Télécharger l’application
25.64% WEDDING (ENDING) / Chapter 10: PART 10

Chapitre 10: PART 10

Sana terkekeh, Chen itu emang gila.

" kenapa? " tanya seulgi, seulgi menyodorkan Rujak, mie ayam, dan baso pada Sana.

Sana langsung melahap mie ayam terlebih dahulu. dan dia tidak menjawab pertanyaan seulgi.

" kapan lo nikah sama Chen? "

" Uhukkk " Sana tersedak, perkataan seulgi yang tenang itu mampu menusuknya " apa maksud lo? " tanya Sana kesal.

Seulgi hanya terkekeh " nanya aja si yaelah... tapi lo beneran mau nikah kan sama dia? "

Sana mendelik sebal, selera makannya hilang.

" enggak ! gue gak mau nikah sama dia. " Sana menolak mentahmentah apa yang ditanyakan oleh seulgi.

Seulgi memberi kode pada Sana untuk menoleh kebelakang, karna tepat dibelakang Sana, Chen dengan setelan jas berdiri. dia terlihat tampan. pandangan mahasiswi yang berada di kantin terpusat padanya.

" gue gak akan nikah sama dia dan gak mau nikah sama dia. lagian siapa juga dia? cuma CEO jelek di Jakarta iyakan? disini juga banyak kali yang ganteng lebih kaya dia mah. di itu jutek, kejam, sadis, beg- "

Chen memutar kursi kantin yang diduduki Sana. dengan satu kali putaran, Chen berhasil membuat Sana menghadap kearahnya. Chen menutup mulut Sana dengan bibirnya, sontak semua mahasiswi disana menahan nafas.

Sana terlonjak kaget, matanya seakan mau keluar ketika ia merasakan benda hangat itu menempel dibibirnya. hanya menempel. Seulgi menutup mulutnya menggunakan tangan.

Chen membungkuk untuk mensejajarkan tubuhnya dengan Sana yang duduk dikursi. dia masih tetap mencium bibir Sana, hingga perempuan itu mendorongnya kasar.

" bodoh " umpat Sana setelah lepas dari ciuman Chen. Sana pun pergi meninggalkan kantin.

Chen tersenyum kecut, ketika seulgi hendak menyusul Sana. Chen melarangnya

" gapapa biar gue " ucapnya. dan kemudian berlari mengejar Sana.

~~~

Sana berdiri di kaca toilet kampusnya. dia merutuki dirinya sendiri.

" kenapa sih gue harus berurusan sama dia? "

" begooo... Chen begooo !!! "

" ihhhh inimah gue harus sikat gigi 10kali "

" iih Cheeeennnnn !! "

" apa sayang? " Chen tersenyum jahil pada Sana yang menatapnya kaget.. ia menyender pada tembok dan menatap Sana yang seperti orang gila.

" kkk... kko elo? " Sana heran, bagaimana bisa Chen masuk kedalam toilet perempuan?

" ihhh udah sana pergi " Sana mendorong tubuh Chen, tapi tubuh mungil Sana tak mampu mendorong Chen untuk keluar. sialnya, Chen menarik tubuh Sana kedalam pelukannya.

Tubuh Sana yang hanya sebatas dagu Chen, menepatkan Sana tepat di dada bidangnya.

" Minggu depan kita nikah, mau gamau lo harus mau. hehe "

Sana kaget, secepat ini? yatuhan

" gak mau gue " Sana meronta dari pelukan Chen. tapi apa yang ia usahakan siasia. Chen malah makin erat memeluk tubuh mungil Sana.

" kedua ortu lo ada dijakarta. mereka cuma punya waktu sampe minggu depan, jadi kita nikah minggu depan aja "

Sana mendongak, dia menatap Chen yang berbalik menatapnya

" mama? papa? " tanya Sana. Chen hanya mengangguk, dia tersenyum puas.

~~~

" paapaaaa. aku gamau nikah sama dia paa .. dia itu jahat ! " protes Sana ketika mereka berada di sebuah cafe, tante resti memeluk anaknya yang terusterusan protes pada Om farid

" Engga kamu harus nikah sama dia. papa kenal baik sama daddy Chen. lagian kamu di Jakarta cuma berdua sama Seulgi. papa khawatir. kalo ada Chen papa tenang " jelas Om Ferry tak memedulikan rengekan anaknya.

Chen hanya terkekeh melihat sifat Sana yang berubah jadi seperti anak kecil.

" kamu ini kenapa sih? kaya anak kecil banget deh " protes Tante Ree, dia melepas pelukannya pada Sana

" mamaaaa iiih kok gabela aku sih? " Sana merengek lagi, Chen merangkul tubuh mungil Sana. sedangkan Sana menatapnya tajam

" kasian ga dipeluk sama mama ya? sini deh biar Chen yang peluk yakk " goda Chen, tante ree dan Om ferry hanya terkekeh.

