Télécharger l’application
2.29% IHeart You / Chapter 7: Masa Lalu Teman Baru 1

Chapitre 7: Masa Lalu Teman Baru 1

Istirahat siang itu, seperti biasa Putri menuju bangku taman sekolah. Sambil membawa beberapa makanan dan minuman, Putri mulai menikmati bekal makan siangnya dan mendengarkan lagu melalui headshet.

Sekolah memiliki taman yang cukup luas, dimana para siswa dan siswi bisa dengan nyaman menikmati istirahat mereka atau sekedar mengisi waktu luang untuk belajar di ruang terbuka. Ada beberapa kolam ikan yang ditata rapi, membuat suasana alam buatan yang indah. Bangku taman sekolah tidak hanya satu, ada tersebar banyak di taman itu.

Ada yang menghadap lapangan olahraga, ada yang menghadap perpustakaan, dan ada yang langsung menghadap ke arah kolam ikan. Beberapa siswa dan siswi yang Putri lihat datang bersama teman-teman mereka. Ada yang sambil membawa bekal siang juga dan membahas beberapa mata pelajaran.

Tapi sepertinya hanya Putri yang selalu datang sendiri. Putri menghela nafas dengan panjang, kemudian meletakkan makan siang di sampingnya. Putri yang sedang mendengarkan beberapa lagu kesukaannya, kemudian mengeluarkan buku kecil dari dalam tas kecilnya.

Setelah sekian lama merasakan kesendirian.

Saat ini terasa berbeda, sungguh menenggelamkan hati yang melihat.

Setiap orang harus menghadapinya.

Tidak dapat menghindari apa yang sudah menjadi bagian dirinya.

Semakin kujauhi, semakin kesendirian itu menemani dengan setia.

Tidak perlu ada yang mengetahui, betapa sakit yang dirasakan.

Hingga kutemukan obat yang dapat menyembuhkanku.

Atau hanya menunggu, hingga rasa sakit itu pergi dan menghilang.

Putri meletakkan pulpen dan buku disampingnya, sambil memejamkan matanya, Putri mencoba menghayati setiap lirik lagu yang dinyanyikan.

Putri pun masih memejamkan matanya, suara penyanyi tersebut sangat lembut. Tapi Putri merasa ada yang menyentuh bahunya sekali. Ahh, mungkin hanya perasaan Putri yang terlalu terbawa suasana.

Tapi Putri masih merasakannya lagi, dan sekarang bukan hanya sekali tapi berkali-kali ada yang menyentuh bahu kirinya.

Putri membuka kedua matanya, penasaran apa yang menyentuh bahunya. Putri melihat sebuah jari telunjuk berada dibahunya, dan masih mengetuk-ngetukkan dibahu Putri.

"Ehh, kebuka juga matanya." Sosok laki-laki dengan menggunakan seragam rapi dengan dasi yang dilepas sedang mengamati wajah Putri dengan sangat serius.

"Siapa ya? Bisa dibantu?" Tanya Putri keheranan. Tetapi dia justru memberikan senyuman lebar. Tubuhnya yang atletis dengan rambutnya yang hitam dan sedikit berponi memberikan kesan manis diwajahnya.

Dia pun semakin memiringkan wajahnya dan kini cukup dekat untuk duduk berada di samping Putri. "Ihh jangan judes begitu, kenalin aku Andi." Ucap Andi dengan senyum selebar-lebarnya dan menyodorkan tangannya untuk menawarkan jabat tangan.

"Maaf, lagi gak mau kenalan." Balas Putri dengan ketus, dan mencoba memasang kembali headshet-nya. Tapi Andi malah menarik tali headshet-nya.

"Eitt, sebentar. Kan lagi diajak kenalan." Andi masih tersenyum lebar.

Putri yang merasa terganggu, bangkit dari kursinya memasukkan buku dan headshet-nya ke dalam tas kecil yang ia bawa, kemudian mulai berjalan meninggalkan Andi. "Ini bekalnya gak dihabiskan, sayang loh." Ledek Andi masih dengan tersenyum.

