Télécharger l’application
10% Sepenggal Kisah Gama ( END ) / Chapter 1: Gama Side 1
Sepenggal Kisah Gama (  END ) Sepenggal Kisah Gama (  END ) original

Sepenggal Kisah Gama ( END )

Auteur: Ncheet_Nca

© WebNovel

Chapitre 1: Gama Side 1

Hola..

Salam kenal buat yang belum kenal ya😂..

Bagi yang udah kenal dan udah mengikuti ceritaku sebelumnya.. Apa kabar??? ( ceileh.. Lebay bet dah.. 😂😂😂😂😂)

Ini cerita ketiga yang aku upload di aplikasi ini..

Mudah2an sesuai ekspektasi kalian ya untuk bag pertama..

Langsung aja atuh dinikmati

Happy Reading😘

##############

Aku duduk termenung di salah satu restoran mall di ibukota yang aku datangi ini setelah pertemuan dengan rekan bisnisku.

Pikiran ku melayang pada seorang gadis yang saat ini menyandang status sebagai seorang istri dari pria lain.

Ya.. Aku adalah pria yang gagal move on setelah ditinggalkan oleh mantan kekasihku menikah.

Kinanti..

Wanita yang bersarang di hatiku selama hampir 6tahun ini.

Wanita yang tidak bisa tergantikan oleh siapapun.

Andai saja aku tidak melakukan kesalahan besar dimasa lalu, mungkin saat ini akulah yang menjadi suaminya.

Bukan si pria gila yang beberapa kali membuat wajahku hancur karena keposesifannya itu.

Tapi aku akui, pria itu jauh lebih baik dari pada diriku yang hanya seorang pengecut dan pria dengan masa lalu kotor.

Mabuk-mabukan dan free sex sudah menjadi keseharianku menjalani hidup semasa remaja.

Puncaknya sampai dimana aku melukai Kinanti begitu dalam lima tahun yang lalu yang membuat dia dan diriku merasakan trauma.

Setelah aku menyakiti Kinanti, aku tidak bisa berhubungan dengan wanita lain lagi karena bayangan masa lalu karena perbuatan bejatku terhadap Kinan.

Free sex sudah bukan menjadi kebiasaanku lagi setelah lima tahun lalu aku pindah ke Singapura untuk menghilang dari hadapan Kinan sesuai perintah wanita manis itu.

Kinan.. Mengapa sangat sulit menghilangkan bayanganmu??

Aku ingat kata-kata tulusnya ketika aku datang ke pesta pernikahannya yang mengharapkan kebahagiaan untukku.

Kebahagiaan?

Pantaskah aku bahagia??

Ya Allah, bisakah aku bahagia seperti yang diinginkan Kinan?

Arrghh.. Sudahlah.. Mengapa aku selalu jadi mellow begini jika selalu teringat Kinan.

Lebih baik aku pergi dan menyibukkan diri dengan pekerjaanku.

Aku beranjak dari dudukku dan menuju kearah kasir untuk membayar pesananku.

Setelah sampai di meja kasir, aku mengeluarkan kartu debitku untuk pembayaran.

Aku melihat sang kasir beberapa kali mencuri pandang kearahku.

Aku sudah terbiasa dengan ini.

Kata orang wajahku tampan dan mampu membuat wanita bertekuk lutut.

Tapi mengapa tidak berlaku pada Kinan??

Shit!!

Mengapa aku kembali memikirkannya??

Hentikan Gama, dia sudah menjadi milik orang lain.

Poor you Gama.

Usia 23th masih betah menjomlo karena Gagal Move On.. Sial!!

Aku melangkah keluar area restoran menuju eskalator turun setelah selesai proses pembayaran.

Dukk..

"aduh.."

Tiba-tiba ada seorang anak kecil berjenis kelamin laki-laki yang tingginya selututku menabrakkan dirinya padaku dan terjatuh.

Akupun berjongkok untuk membangunkannya.

"hey.. Kamu gak papa?" tanya ku lembut setelah berhasil membuatnya berdiri kembali.

Deg..

Wajah ini..

Anak kecil itu menatapku dengan tatapan yang lucu dan imut khas tatapan anak kecil.

"kenapa kamu lari-larian, sayang.."

"atu.. Lagi numpet dali mama.." ucap anak kecil itu polos yang entah mengapa membuatku tertawa karena gaya bahasanya yang lucu.

"kok pakai ngumpet segala?" tanyaku setelah meredakan tawa.

"abisan mamanya ngecelin.. Gala tan mau main di temjone eh tata mama becok aja. Padalan Atu tan maunya main cetalang.." ucap anak laki-laki itu sambil bersedekap dengan memanyunkan bibirnya lucu yang membuatku semakin melebarkan senyum.

"kamu nggak boleh seperti itu, mungkin mama kamu lagi ada urusan jadinya gak bisa main sekarang"

"beditu ya?"

"iya.. Emang biasanya mama kamu gak bolehin kamu main ke time zone?" tanyaku penasaran.

Eh??

Kenapa aku jadi penasaran??

"eng.. eng.. enggak cih.. Biacanya mama celalu itutin maunya Gala.. Munkin benel tata om ya.. Mama ladi ada ulucan.." ucapnya lucu sambil mengerutkan alisnya dan jangan lupakan jari telunjuknya yang berada di dahi yang menandakan Ia sedang memikirkan apa yang aku katakan.

