Télécharger l’application
0.76% IHeart You / Chapter 1: Tujuh (7)-

Chapitre 1: Tujuh (7)-

Tujuh (7)... angka yang menurut kalian jumlah yang sedikit. Tapi bayangkan kalau kalian adalah tujuh bersaudara dan hanya kau satu-satunya anak perempuan. Dan terburuknya, kau tidak diperlakukan sebagai seorang putri.

Suasana pagi saat itu terlihat cerah dikediaman keluarga Soedarmo, setiap anggota keluarga sibuk mempersiapkan aktifitas rutin mereka.

Putri memperhatikan gerak gerik ibunya yang sedari tadi terus berjalan melewati Putri. Entah mengapa meskipun banyak asisten rumah tangga yang tinggal dan dapat membantu Mariana, tapi untuk sarapan pagi Mariana akan selalu disibukkan.

Rambut Mariana yang hanya sebahu, dengan warna rambutnya yang cokelat membuatnya tampak lebih muda. Putri ingat waktu itu dia sendiri yang memilih dan meyakinkan ibunya untuk memilih warna rambut tersebut. Mariana masih terlihat sangat cantik dan Putri sangat kagum dengan ibunya. Banyak yang tidak menyangka bahwa ibunya sudah memiliki tujuh anak yang sudah dewasa.

"Aaaarrggghhh..." suara geraman Putri begitu pelan tapi cukup terdengar oleh orang-orang disekitarnya.

"Mama sudah bilang, bukan! Biar mama saja yang potong rotinya." Senyum Mariana begitu manis sambil memegangi tangan Putri yang sedikit tersayat oleh pisau roti. "Tidak begitu parah kok. Sudah mama saja yang siapin, duduk saja dengan manis! Jam berapa Andi akan jemput kamu?" Tatap Mariana kepada Putri.

"Sebentar lagi Ma... Yahh... Kalau Andi telat, sepertinya Putri bisa bareng sama Kak Rian, iya kan Kak?" Putri menatap kakaknya Rian yang sedang sibuk dengan tumpukan kertas dan tangan lainnya sedang asik memegangi segelas susu, terlihat Rian langsung tersedak mendengar permintaan adiknya.

Seketika Rian mengangkat kedua alisnya. "No..no..no... Enggak bisa ya Put! Gue udah ada janji sama orang lain." Rian langsung menenggak habis susunya, seraya memasukkan beberapa tumpukan kertas ke dalam tas punggungnya. Terlihat terburu-buru dan Putri membalas dengan menatap sinis.

"Pasti mau jemput Linda kan??" Putri memperjelas, Bambang yang sedang asik membaca koran langsung menurunkan korannya dan menatap Rian dari balik kacamatanya yang tebal. "Siapa Linda?" Tanya Bambang dengan mimik wajah serius. Rian menyeringai cemas, dan wajahnya sedikit memerah.

"Linda, pap... Anak kelas sebelas.... Kayanya Ka Rian kepincut tuh.. aauuuuuww!!!" Jerit Putri seketika karena Rian langsung mencubit lengannya.

"Enggak kok Pah... Rian mau bareng sama Jeremy! Motor Jeremy rusak, barusan dia kirim pesan." Rian pun langsung meraih tangan Bambang, dan memberikan cium tangan seperti biasanya.

Bambang masih memperhatikan dengan kecurigaan, dan melihat Rian yang seperti sedang menutupi sesuatu.

"Rian berangkat dulu ya pah..." Ucap Rian sambil berlalu tanpa mendengarkan nasihat ayahnya, yang mungkin akan keluar dengan ceramah panjang.

"Jadi...? Papa mau tanya apa sama Putri? Satu pertanyaan ada biayanya ya." Senyum Putri menjadi semakin lebar.

Bambang mengerutkan keningnya, tahu apa yang sedang dipikirkan oleh Putri. "Tanya? Engga, papa gak mau tanya apa-apa kok."

Putri pun tercengang dengan sikap ayahnya, yang menjadi lunak. "Loh? tumben biasanya papa langsung cari tahu, dan papa juga biasanya akan larang ini dan itu, Kok sekarang papa jadi tidak peduli?" Ucap Putri langsung bergeser ke arah belakang Papanya, tangannya sudah mengambil koran yang dipegangi Bambang.

