Putri memperhatikan teman kelasnya mulai berpergian meninggalkan ruangan kelas. Putri menyadari tersisa Fia, Ria dan Nada. Sepertinya ini adalah waktu yang tepat untuk memulai berbicara kembali dengan mereka, mungkin permintaan maaf dari Putri akan menyatukan pertemanan mereka. Setelah tiga bulan berlalu dari kejadian tersebut.
Putri memberanikan diri untuk berdiri dan mendekati teman-temannya. "Hai.." Sapa Putri dengan intonasi suara yang tidak yakin. Fia menatap Putri dengan herab, sedangkan Nada pun menyikut Ria menyadari hanya tinggal mereka berempat di ruangan kelas.
Tidak ada yang menjawab sapaan Putri, sepertinya mereka selama ini lupa kalau ada Putri di kelas tersebut. Atau mereka sedang berpura-pura untuk mengacuhkan Putri, menganggapnya hanya sebagai sebuah bayangan.
"Teman-teman, boleh kita bicara? Sudah lama bukan, kita tidak bicara?"Tanya Putri dengan sangat sopan.
"Memang apa yang mau kamu bicarakan, Put? " Fia balik bertanya. Langkah kaki Putri yang teramat hati-hati mulai mendekati ketiga orang, yang masih ia anggap sebaga sahabat. Lalu Putri juga harus memastikan jarak mereka tidak terlalu jauh, agar ucapannya mudah untuk didengar. "Kalian apa kabarnya?" Tanya Putri kali ini tersenyum kecil, dan sebenarnya dia sendiri juga bingung harus menanyakan apa.
"Put, kalau kamu mau tau soal kabar. Kamu sudah tau jawabannya seperti apa." Ucap Fia dengan datar. Putri masih merasakan ada rasa marah di ucapan temannya tersebut.
"Kamu tahu kan Put, teman-teman... Dan itu enggak cuman satu kelas tapi satu sekolah ini mulai menjauhi kita semenjak kejadian tersebut." Nada memberanikan diri untuk bicara. Sedangkan Ria hanya memandang dengan wajah cemas.
"Maafkan aku ya... Aku tahu kalian pasti berat dengan situasi sekarang ini." Putri tidak berani menatap wajah teman-temannya, dia lebih memilih memandang lantai kelas.
"Kita akan pindah, gue, Nada dan Ria." Ucap Fia memotong. Putri terkejut dan memadang wajah serius Fia.
"Loh kalian mau kemana, sebentar lagi kita kan ujian dan akan naik kelas 11?" Tanya Putri cemas.
"Kami bertiga sepakat untuk pindah ke sekolah yang sama selesai ujian nanti." Jelas Nada. "Ya Put, selesai ujian ini." Ria menjelaskan. Putri merasakan sedih, tapi mungkin Putri bisa ikut bergabung dengan temannya.
"Ehh, apa aku bisa ikut.." Omongan Putri pun terpotong oleh Fia.
"Sorry Put, kamu stay aja disini. Kita mau memulai lagi dari awal. Semenjak kejadian itu, banyak hal yang berubah dari kami, banyak yang kami pikirkan." Ucapan Fia pun terpotong karena dia berjalan untuk mengambil tasnya.
"Lebih baik saat ini kami tidak berhubungan atau dekat sama kamu Put." Ucap Nada yang juga mulai mengambil tasnya.
"Aku harap kamu bisa lebih baik, kami begini bukan tanpa alasan. Tapi orang tua kami juga sangat mendukung hal ini." Fia melanjutkan pembicaraannya. Terlihat Ria, ikut mengambil tasnya.
"Tapi kita masih bisa perbaiki semuanya, dan aku yakin kita bisa sama seperti waktu dulu.." Muka Putri terlihat khawatir.
"Gak akan ada yang sama Put. Semua hal buruk yang sudah pernah kita lakukan, itu semua atas usul dan ide dari kamu. Seandainya, kita tidak menurutin semua tingkah laku kamu. Kejadian Mega gak akan terjadi." Terdengar suara Nada yang bergetar menahan amarah.
"Cukup Nad, Intinya kita gak bisa lagi untuk berteman. Aku harap kamu mengerti ya Put." Fia mulai berjalan meninggalkan ruangan kelas, disusul oleh Nada dan Fia.
Putri menatap sedih ketiga temannya yang pergi begitu saja. Putri mengepalkan kedua tanggannya masih dengan diam terpaku berada di ruang kelas sendiri. Putri mengeluarkan hp dari sakunya, dan mulai menelpon seseorang.
