Télécharger l’application
17.43% Memory Of Love / Chapter 19: The Real

Chapitre 19: The Real

Edwin tersenyum karna Bila bersedia menerima paper back tersebut walau dengan adegan drama yang panjang, akan tetapai saat ia hendak mengatakan terimakasih pada Bila, ia melihat Bila sama sekali belum menyentuh benda itu sama sekali " sial " ia bergumam dalam hati ternyata kejadian membahagian yang baru ia alami hanya sebuah ilusi.

Edwin bernapas panjang lalu dengan lembut berkata " Bila....kamu tega banget ya, belum cukup kamu menyiksaku dalam penantian panjang ini, harus berapakah lama lagi terpaksa aku menanti " ia tampak mulai tak sabar dengan kelakuan Bila.

Bila merasa gurat kekesalan diwajah tampan Edwin, rasa takut kehilangan kasih sayang Edwin terbersit dalam hatinya. ia segera mengumpulkan kekuatan dan segera akan mengambil apa yang Edwin pegang, namun tiba-tiba pintu dibuka dan sesrorang mencul dari balik pintu dengan penampilan rapi bak artis korea ia memakai kemeja dan cela jeans lois hitam dengan sepatu sportnya wajahnya tak kalah tampan dari Edwin yah....dia adalah Khafiz yang terang-terangan menyatakan bahwa ia adalah saingan Edwin.

Khafis membawa kado yang yang terbungkus rapi, dengan mata berbinar ia menatap Bila, akan tetapi saat ia tahu bahwa Edwin telah lebih dulu ada disana, bahkan saat itu ia sedang duduk seolah mereka berdua sedang dalam moment romantis.

Edwin dan Bila terkejut dengan kedatangan Khafiz ia segera mengurungkan niatnya untuk mengambil paper back dari tangan Edwin, dengan gugup mempersilahkan Khafiz masuk dan duduk.

" Eh Khafiz, masuk" Bila mempersilahkan, namun sejujurnya Bila kurang suka dengan kefatangan Khafiz disaat yang tidak tepat.

Begitu juga Edwin, mukanya benar-benar menunjukan kekesalan yang luar biasa.

Khafiz dan Edwin duduk bersebelahan, tidak ada kata terucap dari dua orang itu, hanya pandangan penuh kebencian yang mereka tunjukan satu sama lain.

Bila masuk ke dalam untuk membuatkan minum.

Khafiz melihat kue ulang tahun masih tergeletak dimeja, menambah perasaan kesal dalam dirinya.

" Lo udah lama kak?" ia bertanya pada Edwin.

" Banget, harusnya lo masuknya sebentar lagi, coba aja lo ga datang pasti Bila sudah jadi pacar gua, sialan lho" Edwin memprovokasi Khafiz.

Mendengar ucapan Edwin telinga Khafiz memanas, namun beberapa detik kemudian senyumnya menyeringai seolah mengejek Edwin sambil berkata " itu berarti Tuhan tidak mengizinkannya, audah kak terima aja, untung gua datang diwaktu yang tepat jadi gua tahu kalau Bila masih milik umum"

Bila keluar dari dapur membawa nampan berisi dua cangkir teh panas, melewati ayah dan Zahra yang sedang menonton TV.

Ibu terliahat berjalan menuju ruang tamu untuk menyapa Khafiz, setelah ibu menyapa dan mempersilahkan Khafis beliau masuk ke dalam lagi.

Bila meletakkan cangkir itu untuk Khafiz ia juga mengganti cangkir Edwin dengan cangkir baru kemufian duduk kembali didepan dua laki-laki itu.

" Fiz silahkan diminum" Ia mempersilakan ia menatap Edwin dan memejamkan matanya sebagai ungkapan permintaan maaf " kak katanya tadi kakak lapar, kakak mau makan?" dengan lembut Bila bertanya juga untuk mengurangi kekesalan Edwin.

Mata Edwin seketika berbinar, lalu dengan manja ia menjawab " iya....laper banget, ambilin ya....tolong"

" his...." Bila menaikan sebelah bibir atasnya tanda kesal, namun ia tidak menolak " aku ambilin tapi harus habis ya" Bila menjawab dengan tegas.

" Ok...tapi jangan banyak-banyak" jawabnya sambil tersenyum.

" Fiz kamu mau makan juga?" Bila menawarkan

" Ga, makasih " muka Khafiz terlihat kesal melihat tingkah Edwin.

Bila kembali masuk ke dalam mengambil makanan untu Edwin, muncul pikiran jahil Bila ia mengambil tiga srndok nasi besar dua paha ayam, tiga potong tempe dan beberapa sendok sambel, ia juga membawa satu mangkuk sayur.

Dengan senyum jahil Bila membawa makanan itu dan menyerahkan pada Edwin, Edwin kaget melihat porsi makanan yang Bila bawa ia tahu kalau saat itu Bila sedang mengerjainya.

" Silahkan nikmati makan malamny, harus habis lho tadi udah janji" Bila berkata sambil menahan tawa.

