Tatapan Leyna begitu sendu ketika dia terdiam dan tidak mejawab pertanyaannya. Putri yakin jika ada hal yang sedang ia sembunyikan.
"Tapi janji yaa, kamu jangan nangis. Kakak tau kamu itu cengeng sebenarnya." Ucap Leyna tersenyum. Putri pun mengangguk dengan cepat. "Kakak keguguran, empat hari ini kakak dirawat dirumah sakit." Putri tidak melihat perubahan wajah di Leyna, hanya ada wajah yang lelah.
"Ka Leyna, maaf Putri gak tahu, Kak! maaf ya Putri.." Omongan Putri pun terputus, karena Leyna langsung menyentuh mulut Putri dengan jari telunjuknya, kemudian menyingkirkan rambut depan Putri yang cukup panjang ke belakang kupingnya.
Bagaimana tidak terkejutnya Putri, sebagai adik ipar Putri tidak mengetahui bahwa kakak iparnya hamil, dan hanya mengetahui berita keguguran. Sungguh Putri merasa seperti adik ipar yang tidak berguna, belakangan ini dia malah sibuk dengan dirinya sendiri.
Putri kembali memeluk Leyna, dan kini dia mengeluarkan air matanya. "Tuhh kan, kamu jadi nangis." Leyna mendorong pelan tubuh Putri dan menghapus air mata putri dengan tangannya.
"Ka Leyna, Putri egois ya kak. Putri gak nengokin kakak di rumah sakit, parahnya Putri juga gak tau soal berita kehamilan kaka." Ucap Putri yang masih terisak dan mnggosokkan hidungnya dengan punggung tangannya.
"Gak apa-apa kok Put, ini juga usianya baru jalan dua bulan." Leyna masih tersenyum. Surya dan Andi pun muncul dari arah belakang, kali ini Andi membawa nampan beserta gelas dan teko minuman. Sedangkan Surya hanya membawa beberapa kaleng biskuit dan cemilan di dalam toples.
Andi yang melihat Putri menangis, hanya bingung dan keheranan dengan tingkah laku temannya. "Putri, kamu tuh gak berubah ya. Masih aja sok jagoan tapi cengeng sebenarnya." Surya meletakkan bawaannya di meja kali ini juga duduk disebelah Leyna.
"Kamu gak lelah, tadi kan habis minum obat. Pasti ngantuk kan." Surya menatap Leyna dengan khawatir. "Istirahat dulu ya di kamar, aku udah rapikan tadi." Lanjut Surya. Leyna pun melepas rangkulan Putri dan menatap wajah Surya.
"Kita kan lagi kedatangan tamu, masa aku tinggal begitu saja."Jawab Leyna yang masih bisa tersenyum, walaupun Surya tau bahwa istrinya masih dalam kondisi lelah.
"Gak apa-apa kok Kak, Ka Leyna istirahat dulu ya. Putri bantu di kamar ya, ka Surya disini aja sama Andi." Putri langsung bangkit dari duduknya.
"Kamu yakin Put, bisa?"Tanya Surya untuk meyakinkan.
"Bisa kok Kak." Jawab Putri dengan memberikan senyuman lebar kepada kakaknya. "Mau dibantu gak, Put?" Andi menawarkan bantuan, karena dia tau akan canggung walau hanya berdua dengan Surya.
"Gak Perlu, Andi. Putri bisa kok." Andi pun hanya bisa tersenyum mendengar jawaban temannya. Surya membantu Leyna berdiri, Leyna pun sepertinya sudah bisa berjalan sedikit demi sedikit. Putri dengan ketetapan hatinya membantu Leyna untuk melangkahkan kakinya menuju kamar.
"hm..hm.." Andi berdeham, sadar kini hanya ada dia dan Surya didalam ruangan tersebut. Sedangkan Putri sudah menghilang dari balik pintu. Surya yang sedang menatap layar handphone langsung melirik ke arah Andi.
"Eh iya Andi, kamu teman satu kelas dengan Putri?" Tanya Surya membuka percakapan diantara mereka. "Gak Kak, saya beda kelas sama Putri. Tapi kami satu angkatan." Jawab Andi dengan sangat cepat, bahkan terlalu cepat sampai dia berpikir kalau nada suaranya terdengar konyol.
"Kak, Andi turut bersimpati ya kak. Karena Kak Leyna keguguran." Andi melanjutkan pembicaraannya, dan kini Andi benar-benar mendapatkan perhatian dari Surya yang balik menatapnya dengan tajam.
"Ahh bodohnya gue, kenapa ngomongin ini ya."Ucap Andi dalam hatinya. Tanpa sadar Andi menepuk jidatnya sendiri. Kemudian kembali memberikan senyuman kepada Surya.
"Iya, makasih ya." Balasan suara Surya terdengar aneh bagi Andi.
