Mobil Dhany merapat di sisi pagar depan kost Bulan. Dengan sengaja tidak langsung membuka pintunya. Bulan merasa tidak enak. Seharusnya kencan ini indah dan romantis. Dhany telah melakukan yang terbaik malam ini untuknya. Namun di ujung cerita ternodai oleh pertemuan dengan orang-orang yang sangat besar andilnya dalam mempengaruhi pasang surut emosi Bulan. Kesalahan bukan dari Dhany. Tidak adil untuknya jika Bulan tetap mempertahankan moodnya dalam level ini.
"Dhany..terimakasih..sebenarnya aq menyukai apapun yang kau lakukan untuk q hari ini. Seharusnya kau tidak melihat kejadian tadi. Aq minta maaf." Bulan menatap Dhany dengan perasaan bersalah.
" Aq tau, kau sudah berusaha tidak menghiraukan nya..kau sudah melakukan yang terbaik. Tapii..siapa yang bisa sembuh dari luka hati secepat itu? Aq tidak menuntutmu untuk langsung dapat menerima q, Bulan.. Cukup buka pintu hati mu untuk q..dan aq akan mencari jalan sendiri." Dhany berusaha menenangkan hati gadis di hadapannya. Ia tau..perkara hati tidak bisa dipaksakan. Namun ia tau pasti bahwa dia tidak akan menyerah. Untuk merebut kunci hati gadis ini pun tidaklah mudah. Dia harus mencari celah dan perhatian Bulan melebihi para pesaingnya. Walau ia tau..kemungkinannya tidak sebesar yang lain..tetapi ia memiliki kemampuan alami untuk mencari kesempatan sekecil apapun dan menggunakannya tanpa cela. Dan ia pun berharap bakat alaminya berlaku pula untuk meraih hati gadis yang telah membuatnya bertekuk lutut hanya dalam waktu singkat. Yaa..ia telah membuat keputusan..akan menggunakan segenap kekuatan demi meraih Bulan..
" Bulan..kau tidak perlu khawatir..saat ini aq sangat memahami apa yang kau rasakan. Segeralah beristirahat. Jika kau tidak lelah, besok aq akan di sini menemanimu. Sebutkan saja..kau ingin apa..pergi ke mana..katakan saja. Aq ingin melihat senyuman yang berasal dari hati mu. Tidak perlu bersusah payah melukis senyum untuk q jika hati mu tengah gundah. Berbagilah dengan q..apapun itu. Aq ingin ikut merasakan sakit mu, pil pahit yang selama ini kau telan sendiri, bahagia mu..jangan kau simpan sendiri. Aq ingin segalanya tentang mu. Ingatlah, mulai sekarang ada aq untuk mu, Bulan. Mungkin kau pikir aq terlalu terburu-buru..aq tidak seceroboh itu..Saat aq menentukan pilihan maka itu sudah dipastikan dengan ketetapan dan berbagai pertimbangan q. Yang q lakukan saat ini adalah menunggu mu siap menerima q."
Hati Bulan seperti teriris mendengar kalimat-kalimat yang menjalin merdu antara pikiran dan perasaannya. Perasaan bersalah dan sendu menjadi satu. Namun pengakuan Dhany yang mempedulikan hati Bulan di atas egonya sendiri sangat membuatnya luluh.
Bulan terisak..tidak mampu menahan sakit yang kembali hadir malam itu. Walau pertemuan yang singkat, tetapi mampu membangkitkan memori muram yang pelan-pelan ia coba pendam. Dan basuhan untaian kalimat Dhany sangat menyejukkan. Memberinya kekuatan hati untuk bisa menyadarkannya agar tidak berlaku bodoh.
" Bulan..jika masih ada sisa rasa sakit itu..maka luapkanlah..ada aq di sini. Aq tau, selama ini kau hanya berpura-pura kuat. Itu bagus..tetapi saat ini ada aq..aq tidak mengizinkan mu untuk berpura-pura tangguh." Dhany meraih bahu Bulan..mendekap kepala Bulan di dadanya yang bidang. Berusaha menyerap semua kesedihan yang dirasakan Bulan..seandainya bisa.. Namun hatinya pun merasa gundah saat menyadari bahwa perjuangannya selama ini masih belum cukup. Belum cukup untuk menghapus jejak guratan luka di sana, yang sepertinya tampak baik-baik saja di permukaan. Namun ternyata masih mudah berdarah.
"Aq ada di sini untuk mu, sayang.." Dhany berbisik lirih..membelai lembut helai rambut Bulan dan menyentuh pipinya. "Siapapun yang menyia-nyiakan mu tidak menyadari bahwa ia mempertaruhkan harta berharganya demi sebuah batu kerikil di jalanan."