" Tapi ga sebanyak ini juga kali Bila..."

Khafis tersenyum sinis sambil berbisik lirih ditelinga Edwin " rasain lo kak".

Edwin mulai makan dengan patuh, mukanya memerah saat mencampur sambal dalam suapannya karena kepedasan, ia berhenti untuk minum lalu melanjutkan makannya, setelah menghabiskan separuh makanannya ia mulai tidak nyaman " Bila....bantuin" Edwin memohon.

Khafiz menatap sinis, sudut bibir kirinya naik keatas tanda mengejek. Ia berfikir tidak mungkin Bila mau makan sepiring ber dua.

Benar saja bila menolaknya terang-terangan " Enak aja, yakin ga habis itu masakan aku lho, ga sayang belum tentu lho setahun lagi kakak makan masakan Bila"

" Serius ?" Edwin bertanya dengan semangat.

" Serius....kalau ga percaya tanya ibu"

Mendengar jawaban Bila Edwin melirik Khafiz dan tersenyum penuh kemenangan, dengan susah payah ia menghabiskan makanan porsi algojo itu, sampai Bila mengambil beberapa suap melihat Edwin mulai kekenyangan.

" Sini aku bantu habisin" Bila merebut srndok makan.dari tangan Edwin lalu mulai makan makanan yang sama dari piring Edwin, sambil sesekali menyuapinya.

Bagi sebagian orang pemandangan itu pasti terlihat so....sweet tapi bagi cowok yang duduk di sebelah Edwin susana itu benar-benar membakar hatinya, tak tahan melihat kemesraan diantara Bila dan Edwin ia memilih untuk berpamitan.

" Bil akunpamit dulu ya" ia memotong momen indah yang sedang mereka lalui.

" Lho kok buri-buru?" tanya Bila.

" Daripada aku cuma jadi nyamuk"

" Sadar juga lo, ngapa ga dari tadi" gerutu Edwin

Sementara itu pipi Bila memerah mendengar Khafiz berterus terang " maaf ga sengaja"

Sebelum pulang ia berpamitan pada orang tua Bila, lalu menyerahkan kado yang ia bawa " Bil selamat ulang tahun ya, ini aku bawa kado buat kamu"

Bila menerima kado itu dengan canggung " makasih ya Fiz, sudah merrpotkan".

" Ga kok, aku pamit dulu selamat malam"

" malam"

" Eh Fiz hati-hati ya dijalan" ledek Edwin

Salsabila menaruh kado fari Khafiz lalu mengantarnya keluar, saat Khafiz sudah pergi ia masuk kembali.

Edwin sudah bersiap untuk pulang saat Bila masuk, bahkan orang tua Bila juga sudah berdiri di ruang tamu, Bila agak kecewa melihat Edwin akan segera pulang.

" Kak Edwin sudah mau pulang?"

" Hooh Bil dah malem" Edwin menyalami orang tua Bila lalu bergegas keluar.

Bila mengantar Edwin dan menunggu samapai Edwin hilang dari pandanagnnya, mereka berjalan pelan menuju dimana Edwin memarkirkan motornya.

" kak maaf ya, tadi kakak pasti kesel sama.aku?"

" Iya lah....kamu sih jawab ya apa tidak aja lama banget,"

" Maaf..."

Edwin berhenti dan menatap Salsabila " sebagai gantinya, besok kamu harus mau jalan sama aku, dan apa yang kamu pakai besok ku anggap sebagai jawaban dari penantianku"

"Maksut kakak?"

" Bungkusan tadi isinya baju buat kamu, kalau besok kamu pakai baju itu berarti kamu say yes, tapi kalau ga ya udah"

" Ok" Bila menyetujui.

" Ga ada alasan lagi besok kamu menghindariku, awas aja kalau ngeles lagi" Edwin mengancam.

Setelah Edwin pergi Bila masuk ke dalam rumah, ia membereskan ruang tamu dan duduk membersamai orang tuannya.


L’AVIS DES CRÉATEURS
Bubu_Zaza11 Bubu_Zaza11

Ga nyangka pasti kalau ternyata Edwin cuma berkhayal.

Ditunggu saran kritiknya ya.

Jangan lupa klik.Bintangnya juga.

Happy reading guys.

Load failed, please RETRY

État de l’alimentation hebdomadaire

Rank -- Classement Power Stone
Stone -- Power stone

Chapitres de déverrouillage par lots

Table des matières

Options d'affichage

Arrière-plan

Police

Taille

Commentaires sur les chapitres

Écrire un avis État de lecture: C19
Échec de la publication. Veuillez réessayer
  • Qualité de l’écriture
  • Stabilité des mises à jour
  • Développement de l’histoire
  • Conception des personnages
  • Contexte du monde

Le score total 0.0

Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
Votez avec Power Stone
Rank NO.-- Classement de puissance
Stone -- Pierre de Pouvoir
signaler du contenu inapproprié
Astuce d’erreur

Signaler un abus

Commentaires de paragraphe

Connectez-vous