maaf up nya lama,tadi sore niat mau next eh gak taunya jaringan tiba tiba ngilang.maaf yah gaiss:'
oke cekidot
" udah sini sayang... tidur sama aku yu? kita buat dede bayi " masih dengan cengirannya Chen menepuknepuk sisinya yang kosong.
Sana mendengus sebal, kenapa suaminya ini samasekali tak peka sih?
" gak mau!"
" kok gitu,, nanti nggak ada Chen junior dong yangg"
" ya bikin aja sama bian " Sana melipat tangannya di dada, Menatap tajam suaminya.
" apasih yangg dia tuh yang deketin aku. diamah gatau aja istri aku tuh singa "
" apa?!! "
" hehe engga. udah sini bobo.. besok aku kerja"
Sana mengalah, dia beranjak ke atas kasur dan mensusun guling di tengahtengah mereka.
" lohh ini buat apa yang?" Chen menatap bantal dan guling yang di susun Sana. Sana hanya mendengus tanpa menanggapi ocehan Chen.
" ini buat apa?" Tanya Chen lagi.
" ini bates. kalo kamu langgar bates ini, liat aja besok " jawab Sana ketus dan beranjak tidur. menarik selimut besar untuk menutupi tubuh mungilnya.
Chen hanya menghela nafas, malam pertama di jakarta gagal total. padahal tadi dokter Wiliam mengatakan bahwa perut Sana sudah membaik seperti semula.
" sial. "
~~~
sinar mentari pagi menelusuk masuk ke jendela besar kamar Chen dan Sana. menembus gorden besar yang berwarna hijau tosca itu.
Chen semakin mempererat pelukan pada istrinya. Sana merasakan itu, dia membuka mata dan melihat wajah suaminya yang terlelap, tampan.
wajah Sana mendongak, dia sengaja mengecup bibir Chen sekilas dan tersenyum. jangan tanya kemana batas guling itu pergi, ketika Sana sudah bermimpi indah, Chen membuang bantal serta guling ke sembarang tempat. hingga posisi tidur mereka seperti ini. Chen memeluk Sana
" jangan dilepas yangg " ucap Chen ketika Sana melepaskan pelukannya.
" aku mau mandi , ini udah siang " ketus Sana, mengingat dia memang sedang marah pada Chen.
"mandi bareng yuk?!" ucap Chen dengan senyum mesumnya.
" ogah" Sana berlalu pergi dengan Chen yang merajuk.
" yangg.. yangg... mandi bareng yuk sayaaaanggg " teriak Chen dan sesekali menggedor pintu kamar mandi. Sana terkikik geli didalam kamar mandi,
" gue punya suami kek punya anak aja yaallah manja banget yak " gumam Sana, sebelum ia melakukan ritual paginya.
~~
" aku gak masak. kamu makan aja dikantin " jawab Sana ketika Chen bertanya padanya. Chen hanya menghela nafas melihat istrinya yang sedang memoles makeup.
" kenapa sih?padahal aku maunya makan masakan kamu sayang " ucap Chen, Chen menghempaskan dirinya dikasur.
" manja amat. udah makan aja di kantin kantor. bukannya seneng yah?" ketus Sana, Sana hendak keluar tetapi tangannya di tahan Chen.
Chen menarik Sana yang memegang kenop pintu, memutar tubuh mungil Sana dan menyandarkannya di pintu.
" apa?!" hardik Sana, Sana menatap Chen kesal.
"kamu marah ya?" tanya Chen, terlihat sekali raut kekhawatiran di wajahnya.
jujur Sana ingin sekali tertawa melihat mimik wajah suaminya yang menggemaskan itu. tapi dia juga sedang 'ngambek' pada Chen.
" kata siapa?" tanya Sana datar " aku ga ngam-"
Chen membekap mulut Sana dengan mulutnya. melumat kecil bibir Sana yang mungil. Chen menggigit bibir bawah Sana hingga mulut Sana terbuka. Chen menelusuri rongga mulut Sana dengan lidahnya, mencari satu objek disana untuk di mainkannya.
Ciuman ini menuntut, dengan tangannya yang bebas Chen melonggarkan dasi dan membopong tubuh mungil Sana tanpa melepaskan ciuman mereka.
Sana melingkarkan tangannya di leher suaminya, sumpah demi apapun Sana tidak bisa marah lamalama jika berhadapan dengan Chen.
" udah gak marah kan?" Chen tersenyum jahil pada Sana yang kini berada di bawahnya. Sana tersenyum dan mengangguk,
Chen tertawa, kemudian ia menciumi wajah Sana. Kening, Mata, Pipi dan terakhir bibir yang melanjutkan kembali pagutan mereka yang mesra.
Chen mencium dan menggigit leher putih Sana, membuat beberapa kiss mark disana, tangan Chen tak tinggal diam. Chen mulai membuka resleting dress Sana yang berada dibelakang, Chen mengangkat tubuh Sana supaya memudahkan ia membuka resleting itu.
