Télécharger l’application
3.3% IHeart You / Chapter 11: Rasa Sayang Putri Kepada Surya.

Chapitre 11: Rasa Sayang Putri Kepada Surya.

Andi sedikit jengkel dengan sikap jahil Surya, tapi tetap saja ia harus menjaga kesopanan. Alih-alih marah, Andi hanya bisa memberikan senyumnya secara ikhlas.

"Asal jangan sering-sering aja ya kak Surya, bisa-bisa Andi masuk ke rumah sakit." Celetuk Andi dengan senyum dipaksa.

"Aduh, maaf ya Ndi, Kak Surya tuh orangnya begitu – Iseng bangett." Putri kemudian menyodorkan minuman ke arah Andi, "Minum dulu ini."

"Udah banyak minum aku Put, perut sampai kembung begini udah kaya ikan." Ucap Andi, dan Putri kembali mengembalikan gelas ke Meja. Surya yang sudah mengendalikan tawanya, kembali menatap Andi dengan raut wajah yang kali ini berbeda, dan lebih ramah dibandingkan sebelumnya.

"OK, Sorry ya. Gak ada maksud apa-apa kok. Cuman mau test aja, seperti apa teman adik saya ini." Surya tesenyum ramah dan sambil mengambil gelas yang tadi Putri tawarkan untuk Andi, dan meneguknya sedikit.

"Tapi kamu tipe anak yang lucu dan humoris, kok bisa temanan sama Putri yang super judes dan jutek ini." Surya menatap adiknya, "Ih apa sih Kak Surya, Putri udah gak begitu lagi kok." Putri memalingkan wajahnya ke Andi, sadar slyer di kepala Andi tidak ada.

"Andi, slyer tumben di lepas. Rambut depan kamu udah panjang ya." Ucap Putri, dan Andi langsung memegang rambut depannya. "Eh iya ya.. besok aku potong deh." Jawab Andi singkat dan malu.

"Asal kamu dari mana Andi, Kalau Kak Surya lihat sepertinya kamu blesteran ya?" Surya mulai bertanya lagi. "Saya kak, enggak blesteran banget sih, Mama saya dari nenek moyang saya memang ada keturunan dari Cina dan kebetulan nikah sama bule (Andi tidak yakin dengan ini). Kalau Papa saya asli Manado. Ya kalau saya lahir dan besar di Singapura. Pindah Ke Jakarta, karena akhirnya Papa bisa dapat kerjaan di Indonesia." Jawab Andi dengan sangat panjang.

"Ohh pantesan,, dibilang blasteran gak juga sih." Ucapan Surya kali ini berbeda dengan sebelumnya. Membuat Andi jadi bingung, apa Surya sedang bercanda atau sedang serius.

"Kak, udah deh jangan mengalihkan topik. Kok Kakak gak ada kasi kabar soal kondisi kesehatan Kak Leyna." Kali ini Putri memasang wajah kesalnya. Surya menatap adiknya dengan tersenyum.

"Kakak kasi tau kok, tapi ke mama. Lagian kan gak mungkin kaka kasi tau ke papa. Dan segalanya juga sudah membaik. Leyna juga sudah keluar dari rumah sakit" Jawab Surya, dan terlihat raut wajah Putri tetap kecewa.

"Tapi harusnya ka Surya tetap kasi tau Putri, kan bisa chat ke Putri." Bela Putri dengan kesal. "Iya maaf ya, kakak janji kalau ada apa-apa. Kakak akan langsung info ke adik kaka yang cantik ini." (Andi masih jadi pendengar, diam-diam dia mengambil kue yang berada dekat dengan Surya, dan mencipipinya dengan pelan-pelan. Rasanya yang enak membuat Andi ketagihan, tanpa dia sadari dia sudah memeluk erat toples tersebut sambil memperhatikan Surya dan Putri berbicara).

"Kak, yang tau soal ka leyna hamil dan keguguran apa cuman mama?" Tanya Putri kembali. "emmm,,, ya begitulah." Ucap Surya dengan nada tidak yakin. "Gimana enak kan Andi?" Tanya Surya ke Andi yang sedang asik dengan kue ditangannya, mencoba mengalihkan pertanyaan Putri.