Putri yang mulai berlalu hanya menjawab singkat kepada Andi. "Terserah mau dibuang juga gak apa-apa."

Keesokan harinya, di jam istirahat. Putri seperti biasa, menuju taman sekolah dan duduk di bangku taman favoritnya. Dilhatnya bangku tersebut kosong, tanpa ada siswa aneh yang kemarin mengganggunya.

Baru saja Putri merasakan ketenangan, baru saja Putri melahap suapan pertama rotinya. Sosok laki-laki tersebut tiba-tiba muncul dibelakang Putri.

Menyapa Putri dengan riang, tapi tetap membuat Putri terkejut dan membuatnya tersedak dengan roti yang masih berada didalam mulutnya.

"Haiiii... " Andi masih dengan senyum lebarnya.

Putri berdiri dan membalikkan badannya sambil merapikan rempah-rempah roti yang ada di rok sekolahnya. Wajahnya sudah menunjukkan kekesalan. "Bisa gak, enggak ganggu!" Perintah Putri sambil melambungkan dadanya dan menarik nafas panjang.

"Bisa kok," Jawab Andi singkat. Putri sedikit heran, ternyata mudah mengusir Andi tanpa ada perlawanan. Putri kemudian kembali duduk, tanpa menghimbaukan Andi.

Ternyata Andi tidak meninggalkan Putri, Andi hanya berjalan kearah depan bangku kemudian duduk disamping Putri. Putri yang mengetahuinya, terheran dan memberikan tatapan sinisnya kepada Andi.

Tatapan sinisnya tidak mempengaruhi Andi sama sekali. Sadar Putri menatapnya, Andi menengok ke wajah Putri dan kembali tersenyum. "Bangkunya kosongkan, kalau buat sendiri masih ada space banyak. Tenang gak akan ganggu kok." Ucap Andi.

Putri pun tidak memberikan pernyataan apapun. Kembali duduk manis sambil menikmati bekal siangnya, dan mendengarkan lagu-lagu di handphonenya adalah cara terbaik untuk tidak menghiraukan Andi yang berada persis disampingnya.

Andi menyilangkan kedua kakinya, sambil memainkan kepalanya seakan-akan dia mendengar suara musik yang didengarkan oleh Putri. Dan sesekali menatap wajah Putri yang datar dan tanpa ekspresi.

Andi terus melakukan gerakan-gerakan, kakinya terus bergantian disilangkan. Membuat konsentrasi Putri menjadi buyar.

"Hhhhhh, kalau memang gak nyaman duduknya pindah aja ke bangku lain." Ucap Putri dengan sangat ketus, dan melepaskan headshetnya. Andi terlihat senang ketika Putri berbicara dengannya.

"Akhirnya, bicara juga."Ucap Andi lagi-lagi tersenyum manis.

"Aku Andi, mau lanjutkan yang kemarin. Aku mau kenalan boleh kan, as a friend, baru pindah satu minggu ini" Andi kembali menyodorkan tanggannya menawarkan jabat tangan.

Sebagai teman, teman?? Pikir Putri. Sudah beberapa bulan ini Putri tidak memiliki teman. Justru malah menjauhi yang namanya teman. Tiba-tiba ada seseorang yang dia tidak kenal menawarkan pertemanan. Aneh dan gila menurut Putri.

Putri bangkit dari duduknya dan diam terpaku, tanpa menghimbaukan Andi yang masih menyodorkan tangannya. "Lebih baih kamu gak perlu berteman dengan saya, Kamu gak tau kan siapa saya." Entah mengapa ucapan itu tiba-tiba meluncur dari mulut Putri, apakah ini akan melukai perasaan Andi. Tapi bukankah lebih baik seperti ini, daripada nantinya Andi tau kenyataannya seperti apa Putri dan nantinya malah menjauhi Putri, seperti apa yang sudah dilakukan teman sebelumnya.

