia tidak sadar suaranya cukup terdengar hingga ke luar. "Besok aku akan ikut dengan Papa, ada beberapa pekerjaan yang harus diselesaikan." Terdengar suara Roy yang membalas ucapan Renata.

"hmm, baru saja menikah, belum menyelesaikan bulan madu kita dan kamu sudah sibuk dengan urusan pekerjaanmu Roy." Suara Renata terdengar sedikit kesal. "Sudahlah Renata, kau kan sudah tau sebelum pernikahan kita. Memang ada beberapa pekerjaaan yang ter-pending." Roy menjawab dengan nada kesal.

"Ya aku tau, tapi apa tidak bisa besok kau menemaniku pergi berbelanja. Sebentar saja." Intonasi Renata sedikit manja, dan Putri langsung menampakkan ekspresi mual tanpa sadar. "Tidak bisa Renata." Jawab Roy dengan datar.

"Roy, kamu tuh sebenarnya sayang dan cinta gak sih sama aku?" Nada suara Renata semakin meninggi. "Sudahlah Rena, kamu tau kan kita menikah karena perjodohan." Terdengar suara buk yang keras, (Seperti suara lemari baju yang ditutup keras, pikir Putri).

"Roy setelah apa yang kita lakukan kemarin saat kita berbulan madu, dan kamu masih bersikap dingin seperti ini." Ucap Rena dengan kesal. "Cukup Rena!" Kali ini suara Roy lebih meninggi dari sebelumnya.

"Kalau kamu memang hanya ingin berbelanja, kamu kan bisa ajak Putri. Lagian kalian kan sama-sama wanita." Ucap Roy melanjutkan omongannya. Putri yang mendengar hal tersebut, langsung menggeleng-gelengkan kepalanya tanpa sadar. (No..no..no.. Ucapnya tanpa ada suara, dan masih menguping)

"Putri maksud kamu?" Terdengar nada suara Renata seperti meremehkan, "Kadang-kadang aku bingung dengan keluarga kalian ya. Contohnya Putri, anak perempuan satu-satunya di keluarga ini, tapi tampaknya adik perempuan mu itu butuh pelatihan khusus agar bisa menjadi wanita yang lebih terhormat dan terpelajar." Terdengar Renata menarik nafasnya dengan panjang sebelum melanjutkan omongannya.

"Kau lihat, bagaimana adikmu merusak suasana makan malam tadi. Belum kakak mu, Wira yang menikah dengan wanita rendahan, dan si kembar. Aku saja tau kalau mereka tidak pernah serius dengan kuliah mereka, Rian yang terlalu diplomatis, dan Wira yang terlalu pend.."

"RENA, Cukup!!" Suara Roy kini menggelegar, dan langsung membungkam suara Renata, dia pun langsung terdiam ("Bagus ka Roy." Pikir Putri).

"Walaupun kamu sekarang sudah menjadi istriku, kamu tidak berhak menilai saudaraku, dan menilai apa yang pantas untuk mereka." Tidak ada balasan dari suara Renata. Putri hanya mendengar suara gumam yang tidak jelas dan samar-samar mendengar suara keluhan Renata yang terdengar.

"Putri, tidak baik loh menguping pendengaran orang lain." Wira berbisik pelan dikupingnya, membuat Putri kaget melihat kakaknya sudah berdiri disamping Putri. "Kak Wira?" Ucap Putri dengan suara lirih.

"Sana, balik kekamarmu." Perintah Wira, yang memperhatikan ekspresi Putri yang langsung memerah malu. "Iya kak, maaf ya. Putri ke kamar dulu." Putri pun bergegas menuju ke kamarnya. Dan sangat malu, karena dia ketahuan menguping pembicaraan Roy dan Renata.

Putri yang duduk dibawah lantai, dan menyenderkan bahunya disisi tempat tidur terus mengunyah cemilan yang dibawanya tadi. Masih kesal dan memikirkan perkataan kakak iparnya mengenai dirinya dan kakak-kakaknya.

"Menjadi wanita yang lebih terhormat?? Maksudnya.. errgghhhhh." Putri berteriak pelan, saking kesalnya dia tidak sadar sudah menggigit bantal yang dipeluknya. "Dasar wanita bertopeng, wanita ular." Pikirnya masih kesal.

"Andi juga gak ada kabarnya sih?" Putri melirik ke layar handphone-nya. Menatap chat yang dikirimkan ke Andi, sama sekali tidak ada balasan.

"Keselll...keselll...keselll.." Ucap Putri yang sekarang mengertakkan kakinya berulang-ulang ke lantai, dan masih tetap menghabiskan semua cemilan ditangannya.


Load failed, please RETRY

Cadeaux

Cadeau -- Cadeau reçu

    État de l’alimentation hebdomadaire

    Chapitres de déverrouillage par lots

    Table des matières

    Options d'affichage

    Arrière-plan

    Police

    Taille

    Commentaires sur les chapitres

    Écrire un avis État de lecture: C12
    Échec de la publication. Veuillez réessayer
    • Qualité de l’écriture
    • Stabilité des mises à jour
    • Développement de l’histoire
    • Conception des personnages
    • Contexte du monde

    Le score total 0.0

    Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
    Votez avec Power Stone
    Rank 200+ Classement de puissance
    Stone 0 Pierre de Pouvoir
    signaler du contenu inapproprié
    Astuce d’erreur

    Signaler un abus

    Commentaires de paragraphe

    Connectez-vous

    tip Commentaire de paragraphe

    La fonction de commentaire de paragraphe est maintenant disponible sur le Web ! Déplacez la souris sur n’importe quel paragraphe et cliquez sur l’icône pour ajouter votre commentaire.

    De plus, vous pouvez toujours l’activer/désactiver dans les paramètres.

    OK