Putri yang mengetahui hal itu tidak mempedulikan Andi, "Kak, tapi kondisi ka Leyna baik-baik saja kan kak?" Tanya Putri kembali cemas. Topik Andi tidak berhasil mengalihkan pertanyaan Putri. Surya kembali menatp Putri dengan tersenyum.

"Semuanya sudah baik-baik saja Put, sudah tidak ada lagi yang perlu dikhawatirkan. Leyna juga sudah mulai stabil kondisinya. Kakak tau ini berat untuknya, untuk kehilangan calon anak kami. Apalagi setelah menunggu hampir 2 tahun untuk memiliki anak, tapi kami tetap optimis dan percaya pasti ada hikmah dibalik semua ini." Andi yang mendengar ucapan Surya yang cukup bijaksana, menghentikan kunyahan dimulutnya dan mengangguk setuju, walaupun Putri tidak melihat respon temannya itu.

"Kaka sabar ya, Putri yakin kakak akan diberikan anak yang banyak..." Putri pun memeluk erat kakanya dengan sebentar kemudian melepaskan pelukannya, sadar dia ingin menangis dihadapan kakaknya. Surya melihat wajah adiknya yang mulai memerah dan menahan nangis.

"Kamu ini cengeng banget ya, gitu aja udah nangis." Ledek Surya kepada Putri.

"Putri sedih kak, seandainya kaka tinggal bersama kita lagi. Pasti Putri bisa bantu utuk jaga ka Leyna." Surya pun menunjukkan ekspresi sedih, dan Putri menyadarinya.

"Ka, ini ada titipan dari mama." Putri mengeluarkan amplop yang berada di saku bajunya. Kemudian menyodorkannya ke arah Surya. Tapi tidak ada respon dari kakaknya, dan seperti enggan untuk mengambil amplop tersebut.

"Gak perlu Put, berikan kembali ke mama. Titip pesan, kakak tidak memerlukannya." Ucap Surya dengan nada sedikit marah. Dan mendorong tangan Putri yang memegang amplop. Putri sedikit terkejut dengan reaksi kakanya, tapi alih-alih marah Putri tersenyum.

"Kak, kalau kakak tidak mau terima titipan dari mama. Lebih baik kaka sendiri yang mengembalikan ke mama, Putri hanya diminta tolong untuk memberikan ini ke kakak. Bukan untuk membawa kembali dan diberi ke mama." Gantian Surya yang terkejut dengan jawaban Putri.

Hari sudah menjelang sore, Putri memutuskan untuk segera pulang. Putri pun sadar bahwa Surya juga butuh waktu untuk istirahat. Putri dan Andi memutuskan untuk pamit, dan berjanji di waktu libur untuk kembali lagi, dan menjeguk kakak iparnya.

Andi yang menahan lapar, mengajak Putri untuk makan di restoran cepat saji terdekat yang searah dengan arah pulang. Setelah memesan beberapa minuman, kentang, ayam, es krim dan burger. Putri dan Andi mulai pelan-pelan melahap makanan mereka dengan nikmat.

"Put, sorry ya kalau kepo. Sebenarnya ada apa? Ee.. maksudnya tadi gue liat ka Surya kaya sedih gitu waktu lo kasi tau titipan dari nyokap." Tanya Andi sambil menyeruput minumannya. Putri yang sedang menjilati es krimnya, langsung menatap wajah Andi dengan sangat serius. Berpikir apa perlu bercerita kepada Andi, tapi Andi temannya saat ini. Mungkin ini saat yang tepat untuk meminta sedikit nasihat dari temannya itu.

"Jadi Kak Surya itu memang sengaja pergi ninggalin rumah, karena Papa." Ucap Putri, terlihat Andi langsung berhenti dari aktifitas mengunyah makanan. "Dan?" Tanya Andi semakin penasaran.