Andi menatap Putri yang berjalan menjauhinya, rasa penasaran lebih meningkat daripada sebelum-belumnya. Rasa ingin mengenal dan rasa ingin dekat untuk mengetahui sosok Putri.

Hari-hari berikutnya dijam istirahat, Andi tetap melakukan hal yang sama. Bahkan kali ini dia yang sudah duduk menunggu Putri. Putri yang menyadarinya, memilih bangku lain untuk menghindarin Andi.

Setelah satu minggu berlalu, Andi tidak pernah absen untuk selalu muncul di bangku taman sekolah. Tapi tetap Putri selalu menghindarinya, selalu berusaha menjauhi.

Sampai akhirnya dihari Sabtu-jam istirahat. Andi tidak terlihat di bangku taman sekolah. "Baguslah." Pikir Putri, jadi dia tidak perlu susah payah untuk terus menghindari Andi.

Makan siang itu Putri lewati dengan sangat tenang, Andi benar-benar tidak muncul. Selesainya, seperti biasa Putri kembali ke kelas. Dan ternyata, siswa dipulangkan lebih awal karena para guru-guru harus menghadiri undangan pertemuan di sore harinya. Sehingga para guru harus bergegas dan bersiap-siap.


L’AVIS DES CRÉATEURS
Sita_eh Sita_eh

Terimakasih untuk yang sudah membaca sampai bab ini.

Jangan lupa untuk dukung saya. caranya.

1. Vote dengan Power Stone.

2. Berikan Review anda.

3. Beritkan Rate bintang lima untuk bab yang sudah dibaca

4. Share Cerita ini pada teman dan keluarga ya.

Terimakasih :)

Find me on IG Sita_eh

Chapitre 8: Masa Lalu – Teman Baru 2

Putri memperhatikan teman kelasnya mulai berpergian meninggalkan ruangan kelas. Putri menyadari tersisa Fia, Ria dan Nada. Sepertinya ini adalah waktu yang tepat untuk memulai berbicara kembali dengan mereka, mungkin permintaan maaf dari Putri akan menyatukan pertemanan mereka. Setelah tiga bulan berlalu dari kejadian tersebut.

Putri memberanikan diri untuk berdiri dan mendekati teman-temannya. "Hai.." Sapa Putri dengan intonasi suara yang tidak yakin. Fia menatap Putri dengan herab, sedangkan Nada pun menyikut Ria menyadari hanya tinggal mereka berempat di ruangan kelas.

Tidak ada yang menjawab sapaan Putri, sepertinya mereka selama ini lupa kalau ada Putri di kelas tersebut. Atau mereka sedang berpura-pura untuk mengacuhkan Putri, menganggapnya hanya sebagai sebuah bayangan.

"Teman-teman, boleh kita bicara? Sudah lama bukan, kita tidak bicara?"Tanya Putri dengan sangat sopan.

"Memang apa yang mau kamu bicarakan, Put? " Fia balik bertanya. Langkah kaki Putri yang teramat hati-hati mulai mendekati ketiga orang, yang masih ia anggap sebaga sahabat. Lalu Putri juga harus memastikan jarak mereka tidak terlalu jauh, agar ucapannya mudah untuk didengar. "Kalian apa kabarnya?" Tanya Putri kali ini tersenyum kecil, dan sebenarnya dia sendiri juga bingung harus menanyakan apa.

"Put, kalau kamu mau tau soal kabar. Kamu sudah tau jawabannya seperti apa." Ucap Fia dengan datar. Putri masih merasakan ada rasa marah di ucapan temannya tersebut.

"Kamu tahu kan Put, teman-teman... Dan itu enggak cuman satu kelas tapi satu sekolah ini mulai menjauhi kita semenjak kejadian tersebut." Nada memberanikan diri untuk bicara. Sedangkan Ria hanya memandang dengan wajah cemas.