Ya ampun..

Lucu sekali anak ini!!

Bolehkah aku bawa pulang?

What?? Apa yang aku fikirkan?

Yang ada nanti orang tua anak ini melaporkanku pada pihak yang berwajib karena tuduhan penculikan.

"oia, nama kamu Gala ya?" tanyaku memastikan karena beberapa kali anak ini memanggil namanya sendiri.

"eh?? tok Gala ci om?? Nama atu tuh Galla.."

"oh.. Galla.."

"butan-butan om.. Gallrrla.."

Aku mengernyit bingung karena anak kecil ini seperti kesulitan menyebut namanya sendiri.

"oh oke.. Gallrrla?"

"iiih.. Om tok ngecelinn ciiihh tayak mama... Butan itu.. Tapi.."

"GARA!!!! ANGGARA!!! KAMU DIMANA NAK???"

Tiba-tiba aku mendengar suara wanita berteriak memanggil seseorang.

"nah.. Itu om nama atu!!" ucap anak laki-laki ini menunjuk ke udara.

aku menatap anak laki-laki ini.

Jadi namanya Gara.

Wait.. Berarti suara wanita yang berteriak itu pasti suaranya mama dari anak ini.

"ehm.. Gara.. Itu sepertinya mama kamu ya?"

Aku menunjuk wanita yang membelakangiku yang seperti panik dan masih berteriak memanggil nama Gara.

"ssstt.. Om.. Atu cembunyi dibelatang om ya.."

Tanpa aba-aba Gara menyembunyikan dirinya dibalik bahuku yang masih berjongkok.

Tiba-tiba wanita yang membelakangiku membalikkan badannya dan..

Deg..

Desi?? Adik kelasku semasa SMA kah?

Aku melihatnya terkejut dan menegang melihatku.

Berarti benar dia Desi yang itu.

Aku melihat penampilannya.

Apa-apaan dia?

Dress ketat diatas lutut yang berwarna merah menyala yang kontras dengan kulit putihnya dengan potongan dada rendah yang menunjukkan separuh payudaranya.

Jangan lupakan high heels dengan warna senada.

Rambut coklat gelombang panjangnya di gerai menambah kesan seksi.

Dan.. dandanan wajahnya yang menurutku berlebihan.

Benarkah dia Desi yang itu?

Desi yang polos dengan kepangan rambut semasa SMA?

Aku berdiri karena sepertinya bagian bawah tubuhku seketika menegang melihat penampilannya dan sumpah ini sangat menyiksaku.

Wanita itu berbalik dan hendak pergi dari hadapanku dan seolah-olah tak mengenalku.

Memangnya dia fikir aku tidak tahu siapa dirinya?

"Desi.."

Aku melihatnya menegang ketika aku memanggil namanya dan selanjutnya membalikkan badannya dan memaksakan senyumnya ke arahku.

"oh.. Hai.. Kak" sapanya kaku.

"apa kabar?" tanyaku basa basi dan entah mengapa, celana bagian bawahku terasa semakin mengetat karena melihat pemandangan di depanku ini.

Aku fikir bagian tubuhku yang itu sudah tidak bisa On kembali setelah kejadian lima tahun yang lalu.

Tapi mengapa dengan hanya melihat Desi, dia memberontak??

Sial!!

Mengapa Desi jadi seseksi ini??

"baik kak.. Oh iya kak maaf Desi ada urusan dan harus pergi. Permisi Kak Gama"

Ketika Desi ingin berbalik, dia menghentikan gerakannya dan setelahnya menuju kearahku, tepatnya kearah belakangku.

"oh.. Ternyata disini kamu?" tanya Desi berkacak pinggang pada anak kecil yang bersembunyi di belakangku ini.

Gara.

Hampir saja aku lupa padanya.

Aku melihat Gara nyengir tanpa dosa pada Desi.

"dia adik kamu Des?" tanyaku.

Kulihat Desi menegang karena pertanyaanku.

"dia.."

"mama.." ucap Gara sambil memeluk kaki jenjang Desi.

Deg..

Gara memanggil Desi mama?

Tidak mungkin!!

Usia Desi sekarang baru 21th kan?

Tidak mungkin dia punya anak usia yang aku rasa sekitar 4 atau 5 tahunan.

Apa dia menikah ketika SMA?

Atau..

Atau..

Gara..

Aku memperhatikan wajah Gara dengan seksama.

Mata, hidung serta bibirnya.

Dia..

"Gara kita pulang sekarang ya.." ucapan Desi membuyarkan lamunanku yang masih memperhatikan wajah Gara.

"tapi becok plomice tita te temjone ya mama?" tanya Gara lucu sambil mendongakkan wajahnya kearah Desi yang masih memasang wajah kaku.

"mama.." rengek Gara karena tidak mendapat jawaban dari Desi yang masih terpaku.

Entah apa yang di fikirkan wanita ini.

Apakah sama dengan yang aku fikirkan?

"i-i-i-iya Gara, besok kita ke time zone. Sekarang ki-ki-kita pulang ya sayang. Opa udah telpon mama, katanya Gara udah di beliin bis tayo.." ucap Desi yang benar-benar terlihat gugup.

"benelan???aciiiik..yaudah ayo mama.. tita pulang cetalang.. Ayo.. Ayo.."ucap Gara sumringah yang menarik-narik jemari Desi.