"Putri belum pernah cerita soal teman laki-lakinya. Kalian pacaran?" Tanya Surya yang kini dia baru sadar dengan tampilan Andi yang sedikit mencolok. Slyer yang diikatkan di kepala seperti bandana, belum lagi warna merahnya yang terang. Rambut depan yang kelewat panjang, ditambah lengan baju yang dilipat.
Andi yang memang tinggi, tidak terlihat seangkatan dengan Putri. Justu terlihat seperti pria dewasa yang sudah bekerja. Andi yang merasa tidak nyaman dengan tatapan Surya mulai salah tingkah dan melepaskan slyer dari kepalanya, juga mengembalikan lipatan lengan bajunya.
"Bukan kak, kami temanan saja. Saya kenal Putri waktu saya baru pindahan sekolah, saya pindah pas angkatan kelas 10." Andi mencoba memberikan senyuman terbaiknya.
"Ohh," Jawab Surya datar, sambil sedikit menganggukan kepalanya.
Andi mengambil teko dan menuangkan air kedalam gelasnya,dan meneguknya dengan sangat cepat. "Haus kak?" Entah pertanyaan atau statement yang keluar dari mulut Andi, membuat tingkah lakunya semakin aneh.
"Oh silahkan, jadi lupa buat nawarin kamu minum." Balas Surya yang kembali menatap kearah handphonenya. Andi semakin bingung dibuatnya, Andi meregangkan kedua tangannya ke depan, belakang, atas bawah. Sambil diam-diam menatap ke arah pintu tempat dimana Putri tadi menghilang mengantar Leyna.
Surya kembali menatap Andi dengan wajah keheranan. Andi yang sadar menjadi sorotan langsung berhenti melakukan peregangan. "Kamu kenapa?" Tanya Surya dengan wajah seriusnya. "Gak apa-apa kok pak eh kak." Senyumnya semakin lebar. "Badan ini, pegel-pegel, tapi udah enakkan kok kak."Andi menutup senyumnya sadar raut wajah Surya semakin Aneh.
"Aduhh, ini kakak Putri killer banget yaa." Ucap Andi dengan sangat pelan.
"Apa Andi?" Tanya Surya yang tidak mendengar ucapan Andi.
"Eh gak kak, ini kue." Andi mengambil toples kue di meja, "Boleh dimakan?" Tanya Andi dengan tersenyum kembali. "Boleh, silahkan." Jawab Surya dengan memaksakan senyuman. Andi pun mengambil satu biskuit dari toples dan mulai mengunyahnya dengan sangat cepat.
"Lapar ya, habiskan juga gak apa-apa" Surya memberikan ide, dan terlihat ada sedikit senyuman yang diberikan kepada Andi. "Itu buatan saya sendiri loh, kalau yang toples biru baru buatan Istri kaka." Surya menunjukkan toples satu lagi yang berada dekat dengannya.
Andi yang baru mencipipi dan membuat gigitan pertama di biskuit itu, langsung mengetahui maksud dari senyuman aneh yang diberikan oleh Surya. Biskuitnya terasa sangat keras, seperti menggigit batu.
"Gimana enak kan, Leyna punya toko kue. Dan saya sering membantu untuk membuat beberapa biskuit, roti, bolu." Surya langsung mengomentari, melihat perbedaan wajah Andi sekarang yang menjadi pucat.
"Kamu gak apa-apa kan Andi, kok pucat? Kamu pasti kurang makan ya. Habiskan ya." Surya melanjutkan omongannya. Andi langsung menelan gigitan pertamanya tanpa mengunyahnya, membuat kerongkongannya menjadi sakit.
"Iya kak Surya, makasih." Jawab Andi sambil memegang erat biskuit dan toplesnya. Tidak lama Putri pun muncul dari balik Pintu. Muka Andi langsung menunjukkan senyum bahagia melihat temannya datang sebagai dewi penolong.
Putri langsung duduk disamping melihat wajah Andi dengan sangat heran, kemudian matanya tertuju dengan biskuit dan toples yang dipegang Andi. Kemudian Putri berbalik menatap Surya, yang sangat terlihat menahan tawanya.
"Kak Suryaaa." Putri melototkan matanya ke arah Surya. Dan Kali ini Surya sudah tidak bisa menahan rasa gelinya, dan tertawa dengan sangat puas.
Andi kemudian sadar, bahwa dirinya sedang dikerjai oleh Surya. Mulai mengembalikan toples dan biskuit ke meja. Kemudian dia mengambil tisue untuk mengelap mulutnya yang penuh dengan rempah-rempah biskuit, sesekali dia mencoba mengeluarkan gigitan biskuit yang sudah masuk melewati kerongkongannya. Walaupu itu sia-sia.
"Abis teman kamu lucu banget Put, liat tuh. Itu kan biskuit yang udah expired, masih aja dia mau makannya. Coba kamu datangnya lebih lama, pasti sudah satu toples dihabiskan." Terlihat Surya masih tertawa dalam ucapannya. Andi yang sedikit kesal dengan tingkah laku Surya hanya bisa memanyunkan mulutnya.