Mata Elisya terbelalak mendengar perkataan Kevan kepadanya, ia tidak pernah menyangka kalau Kevan akan mengatakan itu setelah sepuluh tahun lebih dari pernikahan mereka.
"Seenaknya kamu bicara, kamu tidak akan mengerti bagaimana kecemasan seorang Ibu. Karena kamu tidak pernah mengurusnya secara langsung." Kata Elisya dengan nada tinggi. Dandanannya yang menor mulia luntur oleh air matanya, ia tidak lagi bernafsu untuk datang ke pesta.
"Makanya buat aku mengerti! Apa susahnya kamu bicara jujur lalu kita akan baik-baik saja!" Lanjut Kevan dengan tatapan tajam. Elisya terdiam, dia malah membuka pintu mobil dan keluar tanpa memberi jawaban pada Kevan.
"Elisya mau kemana kamu?" Tanya Kevan dengan panik. Elisya menutup pintu mobil dengan kasar, lalu berjalan meninggalkan mobil Kevan sambil menyeka air matanya. Kevan pun segera keluar karena ia tidak ingin Elisya melakukan hal nekat.
"Elisya berhenti!" Teriak Kevan.