Aku melihat Desi tersenyum lembut pada Gara sambil mengelus sayang rambut tebal anak laki-laki itu.

Senyumnya masih sama, senyum yang menenangkan.

" iya ayo.. Ehm.. Kak Gama. Desi permisi ya"

Desi menatapku sebentar lalu menggandeng tangan Gara menjauh dariku.

Namun sebelum dia benar-benar pergi, aku menahan lengannya yang satu lagi.

Dia menatap ku bingung.

"kamu sudah menikah?"

Aku melihat matanya yang melebar karena pertanyaan spontan yang keluar dari mulutku.

Desi membuka dan mengatupkan mulutnya bingung.

"Desi.. Gara beneran anak kamu?" tuntutku karena belum mendapatkan jawaban dari wanita ayu ini.

"kak.. Desi.. Desi harus pulang. Permisi"

Setelah mengucapkan itu, Desi membebaskan lengannya yang aku tahan tadi dan langsung menggendong Gara.

Aku melihat Desi berjalan tergesa-gesa menjauh dari pandangan.

Apa ini yang dibilang 'the power of emak-emak'?

Dia menggendong Gara dengan berjalan tergesa-gesa menggunakan high heels??

Dan aku rasa ukuran high heels itu sekitar 10cm tingginya.

Yang benar saja Desi??!!

Bagaimana kalau mereka terjatuh??!

Sial!!

Aku harus menyusulnya.

Akhirnya aku berlari kecil menyusul Desi yang sudah hampir mencapai eskalator turun.

Tanpa aba-aba aku mengambil Gara dalam gendongannya yang membuatnya terkesiap namun setelahnya berdiri kaku karena melihat aku menggendong Gara.

"kamu bawa mobil?" tanyaku.

"i-iya..kak.."

"aku antar kalian sampai parkiran."

Ucapku tanpa ingin dibantah.

Akupun menggendong Gara dengan sebelah tangan dan sebelahnya lagi menggenggam tangan Desi yang dingin dan berkeringat.

Ada apa denganmu, Desi?

"om.. tok.. Dendong Gala?" tanyanya lucu.

"mamanya Gara lagi pakai sepatu tinggi. Om takut nanti kalian jatuh." jawabku sambil menampilkan senyum lembut kearah bocah tampan ini.

"ka.. Kalau gitu Gara bisa jalan sendiri Kak" aku menatap Desi tajam yang langsung membuat nyalinya ciut dan menunduk sambil mengikuti langkahku menuju parkiran mobil.

"om.. Wangi deh.." ucap Gara tiba-tiba dalam keheningan kami-aku dan Desi-.

"Gara juga wangi.. Wangi sabun baby.. Om suka. Apalagi kalau wangi bunga Lily" ucapku ambigu yang membuat tangan dingin dalam genggamanku menegang.

Kami berjalan menuju basement dengan celotehan bocah tampan ini dalam gendonganku.

Gara memeluk leherku erat dengan tangan kecilnya yang mampu membuat jantungku berdetak tak menentu.

Perasaan apa ini Ya Allah?

Tak terasa kami sampai di tempat parkiran.

Desi menunjukkan mobil Mini Coopernya yang berwarna biru muda lalu kami berjalan kearah mobil itu.

Setelah Desi membuka pintu penumpang di samping kursi kemudi, aku mendudukkan Gara disana dan aku memakaikannya sabuk pengaman.

"hati-hati ya, Boy." aku mengacak rambut tebal Gara yang dibalas cengir menggemaskan anak itu.

"matacih ya om.. Udah bolein Gala ngumpet. Hihihi.." ucap Gara cekikikan yang membuatku semakin gemas karena tingkah bocah ini.

Kulihat Gara segera sibuk dengan mainan robot-robotannya yang berada di samping anak itu.

Ternyata mobil Desi penuh dengan mainan berbau khas bocah laki-laki.

"ehm.. Kak.. Makasih udah anterin sampai sini" ucap Desi yang berdiri di sampingku.

Akupun menegakkan badan dan berbalik untuk menghadap kearah Desi.

Aku menatap Desi dalam yang membuatnya mengeluarkan rona merah dipipinya yang penuh dengan make up itu.

Aku menyentuh dan menarik lembut ujung rambut panjangannya menuju indera penciumanku.

"wanginya masih sama.." bisik ku yang hanya dapat di dengar olehnya yang menegang karena perbuatanku.

"Gara.. Dia.. Anakku kan?" tembakku yang membuat wajahnya pias.

Desi lalu menarik gugup rambutnya yang masih berada di genggamanku.

"ha..ha..ha..bercandanya.. Gak lucu Kak.. Gara itu anakku.. Bukan anak kakak. Sudah ya kak, Desi harus pulang. Permisi"

Aku melihatnya terburu-buru masuk kedalam mobil.

Aku mengikutinya dari belakang, setelah dia berhasil duduk dan hendak menutup pintu mobil, aku menahannya dan aku membungkuk untuk berbisik di telinganya.

"Gara.. Dia anak kita kan? Kalau kamu tidak mau mengatakannya, aku akan membuktikannya sendiri, Sayang."

Kulihat Desi menegang dan menatapku tajam.

Aku memakaikannya sabuk pengaman karena sepertinya dia lupa memakainya karena buru-buru menghindari ku. Aku yakin itu.

Aku tersenyum manis kearahnya dan sengaja menyentuhkan bibirku kesudut bibirnya seringan bulu lalu aku menegakkan badanku kembali.