"Maafkan aku ya... Aku tahu kalian pasti berat dengan situasi sekarang ini." Putri tidak berani menatap wajah teman-temannya, dia lebih memilih memandang lantai kelas.

"Kita akan pindah, gue, Nada dan Ria." Ucap Fia memotong. Putri terkejut dan memadang wajah serius Fia.

"Loh kalian mau kemana, sebentar lagi kita kan ujian dan akan naik kelas 11?" Tanya Putri cemas.

"Kami bertiga sepakat untuk pindah ke sekolah yang sama selesai ujian nanti." Jelas Nada. "Ya Put, selesai ujian ini." Ria menjelaskan. Putri merasakan sedih, tapi mungkin Putri bisa ikut bergabung dengan temannya.

"Ehh, apa aku bisa ikut.." Omongan Putri pun terpotong oleh Fia.

"Sorry Put, kamu stay aja disini. Kita mau memulai lagi dari awal. Semenjak kejadian itu, banyak hal yang berubah dari kami, banyak yang kami pikirkan." Ucapan Fia pun terpotong karena dia berjalan untuk mengambil tasnya.

"Lebih baik saat ini kami tidak berhubungan atau dekat sama kamu Put." Ucap Nada yang juga mulai mengambil tasnya.

"Aku harap kamu bisa lebih baik, kami begini bukan tanpa alasan. Tapi orang tua kami juga sangat mendukung hal ini." Fia melanjutkan pembicaraannya. Terlihat Ria, ikut mengambil tasnya.

"Tapi kita masih bisa perbaiki semuanya, dan aku yakin kita bisa sama seperti waktu dulu.." Muka Putri terlihat khawatir.

"Gak akan ada yang sama Put. Semua hal buruk yang sudah pernah kita lakukan, itu semua atas usul dan ide dari kamu. Seandainya, kita tidak menurutin semua tingkah laku kamu. Kejadian Mega gak akan terjadi." Terdengar suara Nada yang bergetar menahan amarah.

"Cukup Nad, Intinya kita gak bisa lagi untuk berteman. Aku harap kamu mengerti ya Put." Fia mulai berjalan meninggalkan ruangan kelas, disusul oleh Nada dan Fia.

Putri menatap sedih ketiga temannya yang pergi begitu saja. Putri mengepalkan kedua tanggannya masih dengan diam terpaku berada di ruang kelas sendiri. Putri mengeluarkan hp dari sakunya, dan mulai menelpon seseorang.

"Pak Bimo, bapak duluan saja ya. Putri rencananya mau pergi dulu dengan teman. Kalau ka Wira tanya, tolong sampaikan. Iya... Oh Ka Rian juga enggak ada ya? Iya pak makasih ya." Putri pun menutup teleponnya. Menyadari kebohongan yang dia lakukan kepada supirnya.

Entah apa yang dipikirkan oleh Putri, tapi saat ini yang Putri rasakan hanyalah rasa sedih yang mendalam. Sejahat itukah Putri, hingga tidak termaafkan oleh teman-temannya.

Cukup lama Putri berdiam diri di ruang kelas, menyeka air mata yang keluar dari pipinya, suara petir yang gemuruh menyadarkan akan lamunannya. Putri bergegas keluar, melihat perubahan awan yang cepat menjadi kelabu.

Entah apa yang dipikirkan Putri, tidak tau harus kemana. Putri hanya ingin melangkah keluar menuju gerbang sekolah. Baru saja sampai di halaman sekolah, hujan sudah mulai turun dengan derasnya. Bahkan cuacapun nampak tidak bersahabat dengannya, Putri menatap langit yang sudah penuh dengan air hujan. Putri membiarkan tetesan air hujan membahasi dari mulai rambutnya, hingga seragam sekolah.

Putri kembali meneteskan airmatanya, kesedihannya masih berlarut. Penyesalan yang selama ini dia rasakan semakin membuat lubang hitam di hatinya. Putri sempat berpikir, apakah dia juga perlu meninggalkan sekolahnya kah? Suasana halaman sekolah benar-benar sangat sepi, mungkin hanya dia seorang yang berada di lingkungan tersebut.

