Setelah berkoordinasi baik dengan Zarina, Wenda akhirnya memilih untuk pergi ke Denzel Company sementara Axton akan ditangani oleh Zarina yang siap dengan akting dan jebakan lainnya.
Di perusahaan tersebut Wenda telah ditunggu Leo. "Ada apa kau ingin menemuiku? Kau diganggu lagi?" Wenda menggelengkan kepalanya cepat.
"Tadi malam aku sudah berbicara dengan Axton, ternyata dia mempermainkanku. Zarina itu bukan pacarnya, dia adik sepupunya. Dia bekerja sama dengan Zarina untuk membuatku cemburu!" luah Wenda kesal menceritakan apa yang terjadi.
"Jadi ..."
"Aku ingin menuntutnya, dia harus merasakan bagaimananya dipermainkan!" Wenda lalu menoleh pada Leo.
"Apa kau mau membantuku?" Leo tersenyum simpul.
"Tentu saja aku akan membantumu, lagi pula dia memang pantas untuk kita berikan pelajaran." jawab Leo. Leo akan menikmati semua balas dendam manis ini karena Axton harus membayar kesalahannya pada Leo yaitu telah menghajar Leo.
Mata Leo kemudian terarah pada surat yang dipegangnya. "Surat pengunduran diri? Untuk apa?" Wenda menoleh sekilas pada surat yang dipegangnya kemudian memandang Leo.
"Salah satu jebakan." jawab Wenda mantap.
💘💘💘💘
Axton terbangun dari tidurnya, dia bangun dan membersihkan diri. Satu yang hal yang dia pikirkan, Wenda. Dia ingin bertemu dengan istrinya, tadi malam Axton sangat panik karena tiba-tiba saja Wenda pingsan.
Axton terus memikirkan Wenda sampai harus bolak-balik dari kamarnya ke kamar Wenda. Ini sudah pagi, semoga saja Wenda sudah sadar dari pingsannya. Setelah dia mengenakan jasnya, pria itu keluar dari kamar.
Belum melangkah menuju kamar Wenda, suara Zarina yang memanggilnya terdengar pilu. Dia memandang Zarina yang menghampirinya dengan wajah sedih. "Ada apa?"
"Kak Wenda ... kak Wenda pergi membawa koper!" Axton terkejut tanpa membuang waktu dia segera menuju kamar Wenda meninggalkan Zarina yang segera merubah tampangnya datar.
Sudah diduga oleh Zarina, Axton akan panik setengah mati. Ahh ... mudahnya menipu pasangan ini. Sementara itu Axton membuka kamar Wenda yang kini berantakan.
Berantakan karena beberapa pelayan mengobrak-abriknya. Semua pakaian Wenda menghilang ketika Axton membuka lemarinya karena para pelayan mengambil semua baju Wenda, di simpan oleh mereka.
Axton bergerak cepat menuju kantornya berharap bahwa Wenda ada di sana. Axton tak bisa menyembunyikan raut wajah paniknya, beberapa karyawan yang berpapasan dengannya tak dihiraukan sama sekali sehingga beberapa karyawan itu mengkerutkan dahi bingung. Apa yang terjadi pada pimpinan mereka?
Begitu dia sampai di ruanga kerjanya, dia berjalan mendekati meja kerjanya dan menemukan surat pengunduran diri dari Wenda. Makin geramlah Axton dan meremas surat tersebut, dia lalu menelpon Cody.
"Halo Cody, cepat temukan Wenda. Aku ingin bicara dengannya!" perintah Axton gelisah.
"Tuan, Nyonya sudah pergi bersama Leo."
"Apa?! Kenapa kau tak mencegahnya?! Mereka ingin kemana?!"
"Ke rumah Tuan Leo, Tuan." jawab Cody.
"Cari alamat rumah Leo DeMonte, cepat!"
"Ba-baik Tuan." Cody mematikan ponselnya. Perasaan takut menjalar begitu saja saat mendengar suara perintah Axton. Baru kali ini Cody dibentak oleh Axton yang notabenenya pendiam dan tenang dalam melakukan sesuatu.
Hanya butuh beberapa menit, Cody berhasil mendapatkan alamat Leo. Diberikannya pada Axton yang segera mengendarai mobilnya secara pribadi untuk menjemput istrinya itu.
Sesampainya di sana, tanpa permisi Axton masuk dan menemukan Wenda sedang makan bersama Adam dan Leo. "Tuan Axton, kau ..." Adam dan Leo terkejut melihat kehadiran Axton tiba-tiba.
"Maaf mengganggu kalian, tapi aku ingin menjemput Wenda pulang."
"Pulang?"
"Ya, pulang."
"Atas dasar apa kau ingin membawanya pulang?" tanya Leo menyelidik.
"Karena dia istriku!" jawab Axton lugas.