"Hati-hati di jalan. Jangan ngebut okay?"

Ucapku sambil mengusap lembut rambut panjangnya lalu menutup pintu untuk Desi yang masih terkejut karena perbuatanku.

Persetan dengan rasa malu!

Salah sendiri, penampilannya membuat tubuhku meresponnya berlebihan.

Dan jangan salahkan aku kalau aku mencuri ciuman di sudut bibirnya walaupun hanya sekejap.

Shit!!!

Aku mengusap wajahku kasar untuk menghalau wangi bunga Lily yang tak sengaja masuk kedalam penciumanku ketika Desi tadi berada di sampingku.

Kulihat Desi mulai menjalankan mobilnya.

Namun sebelum mobil itu benar-benar pergi, kaca jendela tempat Gara duduk terbuka dan menampilkan wajah ceria bocah itu.

"dadah om danteng yang dantengnya tayak atu..tapan-tapan tetemu ladi ya.. "

"Gara tutup jendelanya nak.."

Dapat kudengar suara lembut Desi.

Dan perlahan, wajah ceria Gara menghilang seiring jendela mobil yang tertutup perlahan.

"kita pasti ketemu lagi, Boy.." lirihku sambil memasukkan kedua tanganku ke dalam saku celana menatap mobil Desi yang perlahan menghilang dari pandangan.

*************

#############

Catatan Penulis 👇 :

Bagaimana di part pertama ini????

Ayo donk absen yang mulai mengikuti ceritaku..

Please😊😊..

#################


Chapitre 2: Desi Side 1 ( 21 ++ ) BELUM CUKUP USIA MENJAUH!!

Yang kemarin absen di comment terima kasih ya😊🙏..

Happy Reading😘

####################

Gila!!! Gila!!! Gila!!!

Ini benar-benar gila!

Bagaimana bisa pria itu muncul kembali?

Ya Allah, apa yang harus aku lakukan?

Ini sudah tiga hari semenjak kemunculannya kembali dan memporak-poranda kan hatiku seperti angin puting beliung.

Memang sih sampai saat ini dia belum muncul lagi di hadapanku.

Tapi aku tidak bisa bayangkan jika nanti tiba-tiba dia datang lagi dan memberikan bukti jika anakku adalah anaknya.

Anakku adalah anaknya?

Ya ampun, kenapa ucapanku ini malah seperti sebuah judul film sih!!

Gama oh Gama!!

Kepalaku pusing seketika melihat wajahnya lagi.

Wajah yang sudah menghilang dari pandangan lima tahun yang lalu.

Wajah yang selalu tersimpan rapat di sudut hatiku terdalam.

Kini wajah itu kembali lagi, dengan lebih menawan dari pada dulu.

Wajah yang sama persis dengan wajah anakku..

Ya

Anakku..

Anggara Gamalio..

Astaga, dengan melihat wajahnya saja pasti semua orang tahu kalau Gara adalah anak Gama Arya Handoko.

Kakak kelas Most Wanted di SMA ku dulu.

Cinta pertamaku yang membuat aku gila dan bertindak bodoh tanpa memikirkan norma agama.

Ya..

Aku menyerahkan kesucianku padanya.

Hanya padanya dan sampai saat ini tidak ada seorang pria pun yang menyentuhku lagi setelah dirinya.

Malam itu..

Malam dimana hari terakhirku menjadi seorang perawan.

Gadis kutu buku bodoh menyerahkan hati dan keperawanannya pada ketua OSIS tampan.

*FLASHBACK LIMA TAHUN LALU *

"kamu yakin mau ngelakuin sama aku?" tanya seorang pemuda meyakinkan seorang remaja wanita yang memakai kacamata dengan rambut panjang dikepang itu.

"ya-ya-yakin lah kak.. Lagian ini bukan pertama kali aku lakuin ini.." bohong gadis polos itu.

"kamu beneran bukan perawan kan?? Kamu tau, aku gak bisa dan gak mau ngelakuin hal ini sama perawan. Itu merepotkan. Dan aku adalah pria yang bebas tanpa ikatan yah.. Kecuali dengan pacarku. KINANTI.. kamu tau kan? "

Ucap pemuda itu serius sambil menekankan satu nama yang langsung di angguki oleh gadis polos di depannya itu.

" aku tahu kak.. Kalau kakak cuma cinta sama pacar kak Gama. Aku.. Aku cuma mau rasain gimana servis yang kak Gama berikan sama cewek-cewek yang biasa cerita gimana hebatnya kak Gama di ranjang" ucap Gadis itu dengan rona merah menahan malu atas ucapannya sendiri.

'aku cuma mau jadiin kakak jadi yang pertama jamah aku. Aku cinta kamu kak Gama.. Sangat..' ucap gadis itu dalam hati.

Gama tersenyum miring mendengar ucapan gadis yang terlihat polos namun ternyata sama seperti jalang-jalang yang ditidurinya.

Servis??

Memang Gama sehebat itu sih!

Ini semua gara-gara ajaran kakak kelas Gama, kekasih pertama yang membuat Gama melepaskan keperjakaannya dan kecanduan dengan hal yang berbau sex.

"ok kalau gitu! Kita masuk sekarang, Hon.. Dan aku akan tunjukkan servis yang gak bakal bisa kamu dapati dari cowok-cowok lain" ucap Gama percaya diri sambil menggenggam tangan gadis itu menuju hotel murah yang tidak harus menggunakan KTP untuk masuk kesana.