"Pak Bimo, bapak duluan saja ya. Putri rencananya mau pergi dulu dengan teman. Kalau ka Wira tanya, tolong sampaikan. Iya... Oh Ka Rian juga enggak ada ya? Iya pak makasih ya." Putri pun menutup teleponnya. Menyadari kebohongan yang dia lakukan kepada supirnya.
Entah apa yang dipikirkan oleh Putri, tapi saat ini yang Putri rasakan hanyalah rasa sedih yang mendalam. Sejahat itukah Putri, hingga tidak termaafkan oleh teman-temannya.
Cukup lama Putri berdiam diri di ruang kelas, menyeka air mata yang keluar dari pipinya, suara petir yang gemuruh menyadarkan akan lamunannya. Putri bergegas keluar, melihat perubahan awan yang cepat menjadi kelabu.
Entah apa yang dipikirkan Putri, tidak tau harus kemana. Putri hanya ingin melangkah keluar menuju gerbang sekolah. Baru saja sampai di halaman sekolah, hujan sudah mulai turun dengan derasnya. Bahkan cuacapun nampak tidak bersahabat dengannya, Putri menatap langit yang sudah penuh dengan air hujan. Putri membiarkan tetesan air hujan membahasi dari mulai rambutnya, hingga seragam sekolah.
Putri kembali meneteskan airmatanya, kesedihannya masih berlarut. Penyesalan yang selama ini dia rasakan semakin membuat lubang hitam di hatinya. Putri sempat berpikir, apakah dia juga perlu meninggalkan sekolahnya kah? Suasana halaman sekolah benar-benar sangat sepi, mungkin hanya dia seorang yang berada di lingkungan tersebut.
Seketika Putri merasa hujan seakan berhenti, tapi tidak ternyata. Ada seseorang yang berada disampingnya, memberikan naungan untuk berteduh. Putri melihat sosok yang dia kenal yang berada di sampingnya. Tersenyum manis sambil membawa payung yang cukup lebar untuk mereka berdua.
Orang yang selama satu minggu ini dia hindari, orang yang selama ini memberikan senyuman kepada Putri, walaupun tidak pernah satupun dirinya pernah membalas senyumannya.
Andi yang melihat banyaknya tetesan air mata di wajah Putri, tidak terkejut sama sekali. Seakan-akan dia sudah tau apa yang sudah dialami Putri selama ini. Putri merasakan rasa nyaman berada dekat dengan Andi.
Andi memegang bahu Putri dengan erat, dan kali ini Putri tidak menghindarinya. Suara hujan yang keras, membuat Putri tidak mendengar apa yang dikatakan oleh Andi. Tapi Putri tahu Andi seperti mengatakan "Aku antar kamu pulang".
Saat itulah, pertemanan mereka dimulai, Andi sosok teman yang sangat pengertian. Semenjak teman-teman Putri lulus ujian kelas 10. Mereka benar-benar memutuskan untuk pindah sekolah di tahun ajaran baru.
Putri sudah tidak terlalu memikirkan teman-temannya tersebut. Kenyataannya, teman-temannya juga ingin Putri tidak mendekati mereka.
Semenjak itu Putri dan Andi menjadi sahabat karib, sahabat dimana selalu memberikan dukungan dan bantuan. Bukan Andi tidak mengetahui masa lalu Putri, justru karena dia tau dan tidak terlalu menghimbaukan Putri yang dahulu.
Bagi Andi, Putri adalah Putri yang sekarang. Keluarga Putri pun senang dengan kehadiran Andi sebagai teman, membuat Putri kembali tersenyum. Walaupun, Putri belum bisa menjalin pertemanan dengan teman lainnya.
Putri dan Andi yang berbeda kelas, tidak menggoyahkan pertemanan mereka. Akan tetapi tidak ada Andi disisinya, membuat Putri menjadi sosok yang lebih diam di kelasnya.
**Flashback end**
Terimakasih untuk yang sudah membaca sampai bab ini.
Jangan lupa untuk dukung saya. caranya.
1. Vote dengan Power Stone.
2. Berikan Review anda.
3. Beritkan Rate bintang lima untuk bab yang sudah dibaca
4. Share Cerita ini pada teman dan keluarga ya.
Terimakasih :)
Find me on IG Sita_eh
Putri duduk dengan santai di bangku taman sekolah, suasana yang ramai di jam pulang sekolah membuat dia tidak diperhatikan oleh orang sekelilingnya. Sesekali Putri melirik ke arah kanan dan kiri sekitarnya, mencari sosok laki-laki yang dia tunggu.