Putri menatap ayahnya yang sudah rapi dengan kemeja putih dan jas hitamnya, terlihat wajah ayahnya yang tampan walaupun beberapa garis kerutan terdapat diwajahnya. Dan ini diwariskan kepada putra-putra keluarga Soedarmo, dan mungkin ini juga yang membuat ibunya jatuh cinta kepada ayahnya.

"Papa udah mulai lemah nihh.. hehehe." Putri pun merangkul papanya. "Aduh... aduh.." Putri tersontak kaget karena ada yg memukul pelan kearah kepalanya. Dilihat kakak laki-laki lainnya sedang menyeringai licik ke arahnya.

"Kak Rajaaa.. sakit tahu...!" Ucap Putri dengan sangat kesal, "Raja?? haduhh aku Rafa Putri, kamu masih saja salah!" Putri pun menatap dengan seksama. "Iya Ka Rafa, apaan sih! mukul kepala Putri?" Dan tidak lama Raja pun mucul dari balik pintu dapur sambil mengambil roti di atas meja.

Mariana sempat memperingatkan soal roti yang masih panas. Tapi Raja tidak menghiraukan peringatan ibunya, alhasil Raja melempar-lempar rotinya ke tangan kanan dan kiri secara bergantian.

"Mam, hari ini kita sampai malam ya. Ada acara di kampus, rencanyanya mau ada pembahasan soal acara kegiatan untuk tanggal 1 bulan depan." Ucap Raja sambil memberikan gigitan pertama untuk rotinya.

"Ya Mam, benar kata Raja, tapi kita usahakan gak nginep kok.. auuuuchhh... maksudnya gak pulang malam." Raja langsung menyikut Rafa. Mariana pun hanya mengangguk pelan dan mengucapkan "OK" dengan cepat, sambil menuangkan kopi untuk cangkir suaminya yang masih tampak kosong.

"Mah... kapan Roy pulang dari bulan madunya?" Tanya Papa, dan mulai melipat koran. Meletakkannya di sudut meja, sedangkan Raja dan Rafa sibuk sedang menjahili adik perempuannya.

"Heii...! Kamu siapa ya??" Tanya Raja dengan senyum nakalnya.

"Aku ini adikmu kakak Raja...!" Ucap Putri dengan kesal.

"Sejak kapan kita punya adik perempuan?" Timpal Rafa dengan senyumnya yang semakin lebar. Putri pun hanya bisa memandang keji kepada kedua kakak kembarnya.

"Minggu ini pah." Jawab Mariana. Roy dan Lisa akan kembali, dan rencananya mereka akan langsung pulang ke rumah?" Ucap mama sambil merapikan beberapa piring yang ada di meja makan.

"Bii, tolong belanjaan dirapikan ya... Jangan lupa buah langsung dicuci dan simpan di kulkas," Ucap Mariana memotong pembicaraan, ketika melihat Bibi Sri masuk dari arah pintu belakang.

"Pah, jangan lupa sebelum makan siang kita harus ketemu dengan pihak dari PT. Surya Industri, setelah jam makan siang juga harus rapat dengan para dewan direksi." Mariana mengambil tablet putih, dan mulai mengusap layarnya.

"Mmm.. mama cek sebentar jadwal papa hari inj." Mariana masih terlihat sibuk dengan tablet-nya, tanpa memperlihatkan reaksi dari suaminya.

Putri melihat ibunya dengan sangat takjub. Selain menjadi ibu rumah tangga, peran Mariana sangat penting di samping ayahnya, menjadi personal assisten dari seorang pemilik sekaligus direktur utama Perusahan Soedarmo, yang bekerja di bidang industri makanan dan minuman.

"Asik... Kak Roy datang... Putri sudah titip baju sama sepatu." Ucap Putri dengan riang, dan lagi- lagi kepala Putri pun dibenturkan dengan buku matematika yang sangat tebal. Putri melirik dan melihat kakaknya yang hanya berbeda satu tahun dengannya - Wira.

Putri mendengus kesal, "Wira apaan sih...??!! Lama-lama kepala Putri bisa benjol nih!". Wira balik menatap putri, dan tanpa memberikan jawaban. Membalikkan badannya, menikmati roti dan buku matematikanya yang ia baca dengan teliti.

Walaupun Putri merasa kesal, tapi setidaknya Putri bisa merasakan senang. Karena Wira sudah mau mulai untuk berinteraksi dengannya. Setelah apa yang pernah dialami olehnya satu tahun lalu.