Gama merasakan tangan dingin dalam genggamannya dan mengernyitkan alis curiga.

"tangan kamu dingin, beneran kan ini bukan yang pertama buat kamu?" tanya Gama meyakinkan sebelum mereka check in.

"aku.. Aku.. Cuma gugup kak. Soalnya.. Ng.. Ng.. Biasanya yang tidur sama aku gak ada yang seganteng kakak jadi..jadi aku gugup.. " ucap gadis itu sambil tersenyum manis yang membuat Gama terpaku sesaat melihat senyum manis yang baru di perlihatkan adik kelasnya yang terkenal polos dan cupu ini.

" oh.. Ok kalau gitu. " Gama berusaha melegakan tenggorokannya karena sempat terpaku oleh senyum manis yang diperlihatkan adik kelasnya itu " Kita akan melewati malam yang gak akan bisa kamu lupakan, Hon.. "bisik Gama mesra sambil menggigit kecil cuping telinga Desi yang membuat darah Desi berdesir hebat.

Setelah beberapa saat mereka telah sampai di salah satu kamar hotel standar itu.

Desi mengedarkan pandangan ke kamar ini, kamar yang dengan pencahayaan seadanya walaupun ranjang yang tersedia lumayan besar.

" kita cuma bisa nginap disini, soalnya kalau di hotel bintang lima yang ada kita kena grebek dan aku gak suka harus repot walaupun orang tuaku bisa bantu kita. Tapi aku beneran gak mau hidupku keganggu sama hal-hal kayak gitu."

"eng.. Gak papa kok kak"ucap Desi gugup.

'ya ampun.. Apa aku siap?? Apa ini yang dinamakan cinta buta? Sampai aku segila ini mau ngelakuin hal itu sama orang yang aku cintai?' Desi bertanya-tanya dalam hati.

" Des??"

" ha?? Eh.. Iya kak. Ada apa? "

" aku tanya sama kamu, kapan pertama kamu lakuin ini? Kamu kan baru kelas 1 SMA, apa kamu udah lakuin" itu" pas SMP? "

Pertanyaan tiba-tiba Gama dengan tangan membentuk tanda kutip yang membuat wajah Desi pias.

' ini yg pertama kak..' lirih Desi dalam hati.

Gama memperhatikan wajah Desi lalu berdecak cuek.

" yaudah gak usah kamu jawab. Gak penting juga pertanyaannya. Sekarang.. Hanya ada kita berdua di ruangan ini, Sayang.." ucap Gama mesra setelah menyentak pinggang Desi menuju kearahnya.

Desi menegang ketika Gama merapatkan tubuh mereka.

Gama membuka kacamata yang selalu dikenakan Desi dan meletakkannya di meja samping ranjang.

Setelah itu memeluk Desi untuk membuka kepangan rambut gadis polos itu.

Setelah selesai membebaskan kepangan rambut Desi, Gama melonggarkan pelukannya dan melihat wajah Desi.

Gama menegang melihat wajah Desi yang sebenarnya.

Wajah cantik tanpa riasan dan tanpa kacamata sialan yang menyamarkan wajah cantik itu.

Apalagi mata wanita itu yang seakan menyihirnya.

'sial!!! Ternyata ni cewek berlian di tumpukan kotoran!! Kayaknya gw harus berterima kasih sama keberuntungan yang  selalu gw punya. Gw bisa nikmatin tubuh cewek cantik ini' ucap Gama dalam hati sambil menatap mata Desi dalam.

Sementara Desi menelan ludahnya gugup tanpa mampu menatap Gama.

Jantungnya berdetak kencang.

Sangat kencang seolah-olah akan keluar dari tubuhnya.

Desi menggigit bibir bawahnya gugup dan tersentak ketika Gama mencium bibirnya dengan lahap.

"jangan digigit sayang.. Biar bibir ini jadi milikku untuk malam ini"

Setelah mengucapkan itu, Gama kembali mencium rakus bibir Desi yang hanya bisa terpaku.

"balas.. Ciuman..ku..Honey.. "bisik Gama terengah lalu kembali mencium bibir Desi.

Desi memejamkan matanya dan membalas ciuman Gama.

Desi membalas ciuman Gama dengan kaku yang sempat membuat Gama curiga, namun langsung ditepis Gama.

Mungkin saja Desi sudah lama tidak berciuman sehingga menjadi kaku.

Namun entah mengapa pergerakan bibir Desi yang kaku malah membuat Gama semakin bersemangat dan tanpa henti melumat bibir penuh wanita ayu ini.

Gama perlahan membaringkan Desi di ranjang murahan ini tanpa menghentikan serangan bibirnya.

Desi mendesah di sela ciuman mereka karena tangan Gama sudah bergerilya menuju gundukan payudaranya.

Ini pertama kalinya Desi merasakan sensasi yang membuatnya bergetar hebat karena sentuhan pria pertama yang menyentuhnya.

Desahan yang keluar dari bibir Desi semakin membuat Gama tidak bisa mengendalikan nafsunya.

Gama melepas kancing kemeja sekolah Desi dengan terburu-buru sambil menghisap leher Desi rakus yang mana membuat Desi meringis sakit sekaligus nikmat.