"Ka Surya sangat cinta dengan ka leyna, pada dasarnya ka Leyna orang yang sangat baik, cerdas dan mandiri. Sayangnya.." Ucapan Putri terhenti, kemudian menghela nafasnya dengan panjang. "Sayangnya kenapa Put?" Andi menatap serius.

"Sayangnya, ka Leyna itu dari keluarga yang sangat biasa saja. Bukan dari keluarga yang berada, bukan dari keluarga terpandang. Tapi ka Leyna itu mandiri orangnya, dengan dibantu ka Surya. Ka Leyna membuat toko kuenya sendiri. Memang belum terlalu tenar, namanya juga merintis dari awal." Ucap Putri kembali menjilati eskrimnya.

"Memang ada yang salah ya Put, kalau mencintai seseorang bukan dari kondisi yang kamu bilang itu tadi." Andi kembali bertanya, sambil memakan kentangnya.

"Aduhh, bagaimana ya. Papaku itu pada dasarnya orang yang baik, tapi Papa itu karakternya terlalu tegas dan kaku, tidak mudah menerima suatu hal yang baru. Bibit, bebet, dan bobot itu selalu jadi penentu untuk menentukan pasangan untuk anak-anaknya." Putri terlihat sedih ketika menjelaskan.


L’AVIS DES CRÉATEURS
Sita_eh Sita_eh

Terimakasih untuk yang sudah membaca sampai bab ini.

Jangan lupa untuk dukung saya. caranya.

1. Vote dengan Power Stone.

2. Berikan Review anda.

3. Beritkan Rate bintang lima untuk bab yang sudah dibaca

4. Share Cerita ini pada teman dan keluarga ya.

Terimakasih :)

Find me on IG Sita_eh

Chapitre 12: Kedatangan Roy & Renata.

"Kakak keduaku, Kak Roy. Dia menikah karena perjodohan yang dilakukan oleh Papa. Awalnya sih aku berpikir Kak Roy akan melakukan hal yang sama yang dilakukan oleh Kak Surya. Tapi ternyata Kak Roy menerima apa yang menjadi pilihan papa. Dan akhirnya mereka pun menikah." Ucap Putri kini meletakkan eskrimnya ke dalam gelas kertas.

"Wah aku pikir, udah gak ada yang namanya perjodohan. Ternyata masih ada ya." Andi tersenyum dengan lebar. "Itulah sebabnya aku malas pacaran. Buat apa menjalin hubungan serius, kalau kenyataannya nanti juga gak akan bisa dipersatukan." Andi yang mendengar omongan Putri langsung tersedak. Entah mengapa ucapan Putri terakhir membuatnya tertohok. Dan Andi hanya membalas dengan mengiyakan pernyataan Putri, "Benar, lebih baik temanan saja kan. Kaya kita begitu." Andi yang menyeringai, membuat Putri menjadi aneh melihatnya.

"Oh Iya, Ka Roy akan balik kan dari bulan madunya minggu ini kan." Andi membuka pembicaraan lagi. Putri hanya mengangguk pelan, "Aku gak suka sama Renata, Kalau ada pemilihan kakak ipar terbaik, Aku pasti pilih ka Leyna." Ucap Putri dengan wajah seriusnya.

Andi mengantarkan Putri kembali ke rumah, sesampai di depan gerbang pintu rumah. Putri menawarkan temannnya untuk masuk dan berkunjung ke dalam rumahnya. Andi pun tidak bisa memenuhi tawaran temannya. Dan harus langsung bergegas pulang, hari pun sudah mulai gelap.

Putri memasuki gerbang pintu rumah. Terlihat Pak Ano dan Bi Lastri yang sedang berbincang-bincang sambil merapikan berbagai peralatan kebun. Pak Bimo supir keluarga mereka terlihat sedang santai, sesekali merapikan dan mengelap mobil dengan kemoceng yang dia pegang.

Ada pemandangan baru yang Putri sadari, sebelum dia memasuki bagian dalam rumah. Ada mobil sedan hitam, yang terpakir di halamannya, Putri mengenali mobil itu yang merupakan milik kakanya Roy.