L’AVIS DES CRÉATEURS
Sita_eh Sita_eh

Terimakasih untuk yang sudah membaca sampai bab ini.

Jangan lupa untuk dukung saya. caranya.

1. Vote dengan Power Stone.

2. Berikan Review anda.

3. Beritkan Rate bintang lima untuk bab yang sudah dibaca

4. Share Cerita ini pada teman dan keluarga ya.

Terimakasih :)

Find me on IG Sita_eh

Chapitre 2: Kesibukan Di Pagi hari

Putri menatap dengan senyuman yang aneh, dan Wira tampaknya tidak mempedulikan adiknya yang menyeringai aneh menatapnya.

"Sudah... Cukup... Jangan ganggu adik kalian lagi!" Ucap Mariana melerai, dan menghampiri Putri dengan sikap hati-hati.

"Putri, sepulang sekolah kamu tolong mampir ke rumah Surya ya... Mama titip amplop ini, dan tolong langsung diberikan." Ucap Mariana dengan nada pelan. Bahkan berbicara terlalu dekat dengan wajah Putri, sambil menyelipkan amplop ke dalam saku putrinya.

Wira sedikit melirik ke arah Mariana dan Putri, tapi kemudian dia mulai sibuk dengan membaca bukunya kembali – berpura-pura untuk tidak melihat sikap aneh dari Mariana dan Putri.

Dengan cepat Mariana langsung membalikkan badan, dan kembali terlihat sibuk. Bambang, Rafa dan Raja, tidak menyadari Mariana yang sedang berbicara dengan Putri

Bambang sedang memberikan nasihat kepada putra kembarnya, agar lebih serius dengan kuliah mereka. sedangkan Raja, Rafa mendengarkan ucapan ayahnya dengan sikap terpaksa.

Putri memandang kearah sakunya, dan langsung mengambil amplop tersebut. Sedikit penasaran tapi setelahnya, ia memasukkan kembali ke dalam saku bajunya.

Tidak lama suara bel berbunyi nyaring, dan disusul dengan suara Andi dari balik pintu seraya mengucapkan salam. Dan Putri menegakkan tubuhnya, bangkit dari kursinya dan bersiap-siap untuk berangkat menuju sekolah.

"Andi sudah datang! Putri pamit dulu ya mah, pah..." Ucap Putri. Dan melambai kepada semua yang berada di meja makan.

"Kamu enggak mau diantar sama supir, Put?" Tanya Mariana heran.

"Mmm... Enggak deh ma. Lebih enak kalau Putri berangkat sama Andi." Ucap Putri dengan senyumnya.

Ya, itu adalah jawaban jujur Putri saat ini. Putri lebih baik menghindari tatapan teman-temannya di sekolah, mencoba untuk tidak terlalu mencolok, mengingat apa yang sudah pernah dia lakukan sebelumnya dimasa lalu.

"Rian mana ya ma?" Tanya Wira seketika dia sadar dengan sekelilingnya.

"Sudah berangkat, dan katanya bareng sama Jeremy," Jawab Mariana.

"Kamu mau bareng sama papa atau mau diantar supir?" Bambang menawarkan putranya.

"Kayanya Wira naik ojol aja. Lagian arahnya kan beda, nanti papa malah muter kejauhan." Jawab Wira datar.

"Loh motor kamu?"Tanya Bambang kembali.

"Lagi males aja Pah, lagian sekali-kali merakyat dulu lah pah." Wira pun mulai berdiri sambil mencium tangan kepada kedua orangtuanya, disusul dengan Putri yang tidak mau kalah dengan Wira, dan langsung tergesa-gesa menuju ke pintu luar. Putri tidak menghiraukan kakanya, yang menatap dengan sinis.

Sosok pria tinggi, mengenakan pakaian seragam dengan jaket berwarna orange terang telah menunggu Putri dari balik pintu masuk utama.

Poninya yang cukup panjang, dan rambutnya yang terlalu lurus. Membuat wajah Andi seperti tenggelam bersama rambutnya. Ditambah aksesoris yang dia gunakan di atas kepalanya. Sebuah kaca mata renang terpasang diatas kepalanya layaknya sebuah bandana.