"wangi kamu.. Benar-benar menggoda, Des..Lily eh?" tanya Gama yang sudah berhasil melepas kemeja sekolah Desi yang teronggok di lantai.

Suasana kamar yang remang membuat Desi berhasil menyembunyikan semburat merah karena ucapan Gama.

Desi yang hanya menggunakan tank top berwarna putih mengalihkan pandangan ketika Gama menatapnya lapar sambil membuka kemejanya sendiri.

"hey.. Look at me..and touch me.. "

Gama menarik tangan Desi dan meletakkannya di perut berotot Gama yang sudah tidak terhalang apapun lagi.

Desi tersentak namun tanpa sadar mengelus perut Gama lembut yang mana membuat Gama memejamkan matanya merasakan sentuhan lembut nan menggoda jemari Desi.

"yes.. Touch me as much as you want.." bisik Gama parau.

Desi tanpa sadar meraba bagian bawah Gama yang sudah menegang yang hanya tertutup boxer.

Gama terkejut dan menahan pergelangan tangan Desi.

"dasar penggoda.. Kamu udah buat aku gak sabar, Hon.."

Setelah mengatakan itu, Gama kembali menyerang Desi.

Membelai, mencumbu, menghisap dan perlahan membuka seluruh pakaian yang tersisa di tubuh Desi dan tubuhnya sendiri.

Desi terhanyut dalam permainan Gama sampai tanpa sadar Gama sudah memposisikan 'miliknya' menuju 'milik' Desi.

"ready, Hon?" tanya Gama mesra, namun Desi tidak mendengarkan karena masih terhanyut permainan tangan Gama di salah satu payudaranya.

Gama mengartikan diamnya Desi sebagai kesiapan wanita itu.

Lalu setelahnya Gama menyentak kasar 'miliknya' untuk masuk ke dalam 'milik' Desi.

Desi berteriak frustasi karena rasa sakit luar biasa di bagian intinya yang membuat Gama menegang seketika.

"kamu??" tanya Gama terkejut.

"shit!!! Kamu bohong!!! Kamu masih??? Sialan kamu Desi!!" ucap Gama frustasi karena merasakan 'miliknya' semakin menegang karena mencoba menembus penghalang yang sepertinya sudah hampir sobek.

Gama hendak beranjak pergi dari atas tubuh Desi, namun langsung ditahan oleh gadis ayu itu.

" tolong.. Lanjutkan kak.. Ini sakit sekali.. " ucap Desi menitikkan air matanya.

"tapi kamu masih perawan?!!!!! Apa kamu sudah gila!??" Gama berteriak frustasi di depan wajah Desi.

"sekarang udah nggak kak.. Tolong.. Dilanjutkan.. Sudah terlambat.. Untuk mundur" bisik Desi parau dengan air mata yang masih mengalir deras.

"brengsek!! Kamu mau jerat aku ya?!" tuduh Gama marah.

Desi menggeleng panik.

"enggak-enggak!!! Desi gak ada niat jerat kak Gama!! Desi janji setelah ini gak akan ngejar kak Gama lagi. Desi Janji!!!" ucap Desi bersungguh-sungguh.

Gama menjatuhkan kepalanya frustasi di samping bahu telanjang Desi.

Ini pertama kalinya bagi Gama meniduri gadis perawan dan itu membuat Gama terpukul setengah mati.

Seharusnya janjinya pada diri sendiri bisa terpenuhi, untuk tidak merusak wanita baik-baik.

Tapi malam ini sepertinya janji yang dijaganya selama ini harus hancur berantakan karena wanita yang'sialan cantik' di bawahnya ini!

Tapi benar kata Desi, dia tidak bisa mundur lagi, karena setengah 'miliknya' sudah masuk ke dalam 'milik' Desi.

Berhenti atau tidak hasilnya akan sama saja.

Desi..

Sudah..

Tidak..

Perawan lagi..

Akhirnya dengan sekali hentakan, 'milik' Gama benar-benar masuk kedalam 'milik' Desi.

Gama berteriak nikmat karena miliknya terhisap kencang di dalam 'milik' Desi yang memang masih sangat sempit.

Sementara Desi merasakan sakit yang luar biasa sampai seolah-olah tulangnya akan remuk karena merasakan sensasi ini untuk pertama kalinya.

Desi menggigit bibirnya kencang untuk meredam teriakannya karena tidak ingin Gama merasa bersalah.

Air mata tak bisa dibendung Desi.

Gama yang melihat wajah tersiksa Desi, langsung membungkam bibir Desi dengan bibirnya agar rasa sakit yang Desi rasakan bisa teralihkan.

"ini.. Cuma sakit sebentar.. Hon.. Setelah itu kita akan menuju ke surga.." bisik Gama parau lalu mencium bibir Desi kembali.

Gama memaju mundurkan 'miliknya' ke dalam 'milik' Desi perlahan agar Desi terbiasa.

Setelah beberapa lama, Desi baru merasakan kenikmatan yang dijanjikan Gama.

Mereka melakukan itu secara alami.

Saling menghentak, saling memuaskan.

"your.. So.. Delicious.. Hon.. Sempit.. Hangat dan.. Menggairahkan.." ucap Gama sambil melesakkan 'miliknya' maju mundur yang membuat Desi semakin terbuai dalam pusara kenikmatan yang berbalur dengan dosa.

Mereka melakukannya berkali-kali sampai akhirnya Desi tumbang dan tak sanggup lagi membuka matanya karena lelah.

