Keesokan Paginya Ana dipanggil ke ruang Rektor, disana sudah ada buk Fatmawangi selaku perwakilan Yayasan dan di sebelahnya seorang lelaki usia 50 han hendak pergi meninggalkan ruangan.
"Buk Fatma, saya rasa sudah memberitahukan semuanya kepada anda, jadi saya akan tunggu hasilnya di kantor saya, kalau begitu saya pamit!". ucap lelaki paruh baya itu.
Sambil berjalan lelaki itu melirik Ana yang baru masuk dengan sinis, tapi Ana mengabaikannya dan duduk di sofa seberang buk Fatma. Buk Fatma menatap ke arah Ana patah hati seraya berkata, "Ms. Ana, kami sudah melakukan rapat para pemegang saham dan orang-orang yayasan, dengan berat hati kami memecat Ms. dari kampus ini".
Ana hanya terdiam putus asa, dia sudah menduga ini sebelumnya, dia tahu Cantika tidak hanya mengancam dia pasti menggunakan kekuatan Ayahnya, tanpa bertanya apapun Ana berkata, "Saya mengerti. Kalau begitu saya pamit".
Sebelum Bu Fatma menjawab Ana, tiba-tiba suara telepon berbunyi, dan Bu Fatma langsung mengangkatnya. Beberapa detik kemudian, dia menutup telepon dan memanggil Ana yang hendak keluar.
"Ms. Ana tunggu sebentar!".
Ana menoleh ke arah Bu Fatma. "Kenapa buk?".
Bu Fatma langsung mengambil surat yang di pegang Ana, dan memintanya kembali duduk. "Begini ...". Bu fatma nampak bingung dan menarik nafas.
"Sebenarnya saya mau minta maaf karena sudah terburu-buru, jadi silahkan Ms Ana kembali mengajar!". Lanjut Bu Fatma.
Mendengar itu Ana terkejut dan bingung.
"Apa itu artinya saya tidak dipecat?".
Bu Fatma mengangguk dan tersenyum ke arah Ana dan itu membuat Ana semakin bingung, bukan nya baru saja dia dipecat tapi secepat itu dia ditarik lagi.
"Kenapa tiba-tiba Bu Fatma berubah hanya dalam hitungan detik, ada apa?". Setelah bergumam dalam hati, Ana keluar dari ruang Rektor dengan ekspresi bingung.
Tidak lama setelah itu Ana berjalan di koridor dan setelah belok kanan dia disambut oleh Cantika in the geng.
"Bagaimana Ms. Ana?, bukankah saya sudah memperingatkan, tapi Ms. terlalu sombong". kata Cantika dengan nada mengejek.
Ana hanya menarik nafas dan menatap Cantika dengan senyum. "Ms. sudah kayak begini, tapi masih bisa tersenyum, anda memang bermuka tebal Ms. Harus nya aku dari dulu menyingkirkanmu, kamu itu mengganggu lingkungan kampus, tapi jika Ms. mau minta maaf sama saya , maka saya akan mempertimbangkan Ms. untuk tetap mengajar di kampus ini". Ejek Cantika.
"Kamu sudah selesai?". tanya Ana sambil menyilangkan tangannya.
"Kamu.... ". Cantika kesal namun sebelum dia menyelesaikan perkataannya Ana langsung pergi melewatinya.
»Di ruang Dosen«
Violin tampak cerah dan bahagia, dia mentraktir semua orang di kantor dengan minuman.
"Wahh ... Ada apa nih Ms. Violin? tiba-tiba mentraktir kita?".
"Iya nih, padahal kan hari ini adalah hari di mana kita akan kehilangan salah satu rekan kita, kenapa anda nampak senang?". tanya Naya dengan memicingkan mata nya.
Violin tersenyum manis sambil berkata. "Oh, bukan apa-apa saya hanya ingin berbagi kegembiraan kalau saya akan segera bertunangan, heee". Setelah mengatakan itu, Violin memasang wajah kasihan. "Saya juga ikut sedih buat teman dekat saya, Ms. Ana dan kita harus menghiburnya". ucap Violin dengan ekspresi licik.
Beberapa orang menyeringai ke arah Violin, mereka berfikir Violin adalah orang yang tega karena telah terang-terangan mengekspos hubungannya dengan mantan calon suami teman baiknya. Tepat saat itu, Ana masuk ke ruangan Dosen dan disambut dengan tatapan sendu semua rekan-rekannya.
"Ada apa?". tanya Ana heran sembari duduk di kursi nya.
Violin mendekat ke arah Ana dan langsung memeluknya sambil berkata, "Ms. Ana sahabatku, aku turut sedih atas pemecatanmu, kami di sini akan selalu mendo'akan yang terbaik buatmu".
Ana merasa jijik dengan gadis yang memeluknya, dia pun langsung melepas pelukan itu dengan pelan. Setelah Violin, semua rekan-rekan nya pun ikut mengelilingi dan menjabat tangan nya satu persatu.
"Ana masa jayamu sudah berakhir, dulu kau begitu sombong karena kecerdasanmu dan merebut lelaki yang aku suka, sekarang semuanya berbalik, dan kamu akhirnya akan merasakan kekalahan yang pernah kurasakan". Batin Violin seraya tertawa penuh kemenangan di hati nya.
Tiba-tiba Ana tersenyum ke arah semua orang dan berkata dengan nada yang lembut. "Terimakasih atas simpatinya, karena kalian enggan dan sedih berpisah dariku maka aku tidak akan pernah pergi dari kampus ini".
"Itu artinya Ms. gak jadi di pecat kan?". tanya Naya mencoba memperjelas apa yang Ana katakan. Ana langsung mengangguk dan tersenyum manis sambil berkata, "Iya he ".
"Yee ... Alhamdulillah Naya senang kalau Ms. Ana tetap jadi Dosen di sini, aku fans mu Ms. hehe..". Naya sangat senang mendengar Ana tidak jadi dipecat. Naya kegirangan sambil bertepuk tangan. Diikuti oleh suara tepuk tangan rekan nya yang lain.
Sedang di sudut tertentu ada hati yang sedang terbakar emosi .
"Sial, kenapa dia bisa lolos? bukankah Cantika terlalu kuat untuk jadi lawannya, apa ada seseorang yang kuat di balik Ana, tapi siapa?". Batin Violin sambil menggertakan giginya.
Karena marah Violin pun duduk dengan kesal di mejanya, dia berfikir kalau dia sudah menang, dengan berhasil merebut Aldi dengan tidak membiarkan Ana menikah dengannya, tapi dia tidak terima jika Aldi masih mencintai Ana, sehingga dia dengan kejam menyuruh orang untuk melukai Ana, namun yang bikin dia penasaran siapa yang menolong Ana dan kenapa Ana tiba-tiba menghilang tanpa jejak selama dua hari. Sedangkan Ana dan yang lain nya kembali fokus ke aktivitas mengajar mereka, tanpa memperdulikan Violin.