Putri pun hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya melihat penampilan mentereng teman dekatnya. Sebenarnya Andi cukup tampan, ditambah dengan tingginya yang menjulang. Tapi sifatnya yang tidak mau diatur, dan bergaya sesuka hatinya. Membuat dia jauh dari para wanita yang ingin mendekatinya.

"Andi.. lama banget sihh? Luluran dulu yaa?" Tanya Putri dengan sinis.

"Ih apa sihhh,, tadi bannya kempes, jadi ke tukang ban dulu" Ucap Andi dengan serius. "Ooo.." ucap Putri dengan datar.

"Itu kacamata renang buat apa ya?" Tanya Putri dengan wajah seriusnya, Andi malah tersenyum lebar memperlihatkan deretan gigi depannya.

"Ini (sambil memegang kacamata renang di kepalanya), biar gak silau lah." Andi tertawa kecil dan mengedipkan matanya ke wajah Putri yang keheranan.

"Pagi Ka Wira," Sapa Andi riang. Karena melihat Wira muncul dari balik bahu Putri. Wira pun membalas pagi tanpa menatap Andi, dan masih sibuk dengan menatap kearah ponselnya.

"OK, dapat." Gumam Wira sambil meletakkan ponselnya pada saku baju.

"Kalian berangkat berdua?" Tanya Wira sinis.

"Eh... Iya kak." Ucap Andi dengan senyumnya yang lebar, Putri langsung menyikut perut Andi dan memberikan kode pada temannya agar mereka bisa segera berangkat.

"Kita berangkat dulu ya ka Wira." Potong Putri dengan menyeringai. Wira pun tidak membalas Putri, dan menyenderkan badannya ke dinding tembok sambil tetap memperhatikan layar ponselnya.

Beberapa tukang kebun yang memperhatikan Andi sedari tadi, tersenyum dengan menggelengkan kepala karena melihat penampilan Andi.

Sambil berbisik-bisik menahan senyuman, dan masih memperhatikan. Andi yang sadar dirinya menjadi pusat perhatian, melambaikan tangannya sambil memperagakan gerakan-gerakan aneh yang makin membuat mereka tidak bisa menahan tawa di wajah mereka.

"Andi, apaan sih?! Masa kamu tebar pesona sama bi Lastri dan pak Deden." Ucap Putri dengan ketus dan menarik kemeja Andi, agar segera menuju pintu luar rumah.

"Itulah bedanya Put, pesona lelaki sejati." Andi memberikan senyuman terlebarnya, terlihat reaksi temannya yang jijik. Andi pun menatap Wira, yang juga memperhatikannya, "Bye.. Kakak Ipar, Sampai ketemu di sekolah." Ucap Andi meledek, tetapi Wira semakin memalingkan wajahnya.

"Ka Wira, itu kelewat serius ya Put." Andi berceloteh dengan pelan sambil berjalan menuju pagar rumah. "Hushhh,, bukan urusan kamu, mendingan kita cepat sampai sekolah. Hari ini pelajaran pertama sama Bu Rani." Jawab Putri memperongatkan..

Putri dan Andi sudah meninggal pekarangan rumah, sayangnya motor yang mereka tumpangi ternyata tetap memiliki masalah yang sama.

Ban motor Andi kembali bocor, dan mereka berdua harus bersusah payah menemukan tempat tambal ban motor.

Setelahnya mereka juga harus menunggu waktu lama pada saat perbaikan, dan karena itu mereka berdua akhirnya datang sangat terlambat. Bahkan harus merayu Pak Nano penjaga gerbang sekolah agar mau membukakan pintu sekolah.

Hari itu Putri benar-benar dibuat kesal oleh Andi, dimulai dengan menambal ban motor, kemudian datang terlambat ke sekolah. Dan dihukum oleh Bu Rani – guru Biologi. Sebuah hukuman untuk membuat rangkuman semua pelajaran yang ada dibuku hanya dalam waktu satu minggu.

Sedangkan Andi, yang berbeda kelas dengannya. Bisa terselamatkan, karena guru kesenian tidak hadir saat jam pertama.

Di jam Istirahat sekolah- putri masih berada di kelas sambil memegang buku Biologi. Duduk dengan serius memegangi pulpen dan bukunya,sambil bergumam kesal.

Di dalam hatinya.