Para siswa dan siswi masih sibuk berkeliaran di area sekolah, tidak banyak yang menunggu atau sekedar duduk santai di taman sekolah.
Di kejauhan, terihat sosok pria menggunakan jaket hingga lehernya, dengan penutup kepala yang digunakan hampir menutup sebagian wajahnya. Sosok Pria tersebut kemudian berjalan lambat mendekati Putri.
"Andi?" Tanya Putri dengan heran sambil menyipitkan matanya, untuk memastikan bahwa itu memang benar temannya. Andi pun menarik sedikit tudung kepalanya, wajah Andi yang manis pun terlihat oleh Putri.
Andi tidak menjawab pertanyaan temannya, Putri yang keheranan bangkit dari duduknya dan kini dia berhadapan persis dengan Andi. Andi memegang bahu Putri dengan erat, kemudian dia mulai memperhatikan keadaan sekitar.
"Andi, kamu kenapa yah??" Tanya Putri semakin heran.
"Ayo Put, kita berangkat segera. Jangan sampai Iqbal liat gue." Jawab Andi, kemudian memegang tangan Putri, mencoba untuk mengajak Putri ke arah luar taman.
"Loh, memang kenapa sama iqbal?" kali ini Putri melepaskan tangan Andi yang sedari tadi memegangnya dengan erat. Andi pun mulai kembali menarik ke depan tudung kepalanya, wajahnya mulai tenggelam dari balik tudung.
"Hari ini bolos dulu, ada kelas fisika tambahan sama Iqbal."Ucap Andi, tapi Putri bisa melihat Andi tersenyum menyeringai. Andi mulai memegang tangan Putri dan mengajaknya ke arah parikiran motor sekolah.
Putri yang merasa tidak enak, kembali melepaskan genggaman tangan temannya. "Kalau kamu sibuk, gak apa-apa kok aku sendiri aja ke rumah kak Surya."Putri menatap Andi yang sepertinya tidak menggubris suara Putri.
"Gak kok, lagian cuman buat persiapan perlombaan. Materinya gue udah hafal semua Put." Kali ini Andi tidak memegang tangan Putri, hanya membalas tatapan Putri yang terlalu serius. "Yakin?" Tanya Putri, dan wajah Andi semakin mendekat ke arah Putri,
"Yakin kok Put, anggap aja ini permintaan maaf gue atas kejadian pagi tadi." Senyum Andi semakin lebar.Putri dan Andi pun bergegas ke arah motor.
Andi memberikan helm kepada Putri untuk digunakan, dan pada saat motor sudah akan melaju ke arah pintu gerbang. Ternyata Iqbal menemukan mereka, Putri mendengar Iqbal berteriak kesal dan Andi sama sekali tidak memberhentikan motornya.
Ini adalah kedua kalinya Putri pergi kerumah kakak pertamanya Surya, dan sebenarnya ini adalah rumah mertua dari Surya. Dia mulai mengingat, pada saat pertama kali berkunjung ke rumah tersebut dengan ibunya.
Saat dimana mama membantu kakaknya, untuk datang dan meminang Leyna Sari yang sekarang sudah resmi menjadi istri dari Surya. Perjalanan ke arah rumah Surya tidak memakan waktu lama, Putri dan Andi tiba hanya dalam waktu duapuluh menit.
Putri menatap rumah berwarna cokelat, dengan pagarnya yang juga berwarna cokelat. Rumah itu tampak sepi, Putri ragu apakah ada orang di dalam rumah. Putri pun berjalan mendekati pagar rumah, pintu rumah tertutup rapat. Putri masih berpikir apakah dia harus berteriak memanggil nama kakanya.
"Halo.. spadaa.. siangg.." Teriak Andi, sontak Putri kaget melihat temannya yang sudah memulai duluan. "Ssshh, Andi pelan-pelan berisik." Ucap Putri dengan nada ketus.
"Kalau pelan-pelan mana kedengaran Put." Jawab Andi jengkel.
Suasana rumah masih tampak sepi, "Apa Kak Surya gak di rumah ya?" Tanya Putri kepada Andi. "Loh memang gak janjian Put, lagi keluar atau tiduran mungkin." Jawab Andi yang sedang meloncat-loncat tidak jelas, mencoba melihat ke arah dalam rumah.
Baru saja Putri ingin berteriak dan mengucapkan salam, sebuah taksi berhenti tepat di depan mereka. Sosok laki-laki turun dari taksi, pria tersebut mengenakan kaos putih dengan jaket berwarna cokelat. Rambutnya yang sedikit panjang untuk ukuran laki-laki, membuat Putri hampir tidak mengenali kakaknya.