Sana mendelik dan memanyunkan bibirnya " gak usah. makasih ! " Sana menepis lengan Chen yang merangkul tubuhnya.

" papa pliss paaaa.. ini soal masa depan aku " Sana masih merengek kepada om ferry

" justru itu sayangg... papa khawatir sama kamu " bela tante ree.

Sana bangkit, dan kemudian meninggalkan mereka bertiga tanpa pamit atau apapun.

" Chen susul yah ma "

Chen segera berlari menyusul Sana yang ceritanya sedang ngambek.

~~~~

Line

June mengeluarkan ponselnya. dia membuka aplikasi Line. malam ini June sedang duduk di cafe tempat ia biasa nongkrong bersama Chen.

Park Ji Hyo : bisa kita ketemu?ada yang mau aku omongin.

June : apa?

Park Ji Hyo: kamu dimana? biar aku kesana

June : cafe.

June meneguk kopi yang menemani June saat itu, awalnya dia punya janji bertemu dengan seulgi. tapi seulgi bilang dia ada acara mendadak. jadi June memutuskan untuk menemui JiHyo, June tidak membenci JiHyo tetapi June benci sikapnya.

~~~

" jangan marah nanti cepet tua " goda Chen, mereka sedang berjalanjalan di taman kota jakarta malam itu.

" kenapa lo mau nikahin gue? " Sana merutuki dirinya. kenapa ia melontarkan pertanyaan konyol macam itu.

" karna mommy takut lo hamil " ujar Chen dengan dinginnya.

Sana menghentikan langkahnya. dia baru sadar bahwa Chen mencintainya bukan dasar rasa cinta. tetapi ia lebih takut pada mommy yang khawatir dengan Sana.

Chen menoleh kebelakang, melihat Sana yang menatap tanah. Chen pun menghampiri Sana.

" kenapa? " tanya Chen, dipegangnya bahu Sana. tetapi ditepis Sana

" jadi lo nikahin gue karna takut gue hamil? " tanya Sana dingin, ia mengelus perutnya.

Chen meletakan tangannya di dagu Sana kemudian mengarahkan Sana untuk menatap kearahnya

" iya. gue juga tau lo ga suka sama gue. dan lo juga tau gue gak suka sama lo. tapi itu belum. mungkin gue akan suka sama lo seiring waktu, dan jika iya lo hamil. anak itu jadi pengikat diantara kita "

Sana menatap Chen, dia berusaha mencari rasa tulus disana. tapi nihil.

" kalo gue gak hamil? "

Chen menahan nafas dan memalingkan pandangannya.

" kita jalanin aja " jawab Chen kemudian.

" tapi gue ga ma- "

lagi, Chen mengecup bibir Sana sekilas. " gue gak mau denger itu, udah ayok pulang gue kedinginan " Chen menarik tangan Sana, dan membawanya pulang.

~~~

" apa lagi? " tanya June ketus, bagi dia tadi siang sudah cukup untuk mendengar keluhan JiHyo. bukan untuk saat ini.

" ggg... ggue salah " suara JiHyo gemetar, diiringi tangisannya. JiHyo bangkit kemudian dia memeluk June.

June terkejut, JiHyo terus saja menangis dipelukan June. Dan June membalas pelukan JiHyo. dia merasa kasihan pada JiHyo, meskipun JiHyo pernah melukainya.

June tak sadar. ada sepasang mata yang mengawasinya. seulgi.

Sesuatu yang seulgi pegang, ia buang dengan kasar. dari kaca jendela cafe itu dia bisa melihat dengan jelas apa yang June perbuat.

Seulgi menghapus air matanya dengan kasar dan kemudian pergi meninggalkan June dengan ' masa lalunya '

to be continued

Happy reading

next?


Load failed, please RETRY

État de l’alimentation hebdomadaire

Rank -- Classement Power Stone
Stone -- Power stone

Chapitres de déverrouillage par lots

Table des matières

Options d'affichage

Arrière-plan

Police

Taille

Commentaires sur les chapitres

Écrire un avis État de lecture: C10
Échec de la publication. Veuillez réessayer
  • Qualité de l’écriture
  • Stabilité des mises à jour
  • Développement de l’histoire
  • Conception des personnages
  • Contexte du monde

Le score total 0.0

Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
Votez avec Power Stone
Rank NO.-- Classement de puissance
Stone -- Pierre de Pouvoir
signaler du contenu inapproprié
Astuce d’erreur

Signaler un abus

Commentaires de paragraphe

Connectez-vous