"Awasss kau Andi,,, gara-gara telat, gue jadi kena hukum bu Rani (the best killer teacher). Arrgghhh...!!! Rasanya ingin teriak sekencang-kencangnya"

Putri melempar kertas yang sudah dia lumatkan ke dalam tong sampah kelas.

Putri menatap kearah jendela keluar, suasana siang saat itu tidak begitu panas, awan pun terlihat banyak dan menutupi halaman sekolah yang cukup besar.

Untuk seorang Putri, semuanya adalah sebuah anugrah yang tidak ternilai. Ayahnya Bambang Soedarmo, merupakan direktur utama dari perusahaan f&b industri terbesar di Jakarta, sedangkan ibunya Mariana Soedarmo, merupakan ibu rumah tangga, sekaligus personal assisten direktur dari Bambang Soedarmo.

Dari segi materi putri pun tidak pernah merasa kekurangan, Walaupun Putri adalah anak ke-7, dan wanita satu-satunya selain ibunya. Dia tidak pernah diperlakukan dengan sangat manja atau layaknya seorang Putri.

Kehidupan Putri diharuskan untuk bersikap dewasa, belajar giat, walaupun dari segi materi tetap berlebihan. Ayahnya seorang yang sangat tegas, bahkan lebih mengarah keras kepala. Tidak ada yang bisa menentang kemauan dan pilihan Ayahnya. Hanya Mariana yang dapat meluluhkan hati Bambang yang keras.

Putri kembali mengingat kembali kejadian satu tahun lalu, ketika dia masih duduk di bangku kelas 10. Rasa tidak nyaman itu kemudian muncul, mengingatnya membuat Putri menjadi merasakan ada yang sedang mengganjal di hatinya. Setidaknya dia pun berusaha untuk mulai memperbaiki semua.

Teman, hanya satu kata. Tapi kenapa begitu terdengar sangat menyakitkan pikirnya. Saat ini hanya ada Andi sebagai temannya. "Ahh kenapa mengingat teman membuat air mataku mengalir," Ucap Putri dengan lirih dan menyeka sedikit air matanya.

Putri pun teringat dengan amplop yang berada di sakunya, dengan sangat hati-hati Putri mengeluarkan amplop putih tersebut.

Putri meraba amplop tersebut, bentuknya seperti kartu, ya ini kartu!! Ucap Putri yakin dalam hatinya.

"Put... Hei..." Suara Andi mengejutkan Putri dari lamunannya. Senyum Andi yang manis, sesaat membuat Putri terpesona dan melupakan kalau dia sedang sangat kesal dengannya.

"Andi,, bikin kaget aja!" Ucap Putri Ketus, terlihat Andi belum melepaskan kacamata renangnya. Andi pun menyodorkan sebuah roti dan susu kotak di meja Putri sambil tersenyum dengan lebar.

"Ini buat kamu! Lumayan buat ganjelan. Maaf ya, gue denger lo dihukum bu Rani ya?" Senyum Andi pun semakin lebar.

"Berhubung Putri lapar, Putri terima permintaan maaf Andi. Tapi masih ada satu syarat lagi." Seringai Putri, membuat Andi bingung dan menyadari ada rencana lain yang sedang dipikirkan Putri untuk membalas dendam.

"Elo gak berpikir untuk balik ngerjain gue kan?" Tanya Andi dengan wajah seriusnya. "Pulang sekolah antar gue ke tempat Kak Surya ya? "

"Okee--yy tapi.." Omongan Andi pun terpotong. " Udah enggak usah tanya kenapanya, pulang sekolah di bangku taman belakang yaa." Potong Putri dengan sengaja, dan terdengar suara bel masuk diseluruh kelas.

"Tuh uda bel masuk! Cepat keluar! Kembali ke habitat masing-masing!" Ucap Putri sambil mendorong Andi keluar kelas. "Iya Put, ehh jangan dorong-dorong, dong! Lagian kalau lama-lama disini juga gak apa-apa, sekalian cuci mata." Ucap Andi dengan meledek Putri, dan Putri hanya membalas dengan tatapan melotot.

Andi pun keluar kelas, dan disaat yang bersamaan. Ada beberapa siswi yang mulai masuk dan berdatangan ke dalam kelas, sesekali Putri melihat Andi melemparkan senyum dan sedikit menggoda ke arah siswi. Walaupun balasan siswi tersebut, malah semakin menjauhi Andi.