"Ka Surya?" Spontan Putri langsung menyebutkan nama kakakya. Ka Surya pun menoleh ke arah Putri dan Andi, tampaknya Surya tidak terkejut dengan kehadiran mereka.
"Putri, bisa bantu kakak." Surya justru meminta bantuan Putri, sambil menuju bagian belakang mobil dan mengeluarkan kursi roda. Putri yang keheranan tidak menanyakan pertanyaan apapun, langsung bergerak dan membantu Surya.
"Putri, biar aku saja." Ucap Andi yang langsung bergerak ke arah depan Putri, dan membantu Surya. Tidak lama kursi roda turun dari mobil, Surya langsung membuka pintu belakang penumpang.
Seorang wanita sedang duduk, menggunakan syal dan ada selimut yang menutupi bagian perutnya. Walau wajahnya terlihat pucat, terlihat senyum manis di wajahnya ketika memandang Putri.
"Kak Leyna, kakak kenapa?" Ucap Putri dengan rasa was-was, dan membantu Surya menuntun Leyna untuk duduk di kursi roda. "Hati-hati, kakimu pasti merasa sakit kan." Ucap Surya yang lebih mengkhawatirkan kondisi istrinya.
Perlahan-lahan menuntun Leyna, untuk masuk kedalam rumah. Rumah itu tidak begitu besar, tapi ada taman yang cukup luas disekitar rumah tersebut. Leyna lebih memilih untuk duduk diruang keluarga, dan memaksa Surya untuk berhenti memperhatikannya. Karena Leyna ingin sekali menyapa adik iparnya.
"Aduh Put, maaf ya kamu jadi direpotkan." Ucap Leyna dengan sangat lembut, Putri langsung memeluk kakak iparnya yang cantik. "Aduhh kak Leyna, Putri kangen banget sama kaka." Ucap Putri dengan Jujur.
"Kamu gak berubah ya Put, makin cantik lagi."Leyna memuji Putri yang masih memeluknya dengan sangat erat. "Eh ini siapa, pacar kamu." Tanya Leyna yang tersadar ada Andi yang sedang duduk persis di depannya. Muka Andi pun langsung memerah.
"Saya?" Ucap Andi menunjuk dirinya sendiri, kemudian mengangkat tangan kanannya dan menggerakkan ke kanan dan kiri. "Oh ini teman aku Andi." Jawab Putri dengan sangat cepat, Andi pun langsung menutup mulutnya sambil memberikan senyuman dengan mulutnya yang masih tertutup.
"Kenalin kak saya Andi," Ucap Andi dengan sopan, dan mencium tangan kanan Leyna. Leyna pun membalas dengan senyumannya, "Aku Leyna, istri Mas Surya."
Tidak lama Surya muncul dari pintu masuk, dengan banyak membawa bawaan. Andi langsung segera berdiri dan membantu Surya. "Ehh, makasih ya. Andi kan ya." Ucap Surya yang langsung memberikan tiga tas yang cukup berat ke Andi.
"Iya Pak, eh Mas, eh kak." Jawab Andi yang bingung memanggil Surya dengan sebutan apa. "Panggil Kak saja." Surya menjawab, dan masih memberikan satu tas lagi.
"Kak Leyna, kakak kenapa?" Putri kini memegang kedua tangan Leyna, memasang wajah cemasnya. "Gak apa-apa kok Put, Kaka baru dari rumah sakit." Jawab Leyna dengan lembut, walau raut wajah Putri masih tidak berubah.
Andi yang masih membantu Surya, mengikuti Surya ke arah belakang. "Kakak jangan bohong sama Putri, Kak Leyna wajahnya pucat sekali." Putri yang masih tidak percaya terus bertanya. Melihat raut wajah Putri yang tidak berubah, tidak lama Leyna menyentuh pipi Putri dengan tangan kanannya.
Terimakasih untuk yang sudah membaca sampai bab ini.
Jangan lupa untuk dukung saya. caranya.
1. Vote dengan Power Stone.
2. Berikan Review anda.
3. Beritkan Rate bintang lima untuk bab yang sudah dibaca
4. Share Cerita ini pada teman dan keluarga ya.
Terimakasih :)
Find me on IG Sita_eh
Commentaire de paragraphe
La fonction de commentaire de paragraphe est maintenant disponible sur le Web ! Déplacez la souris sur n’importe quel paragraphe et cliquez sur l’icône pour ajouter votre commentaire.
De plus, vous pouvez toujours l’activer/désactiver dans les paramètres.
OK