Seketika Putri merasa hujan seakan berhenti, tapi tidak ternyata. Ada seseorang yang berada disampingnya, memberikan naungan untuk berteduh. Putri melihat sosok yang dia kenal yang berada di sampingnya. Tersenyum manis sambil membawa payung yang cukup lebar untuk mereka berdua.

Orang yang selama satu minggu ini dia hindari, orang yang selama ini memberikan senyuman kepada Putri, walaupun tidak pernah satupun dirinya pernah membalas senyumannya.

Andi yang melihat banyaknya tetesan air mata di wajah Putri, tidak terkejut sama sekali. Seakan-akan dia sudah tau apa yang sudah dialami Putri selama ini. Putri merasakan rasa nyaman berada dekat dengan Andi.

Andi memegang bahu Putri dengan erat, dan kali ini Putri tidak menghindarinya. Suara hujan yang keras, membuat Putri tidak mendengar apa yang dikatakan oleh Andi. Tapi Putri tahu Andi seperti mengatakan "Aku antar kamu pulang".

Saat itulah, pertemanan mereka dimulai, Andi sosok teman yang sangat pengertian. Semenjak teman-teman Putri lulus ujian kelas 10. Mereka benar-benar memutuskan untuk pindah sekolah di tahun ajaran baru.

Putri sudah tidak terlalu memikirkan teman-temannya tersebut. Kenyataannya, teman-temannya juga ingin Putri tidak mendekati mereka.

Semenjak itu Putri dan Andi menjadi sahabat karib, sahabat dimana selalu memberikan dukungan dan bantuan. Bukan Andi tidak mengetahui masa lalu Putri, justru karena dia tau dan tidak terlalu menghimbaukan Putri yang dahulu.

Bagi Andi, Putri adalah Putri yang sekarang. Keluarga Putri pun senang dengan kehadiran Andi sebagai teman, membuat Putri kembali tersenyum. Walaupun, Putri belum bisa menjalin pertemanan dengan teman lainnya.

Putri dan Andi yang berbeda kelas, tidak menggoyahkan pertemanan mereka. Akan tetapi tidak ada Andi disisinya, membuat Putri menjadi sosok yang lebih diam di kelasnya.

**Flashback end**


L’AVIS DES CRÉATEURS
Sita_eh Sita_eh

Terimakasih untuk yang sudah membaca sampai bab ini.

Jangan lupa untuk dukung saya. caranya.

1. Vote dengan Power Stone.

2. Berikan Review anda.

3. Beritkan Rate bintang lima untuk bab yang sudah dibaca

4. Share Cerita ini pada teman dan keluarga ya.

Terimakasih :)

Find me on IG Sita_eh

Load failed, please RETRY

Cadeaux

Cadeau -- Cadeau reçu

    État de l’alimentation hebdomadaire

    Chapitres de déverrouillage par lots

    Table des matières

    Options d'affichage

    Arrière-plan

    Police

    Taille

    Commentaires sur les chapitres

    Écrire un avis État de lecture: C7
    Échec de la publication. Veuillez réessayer
    • Qualité de l’écriture
    • Stabilité des mises à jour
    • Développement de l’histoire
    • Conception des personnages
    • Contexte du monde

    Le score total 0.0

    Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
    Votez avec Power Stone
    Rank 200+ Classement de puissance
    Stone 0 Pierre de Pouvoir
    signaler du contenu inapproprié
    Astuce d’erreur

    Signaler un abus

    Commentaires de paragraphe

    Connectez-vous

    tip Commentaire de paragraphe

    La fonction de commentaire de paragraphe est maintenant disponible sur le Web ! Déplacez la souris sur n’importe quel paragraphe et cliquez sur l’icône pour ajouter votre commentaire.

    De plus, vous pouvez toujours l’activer/désactiver dans les paramètres.

    OK