Suasana kelas 11 sudah kembali seperti biasa, para murid mulai mengeluarkan buku pelajaran untuk kelas berikutnya.

Pak Raden, guru matematika datang sesuai dengan waktunya. Pak Raden juga termasuk wali kelas dari kelas Putri.

Tidak mengherankan selama sesi pengajaran kelasnya, Pak Raden selalu memberikan perhatian lebih kepada muridnya di kelas. Mulai menegur beberapa murid yang kurang di beberapa pelajaran bahasa, kimia, fisika, bahkan sedikit memberikan ceramah agama.

Kelas terakhir pun dimulai, kelas Bahasa. Putri sudah mulai merasa bosan, bukan untuk bermaksud sombong atau lainnya. Tapi Putri merupakan juara umum di sekolahnya,

Sambil mendengarkan guru bahasa, yang masih menjelaskan materi. Putri mengeluarkan buku kecilnya yang selalu dibawa. Dan mulai menuliskan apa yang ada di pikirannya.

_

_

Bagaikan angin yang berjalan tanpa arah.

Mengikuti kemana ruang hampa dan kosong berada.

Bagaikan Air yang mengalir, hingga menemukan tempat perhentian.

Hampa, kosong dan perhentian itulah kesunyian sebenarnya.

Akankah aku menjadi bagian dari kesunyian itu.

Akankah ada yang mengisi kesunyian ini?

Sunyi, apakah dia akan menjadi teman terbaikku.

_

_

"Putri, bisa jelaskan arti dari paragraf ke empat?" Suara Bu Dara sontak mengagetkan Putri, dan Putri pun membalas dengan senyuman. Dan memberikan penjelasan sambil berdiri kepada teman-teman yang langsung menyoroti Putri.

_

Sekilas Mengenai Keluarga Soedarmo

Bambang Soedarmo : Kepala Keluarga, Ayah, Direksi Utama dari PT. Elang Industri (Di bidang f&B)

Mariana Soedarmo : Istri, Personal Assistant dari suaminya sendiri Bambang Soedarmo. Sudah mulai bekerja dari sebelum menikah dan mengenal suaminya di tempat kerja hingga saat ini.

Anak dan Menantu.

Surya Putra Soedarmo : Status menikah, Istri Leyna Sari

Roy Putra Soedarmo : Status baru menikah, Istri Renata Indriani

Raja Putra Soedarmo : Kuliah semester Akhir dengan adik kembarnya.

Rafa Putra Soedarmo : Kuliah semester Akhir dengan kakak kembarnya

Rian Putra Soedarmo : Kuliah tingkat semester 1.

Wirawan Putra Soedarmo : Tingkat SMA, kelas 12.

Indah Putri Soedarmo : Tingkat SMA, Kelas 11.

Hal apa yang lebih berharga dari emas. Tidak membutuhkan biaya, sulit dicari tetapi mudah untuk hilang. ( jawabanya hanya satu , TEMAN.)


L’AVIS DES CRÉATEURS
Sita_eh Sita_eh

Dukung Author ya.

Berikan Comment, Review, Rate bab ini. Dan juga Power Stone.. :)

Jangan lupa untuk share cerita ini dengan teman-teman dan keluarga tercinta

Terimakasih

Load failed, please RETRY

Cadeaux

Cadeau -- Cadeau reçu

    État de l’alimentation hebdomadaire

    Chapitres de déverrouillage par lots

    Table des matières

    Options d'affichage

    Arrière-plan

    Police

    Taille

    Commentaires sur les chapitres

    Écrire un avis État de lecture: C1
    Échec de la publication. Veuillez réessayer
    • Qualité de l’écriture
    • Stabilité des mises à jour
    • Développement de l’histoire
    • Conception des personnages
    • Contexte du monde

    Le score total 0.0

    Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
    Votez avec Power Stone
    Rank 200+ Classement de puissance
    Stone 0 Pierre de Pouvoir
    signaler du contenu inapproprié
    Astuce d’erreur

    Signaler un abus

    Commentaires de paragraphe

    Connectez-vous

    tip Commentaire de paragraphe

    La fonction de commentaire de paragraphe est maintenant disponible sur le Web ! Déplacez la souris sur n’importe quel paragraphe et cliquez sur l’icône pour ajouter votre commentaire.

    De plus, vous pouvez toujours l’activer/désactiver dans les paramètres.

    OK