Napas Desi teratur dengan posisi bibir setengah terbuka yang membuat Gama kembali merasakan miliknya menegang.

"perawan sialan!!! Buat gw ON berkali-kali, arrgghhh!!"desis Gama frustasi dan setelahnya beranjak menuju kamar mandi untuk meredakan nafsunya yang kembali bangkit.

Setelah satu jam mendinginkan otaknya, Gama bergabung dengan Desi untuk meng istirahatkan badannya yang terasa segar dan letih secara bersamaan.

Gama memeluk Desi erat, setelah memakaikan selimut ke tubuh perawan pertamanya itu agar tak tergiur kembali dengan tubuh Desi yang menggoda.

"good night my first and only virgin.. Aku rasa setelah ini aku tidak akan lagi bermain dengan perawan, walaupun itu sangat menggiurkan. Kamu.. Perawan satu-satunya yang aku tiduri.. Hon... " bisik Gama mesra lalu setelahnya mencium bahu telanjang Desi.

"sialan kamu Des!! Lagi-lagi buat 'milikku' bangun hanya dengan mencium bahumu. Please go to sleep.. Daddy gak mau mandi lagi!" ucap Gama pada 'miliknya' lalu memaksakan diri menutup mata menyusul Desi yang sudah lebih dulu ke alam mimpi.

Paginya Desi bangun terlebih dahulu dan merasakan napas teratur di tengkuknya.

Desi melihat perutnya di peluk erat oleh pemuda itu.

Gama Arya Handoko..

Si pemuda pertama yang 'memasukinya'..

Si pemuda yang sudah menjadi cinta pertamanya dari SMP karena Desi ternyata adalah adik kelas Gama di SMP yang sama.

Desi bersekolah di sekolah SMA Gama karena mengikuti pria itu.

Katakan Desi gila.

Dan

Buta!

Buta karena dengan beraninya memberikan 'mahkota' berharganya.

Tapi entah mengapa Desi tidak merasa menyesal karena ini adalah hari terakhirnya melihat Gama.

Desi berani mengambil resiko ini karena Ayahnya dipindah tugaskan ke luar kota dalam waktu lama yang membuat Desi terpukul karena tidak akan melihat wajah Gama kembali.

Makanya Desi nekat menorehkan kenangan yang tidak akan dapat dilupakannya tanpa tahu yang terjadi setelahnya.

Desi perlahan menyingkirkan lengan Gama yang memeluk pinggangnya erat untuk bangun tanpa berniat membangunkan Gama.

Ternyata Gama adalah orang yang sulit terbangun jika sudah tidur dengan lelap.

Pelan-pelan Desi memunguti pakaiannya dengan berjalan tertatih karena merasakan perih di pangkal pahanya dan masuk kedalam kamar mandi untuk membersihkan diri.

Setelah beberapa lama di dalam kamar mandi dan sudah berpakaian rapi , Desi keluar dari kamar mandi dan melihat jam dinding yang menunjukkan pukul lima pagi.

Desi beranjak menuju Gama yang sedang tertidur pulas lalu mengusap sayang rambut tebal pria itu.

"selamat tinggal kak.. Aku senang kakak jadi yang pertama menyentuhku. Aku berharap kebahagiaan buat kakak. Apapun itu.." ucap Desi parau sambil menitikkan air mata pedih.

Setelah mengucapkan salam perpisahan, Desi berbalik untuk pergi tanpa sanggup menatap kearah Gama lagi.

Desi pergi, membawa benih yang tanpa sengaja berkembang di rahimnya.

Anggara Gamalio..

*FLASHBACK OFF *

"mama!!"

"eh.. Apa sayang?" tanyaku pada Gara yang ternyata sudah berada di depanku ini.

"mama dipandil oma. dali tadi Gala pandil-pandil mama, tapi mamanya nggak dengel"

Aku melihat Gara memanyunkan bibirnya lucu yang membuatku gemas berkali-kali.

Anggara Gamalio..

Adalah kesalahanku dimasa remaja .

Namun anehnya aku tidak menyesal sama sekali atas kehadirannya, malah aku sangat menyayangi dan mencintainya.

Mungkin yang aku sesalkan sekarang, karena caranya hadir di dunia ini karena aku tidak berfikir panjang semasa remaja.

Gara..

Anakku sempat ditolak Ayahku dan menganggap kalau dirinya adalah aib.

Namun karena perjuangan Ibuku untuk meyakinkan Ayah, akhirnya ayah menerima cucunya.

Bahkan Ayah sangat menyayangi Gara, begitupun kakak dan adikku.

Gara adalah pelengkap keluarga kami, karena kebetulan ketiga anak ayah berjenis kelamin perempuan.

Ayah benar-benar memanjakan Gara dan aku sangat bersyukur karena Ayah akhirnya menerima Gara walaupun masih terlihat dimata ayah kalau ayah kecewa padaku.

Anaknya yang dia bilang paling penurut malah membuat aib dalam keluarga.

Namun, karena kasih sayang Ibu padaku Ayah bisa luluh dan menerimaku kembali ke dalam keluarga ini.

Ayah sudah tidak mendesakku lagi untuk mengatakan siapa ayah dari anakku.

"Bu, ibu manggil Desi?"