Apakah Roy sudah pulang bersama Renata, pikir Putri penasaran. "Bi Lastri." Teriak Putri, dan bi Lastri yang sedang asik mengobrol ringan langsung mendekati Putri dengan segan. "Ya non Putri, kenapa? Bisa dibantu?" Tanya Bi Lastri.

"Ka Roy sudah pulang?" Tanya Putri dengan sangat pelan.

"Iya Non, baru sampai sejam yang lalu." Ucap Bi Lastri mengangguk dengan cepat.

"Mama dan Papa sudah pulang?" Tanya Putri, walau dia sebenarnya sudah tau jika pak Bimo sudah ada di rumah, kedua orang tuanya juga pasti sudah tiba.

"Sudah non." Jawab Bi Lastri.

Putri pun segera masuk kedalam rumah, dan benar dia mendengar suara banyak orang yang sedang berbicara di ruang keluarga. Putri memasuki ruang keluarga dengan hati-hati. Laki-laki dengan tubuh tegap dan tinggi, wajahnya yang kotak dengan kacamatanya membuat Putri sangat mengenali wajah kakak keduanya. Yang sedang duduk santai dan berbincang dengan ayahnya.

Terlihat Rian dan Wira juga sudah berada di ruang keluarga. Wanita dengan rambut hitamnya yang pendek sebahu, sedikit berponi dan dengan wajahnya runcing tersenyum kecil menatap Putri.

"Ka Roy.." Ucap Putri dengan keras, Kini semua tatapan memandang Putri yang baru saja tiba di ruang keluarga. Roy pun berdiri dan mengulurkan kedua tangannya, Putri pun langsung mendekati dan memeluk kakanya, serta merta memberikan salim kepada kakaknya.

"Duh, Putri, kamu gemukan ya sekarang."Ejek Roy kepada Putri. Putri pun langsung melepaskan pelukannya. Dan menatap wajah kakanya. "Sudah pulang dari bulan madunya, kok lebih cepat sih ka?" Tanya Putri dan reaksi Roy sedikit terkejut.

"Ehh, iya, ada perubahan rencana." Jawab Roy dengan singkat.

"Hei Put." Suara berat tapi cukup lembut, muncul dari balik punggung Roy. Renata menatap Putri dengan senyuman kecilnya. "Halo, kak Renata, apakabarnya?" Jawab Putri yang berjalan meninggalkan Roy dan beralih ke Renata.

Putri memberikan salim dan mencium pipi Renata. Tercium aroma parfum yang sudah menjadi ciri khasnya.

"Ayo Put, duduk sini." Ucap Mama yang masih duduk. Putri pun menyampiri mama dan papanya, dan juga memberikan salim kepada kedua orangtuanya. "Ma, Pa, Putri ganti baju dulu ya." Ucap Putri dengan sangat manis. Dan pergi meninggalkan ruang keluarga.

Sore menjelang malam itu, mereka masih berbincang-bincang santai. Renata bahkan membagikan beberapa buah tangan kepada Putri, Wira, Rian. Sesekali Renata melayangkan pertanyaan kepada Wira yang akan menghadapi kelulusan dan bertanya universitas mana yang akan diambil. Rian pun tidak luput dari berbagai pertanyaan yang ditanyakan oleh Renata.

Raja dan Rafa yang baru tiba pada saat makan malam, langsung menemui Roy dan berbincang-bincang mengenai obrolan para lelaki (Putri berusaha untuk menutup telinganya mendengar kakak kembarnya duduk berada disampingnya, membuatnya tidak konsentrasi untuk makan). Sedangkan Renata masih tampak canggung dengan kembar, karena masih belum bisa membedakan mana Raja dan mana Rafa. Putri yang tidak begitu suka dengan Renata, hanya bisa mengikuti alur pembicaraan yang sudah tercipta.

Makan malam pun tiba, hidangan malam itu sedikit berbeda. Setidaknya ada banyak pilihan makanan utama yang dihidangkan. Semua anggota berkumpul dan masih berbincang-bincang santai di meja makan.