Perlahan tapi pasti lengan dress Sana melorot, ya tentu saja Chen yang jahil menurunkannya hingga pundak Sana terekspos. Chen menaiki tubuh Sana dan menopang tubuhnya dengan tangannya sendiri.
" ekheeeemmmm "
Ciuman mereka berhenti tetapi tak dilepas ketika mendengar suara itu. Chen dan Sana saling berpandangan, siapa kali ini yang menganggu mereka.
" Junee!!" pekik Chen kesal ketika ia tau sahabat kampretnya ini datang. Sana segera merapikan dress nya yang terbuka.
" lo ganggu aja sih " protes Chen, Chen menghampiri June yang terkekeh geli.
" lagian lo lupa sekarang tuh ada meeting penting. dan lo malah enak enakan sama bini lo "
" astagaaaa.. gue lupa " Chen menoleh pada Sana yang menatap malu pada June.
" yaudah yo pergi. nanti aja bikin ponakan buat guemah, sekalian aja tuh bini lo a.k.a sekretaris lo "
~~
Sana menatap Chen kesal, apa gunanya ia duduk di ruang meeting ini? dia hanya sekretaris. dan meeting kali ini hanya melibatkan CEOnya saja.
" kurang kerjaan tu anak " oceh Sana. Chen dari tadi samasekali tak menanggapi tatapan mematikan istrinya.
Dia ingat, sore kemarin dokter Wiliam mengunjunginya di rumah. Mengecek bagaimana kondisi perutnya saat ini, dan yaaa setelah berkonsultasi kondisi perut Sana sudah membaik. meskipun dokter Wiliam bilang Sana tidak diperbolehkan mempunyai baby dalam waktu dekat. meskipun dalam berhubungan intim, dokter Wiliam membolehkan itu.
" mikirin apa yang?" Suara bariton itu membuyarkan lamuman Sana. Sana mendongak, melihat siapa yang berdiri di depannya.
" kantin yuu. laper nih, tadi istri aku gak masak. pas mau makan 'dia' tu si June kutukupret dateng. jadi ga kenyang deh " rajuk Chen. Sana hanya terkekeh.
" iya ayok " Chen melingkarkan tangannya di pinggang Sana. Sana mendelik menatap Chen kesal.
" apa sih yang?? salah ya? aku gini tuh supaya gak ada yang godain aku lagi. nanti istri aku marah terus gak ngasih jatah deh "
" kamu mikirnya jatah mulu. emang otak mesum yahh "
" enak aja. kata siapa? "
" aku lah. Sana MinaTozaki "
" Sana MinaTozaki Jong bukan yang??"
Sana mengangguk malas, sedangkan Chen tersenyum.
" engga lah... enak aja, kan kita mau bikin baby, jadi mulai sekarang tiap malem kasih aku jatah yaaa "
" astaga. tiap malem?" tanya Sana kaget.
Chen mengangguk dan tertawa geli. tak peduli pada tatapan para karyawannya sepanjang koridor. Chen semakin mempererat pelukannya dipinggang istrinya ini.
" matiin aku aja bangg matiin "
cupp
" Cheenn!" pekik Sana kesal ketika Chen mengecup bibirnya. bukan apaapa saat ini mereka berjalan di koridor kantor
" ini kantor " ucap Sana lagi dengan nada yang masib kesal.
" yaterus?"
" malu tau. "
" kok malu sihh, kamu kan istri aku. " senyum Chen merekah ketika dia memanggil Chen dengan istrinya
" iya tapi kalo dikantor aku ini sekretaris kamu"
cupp
cupp
cupp
cupp
tanpa memperdulikan ocehan Sana, Chen terus mengecup bibir istrinya sepanjang koridor. tak peduli pada tatapan karyawannya yang sepertinya menahan nafas.
" Cheenn ihhh "
" apa sih yang??"
Sana menghela nafas ketika seorang wanita menghampiri mereka dan menatap Sana jengkel.
" boss?"
Chen berbalik menatap orang yang memanggilnya. orang itu malah menatap Sana dengan tatapan yang seperti mengatakan 'jauhin Chen. dasar jalang!'
" apa?!" jawab Chen kesal. bukan apapa, bukan Chen tak ramah pada karyawan. karena orang ini adalah orang yang membuat Sana marah padanya. .
" bisa ikut aku sebentar? " Bian memegang tangan Chen tetapi Sana menepisnya.
" jangan pegang pegang dia. gasopan amat sih sama bos " kesal Sana, bian hanya menatapnya.
" bisa boss? ini ada urusan pekerjaan " ucap bian. Chen memandang Sana sekilas. Sekedar info bian adalah salah satu staf yang menjadi regu untuk mengurus proyek penting ini.
Chen mengangguk, dan menatap Sana
" tunggu aku. 5menit aku balik lagi kesini "
to be continued
Hmm penasaran gak apa yang dilakuin bian ke Chen?hayooooo pada penasaran nihh:v
next?