"itu ada kurir yang mau ambil barang katanya"

"oh.. Iya sebentar bu, Desi ambil di kamar"

Aku melangkahkan kaki menuju kamarku untuk mengambil beberapa paket yang sudah aku packing dan sudah aku masukkan kedalam plastik besar.

Alhamdulillah usahaku berjualan online yang sudah berjalan selama dua tahun ini semakin pesat.

Sehingga aku tidak lagi merepotkan kedua orangtua ku untuk biaya kuliah dan biaya Anggara.

Walaupun kini aku masih tinggal dengan orangtuaku.

Sebenarnya aku bisa menyewa rumah, namun dengan keras Ayah menolak karena tidak ingin kecolongan lagi.

Ayah takut aku akan kembali melakukan kesalahan yang sama.

Dan akupun pasrah dan memakluminya karena aku pernah mengecewakannya sekali.

Dan aku tidak ingin membantah yang akan semakin membuat Ayah kecewa.

"ini bang, coba dihitung. Kalau gak salah ada 15 paket" ucapku sambil menyerahkan dua plastik besar yang berisi pesanan para customer ku itu.

Sementara kurir ekspedisi langgananku ini terbengong melihat bagian dadaku yang setengah terekspos.

Lelaki sama saja dan aku sudah biasa dengan tatapan seperti ini.

Aku sengaja memakai baju seksi kurang bahan.

Aku memakainya bukan untuk menarik perhatian para pria, tapi aku memakainya agar tidak ada lelaki yang mendekatiku karena pasti mereka menganggap aku wanita murahan.

Apalagi sebagian besar masyarakat kita masih sering menilai orang dari penampilan mereka.

Dan.. Ya.. Aku memanfaatkan itu.

Aku memakainya untuk tameng agar mereka semua mengira kalau aku adalah simpanan pengusaha tua bau tanah.

Sehingga setiap kali mereka ingin mengajakku jalan, aku bisa menolak dengan mudah karena mereka mengira aku sudah ada janji dengan om-om dan semacamnya.

Aku menikmati itu, walaupun Ibu ku kurang setuju dengan apa yang dilakukan anaknya.

Tapi aku bersikeras dan akhirnya Ibu hanya geleng-geleng kepala tanpa tahu harus bagaimana lagi memberitahu ku.

Sedangkan Ayah? Ayahku sepertinya tidak peduli, yang penting aku tidak melakukan kesalahan yang sama dan pulang selalu tepat waktu.

"bang.. Udah puas liatinnya? Sekarang hitung paket saya.Awas ya jangan sampai telat!" ucapku jutek menyadarkan si kurir mesum itu.

"e.. Eh.. Maaf Mbak Des.. Ini saya mau hitung" ku lihat kurir itu menggaruk tengkuknya gugup dan setelahnya melaksanakan tugasnya.

Setelah semua selesai aku kembali masuk rumah sambil menggerutu.

"dasar mata keranjang. Mata jelalatan kemana-mana, seenaknya mandang-mandang tubuh gw! "

"itu kan salah kamu yang pakai baju anak TK. Jangan salahkan mata lelaki yang melihat, tapi salahkan cara berpakaian mu yang mengundang" ceramah ibuku menimpali gerutuanku yang hanya aku anggap angin lalu.

"Gara!!" panggilku pada anak laki-laki tampanku yang sedang asyik bermain robot-robotannya.

"apa mama??" balas Gara menengadahkan wajahnya lucu.

Selalu seperti ini, Aku tak perlu harus memanggil Gara berkali-kali dia akan langsung menjawab panggilanku.

How sweet my boy..

"kita nonton spongebob yuk.."

"ayo!!!ayo!!!"ucap Gara yang langsung berlari kearahku yang hanya menggunakan tank top tali spaghetti serta celana pendek jauh diatas lutut.

Aku menggandeng tangan Gara yang semangat menuju kamar kami.

Sementara dari sudut mata kulihat Ibu menghela napas pasrah karena aku kembali mengabaikan nasehatnya.

Maafkan anakmu ini Ibu..

Ini hanya bentuk pertahanan diriku dari pria-pria hidung belang itu walaupun menurut Ibu caranya salah..

*********

############

Catatan Penulis 👇 :

Kisah Gama Desi akan banyak Flashback ya babe..

Semoga masih suka sampai di part 2 ini dan terus mengikuti kisah mereka😘..

Salam sayang selalu 🤗🤗

############


Load failed, please RETRY

État de l’alimentation hebdomadaire

>15 000 mots\nnécessaires pour le\nclassement.

Chapitres de déverrouillage par lots

Table des matières

Options d'affichage

Arrière-plan

Police

Taille

Commentaires sur les chapitres

Écrire un avis État de lecture: C1
Échec de la publication. Veuillez réessayer
  • Qualité de l’écriture
  • Stabilité des mises à jour
  • Développement de l’histoire
  • Conception des personnages
  • Contexte du monde

Le score total 0.0

Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
Votez avec Power Stone
Rank N/A Classement de puissance
Stone 0 Pierre de Pouvoir
signaler du contenu inapproprié
Astuce d’erreur

Signaler un abus

Commentaires de paragraphe

Connectez-vous

tip Commentaire de paragraphe

La fonction de commentaire de paragraphe est maintenant disponible sur le Web ! Déplacez la souris sur n’importe quel paragraphe et cliquez sur l’icône pour ajouter votre commentaire.

De plus, vous pouvez toujours l’activer/désactiver dans les paramètres.

OK