"Jadi Renata, bagaimana kondisi di lapangan. Papa dengar, ayahmu akan mengambil beberapa lahan di daerah Kalimantan." Tanya Papa yang kini sudah mulai menghabiskan sebagian makan malamnya. Renata pun segera menelan makanan yang ada di mulutnya sebelum mulai berbicara.

"Ya pah, benar. Terakhir Rena dengar dari ayah, semua sudah dalam proses kesepakatan dan nanti kita tinggal lanjut keproses pembangunan. Targetnya sampai dengan tahun depan harusnya sih selesai." Ucap Renata sambil sedikit mengelap mulutnya.

"Wah bagus itu, disana prospeknya bagus." Ucap Mama yang sekarang menimpali omongan papa. Putri hanya bisa diam sambil menyimak perkataan mereka.

"Ya Ma, benar. Bahkan Ayah rencananya ingin aku dan Roy untuk membantu mengelola tempat tersebut." Ucap Renata tersenyum menatap mama dan menggenggam tangan kanan Roy, agar Roy mengiyakan omongannya. Roy yang sadar, langsung mulai angkat bicara.

"Ya benar Ma, tapi kita masih memikirkan hal itu bukan sayang." Ucap Roy dengan datar, dan melepas genggaman tangan Renata dengan pelan-pelan. Putri melihat ekspresi tidak suka Renata, sesaat setelah Roy melepas genggaman tangan Renata.

"Ya wajarlah, kalian kan pastinya masih pengantin baru. Masih banyak penyesuaian yang harus dilakukan." Ucap Papa yang sepertinya tidak sadar, dengan ekspresi wajah Renata yang berubah. Renata hanya membalas dengan senyuman ke arah mertuanya.

"Ya benar, pegantin baru jangan pusing-pusing dulu sama urusan pekerjaan. Lagi pula kan kalian masih dalam rangka bulan madu. Mama kaget loh, tau-tau kalian sudah pulang lebih awal." Ucap Mama menengahi.

"Ayo dong Roy, besok kamu harus ajak jalan-jalan Renata. Ingat loh,, Papa mau menimang cucu." Ucap Papa menggoda. Terlihat Ekspresi Roy yang berubah menjadi malu, sedangkan Renata tersenyum bahagia, "Iya Papa, kita gak ada rencana menunda kok." Ucap Renata memandang suaminya, dan kembali menggenggam tangan suaminya.

"Pah, Kak Surya juga hampir punya anak . Jika saja.." Putri yang tidak sadar mengucapkan kalimat tersebut, terhenti karena melihat ekspresi ayahnya berubah menjadi diam, bahkan gara-gara mendengarkan ucapan Putri, ayahnya tanpa sadar melepaskan sendoknya dari genggamannya. Sendoknya pun membentur piring yang sudah hampir kosong, walaupun suara benturannya tidak terlalu nyaring tapi cukup membuat hening sesaat di suasana makan malam saat itu.


Load failed, please RETRY

Cadeaux

Cadeau -- Cadeau reçu

    État de l’alimentation hebdomadaire

    Chapitres de déverrouillage par lots

    Table des matières

    Options d'affichage

    Arrière-plan

    Police

    Taille

    Commentaires sur les chapitres

    Écrire un avis État de lecture: C11
    Échec de la publication. Veuillez réessayer
    • Qualité de l’écriture
    • Stabilité des mises à jour
    • Développement de l’histoire
    • Conception des personnages
    • Contexte du monde

    Le score total 0.0

    Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
    Votez avec Power Stone
    Rank 200+ Classement de puissance
    Stone 0 Pierre de Pouvoir
    signaler du contenu inapproprié
    Astuce d’erreur

    Signaler un abus

    Commentaires de paragraphe

    Connectez-vous

    tip Commentaire de paragraphe

    La fonction de commentaire de paragraphe est maintenant disponible sur le Web ! Déplacez la souris sur n’importe quel paragraphe et cliquez sur l’icône pour ajouter votre commentaire.

    De plus, vous pouvez toujours l’activer/désactiver dans les paramètres.

    OK