kinan, bayu dan ibu ranti telah tiba di rumah bandung. Mereka langsung membereskan semua barang bawaan bu ranti dari jakarta dan kinan langsung memasuki kamarnya.
Bayu langsung masuk ke kamar Genta dan berbaring di ranjangnya.
Genta yang sibuk dengan komputernya bertanya kepada bayu apa yang ibu lakukan di pesta ulang tahun besannya di jakarta.
Bayu hanya diam, dia tidak menjawab pertanyaan dari genta karena memang tidak ada yang enak untuk di ceritakan dari tragedi di pesta semalam.
"Kenapa kau diam saja??? apa kau langsung tidur?????".
Genta kesal karena bayu tetap diam saat dirinya bertanya.
Kemudian bayu bangun secara tiba-tiba dan duduk di ranjang genta.
"Kak, jika aku menikahi adikmu itu, apakah kamu akan merestui pernikahan kami????".
Pertanyaan bayu yang tiba-tiba itu membuat genta terkejut dan langsung menatap wajah bayu sambil menyentuh dahinya, genta khawatir bayu dalam keadaan tidak sehat.
"Apa kau mabuk perjalanan???? apa yang kau bicarakan sebenarnya".
Setelah memastikan suhu badan bayu normal genta kembali sibuk menghadap ke arah komputernya lagi sambil mempertanyakan apa yang coba bayu sampaikan padanya.
"Sudahlah kalau kamu tidak menyetujuinya, aku akan tidur dan tidak akan menjawab semua pertanyaanmu".
Kemudian bayu kembali terbaring di ranjang dan menutup wajahnya menggunakan bantal.
"Aku tinggal menanyakan pada ibu apa yang aku tadi tanyakan padamu, itu bukan hal yang sulit bagiku".
Genta menjawab ancaman bayu dengan santai dan terus melihat layar komputernya dan tidak menganggap apa yang bayu tanyakan sebelumnya saat bertanya soal dirinya yang ingin menikahi kinan.
Waktu berjalan cepat, sore hari menyambut dengan sendu,,,, grimis yang sedari siang membasahi kota bandung mulai reda dan menyisakan kelembaban yang menyejukkan.
"Kak, dimana bayu???? apa dia masih tidur????".
Kinan turun dari kamarnya setelah rapih dalam keadaan sudah mandi dan seperti siap akan bepergian.
Genta yang mendengar kinan bertanya padanya hanya menganggukan kepala karena dia terus sibuk dengan laptopnya di ruang tengah.
Genta keluar dari kamar dan melanjutkan pekerjaannya di ruang tengah karena takut mengganggu bayu yang sedang beristirahat di kamarnya.
Saat kinan masuk ke kamar genta dia melihat bayu sedang terbaring si kasur, dia segera mendekat berniat untuk membangunkannya.
Namun saat dia akhirnya lebih dekat dengan posisi bayu yang sedang berada si atas ranjang, kinan seperti melihat sosok lelaki berbeda yang tertidur di ranjang itu.
Bayu tidak mengenakan kacamatanya, dia melepas kemeja gombrongnya dan hanya mengenakan kaos oblong berwarna putih.
Rambut bayu berantakan, tidak kelimis seperti biasanya oleh minyak rambut. Mungkin karena dia sangat nyenyak tidur dan membuat rambut rapihnya sedikit berantakan.
Kinan tidak langsung membangunkan bayu namun dia menatap wajah bayu lebih dekat, dia seperti mengingat sesuatu, namun tidak merasa yakin akan itu.
Kinan mengingat wajah seseorang saat melihat bayu yang tertidur tanpa kacamata dan baju khasnya.
Namun karena dia sendiri tidak merasa yakin, akhirnya kinan membangunkan bayu dengan cepat yang membuat bayu terkejut dan langsung terbangun.
Sudah biasa kinan melihat bayu sedang tidur atau membuka kaca matanya, namun kali ini terasa berbeda karena dia berpikir pernah bertemu seseorang yang wajahnya sangat tampan namun mirip dengan bayu, sedangkan baui yang dia tahu adalah lelaki culun, cupu dan sama sekali tidak menarik secara visual.
"Apa kau harus membangunkanku dengan cara itu????".
Bayu bangun sambil merapihkan rambutnya dan meraih kaca matanya di meja komputer genta.
"Tunggu bay,,,,, kemarikan kaca mata mu, coba aku ingin melihat, bagaimana penampilanmu tanpa kaca mata ini. Aku pikir itu sangat terlihat berbeda".
Bayu terkejut mendengar kinan memintanya untuk tidak mengenakan kaca mata. Itu suatu hal yang bisa membuat kinan menyadari bahwa penampilan bayu selama ini adalah rekayasa.
"Jangan bercanda, kemarikan kaca mataku, aku bahkan tidak bisa melihat wajahmu".
Akhirnya kinan menyerah dan memberikan kaca mata bayu.
Mereka berdua keluar dari kamar dan bayu segera mengenakan kemejanya.
Tidak ada yang spesial setelah itu, ibu tidak menceritakan apapun tentang kejadian di jakarta, begitu juga dengan kinan. Genta tidak mendapatkan informasi yang dia harapkan dari siapapun.
Ibu berencana akan memberitahu keysa dan genta kalau pernikahan adik mereka di batalkan dan itupun selepas kinan berangkat ke jakarta lagi bersama bayu.
Selesai makan, kinan dan bayu pamit pulang pada ibu. Ibu yang tidak bisa menahan air matanya akhirnya pecah saat kinan pamit kembali ke jakarta.
Ibu tidak bisa menahan kinan yang bersikeras ingin kembali ke jakarta dan beraktifitas seperti tidak terjadi apa-apa. Ibu berpikir jika dia terus memaksa itu hanya akan membuat kinan terpuruk meratapi keadaannya yang sangat menyedihkan.
Putrinya itu mengalami pengkhianatan dari ayah dan lelaki yang ia cintai.
Baik ayahnya ataupun adam tidak melakukan hal yang sepantasnya pada kinan. Ibu tidak berharap adam datang dan menjelaskan semuanya. Ia hanya ingin adam menjauh dari kehidupan kinan dan ayahnya pergi kembali ke belanda dimana dia selama ini menjalani hidupnya tanpa anak-anaknya.
Keesokan harinya di Jakarta. Kinan seperti biasa bersiap berangkat kerja dan bayu sudah menunggu di depan rumah.
"Apa kau tidur nyenyak semalam???? matamu masih terlihat sembab".
Kinan tidak memperdulikan pertanyaan bayu dan langsung naik ke motor.
Selama perjalananpun kinan hanya diam dan membuat bayu cemas dengan keadaannya.
"Apa kamu baik-baik saja???? apa kita perlu ke dokter???? aku rasa kamu tidak perlu masuk kerja dulu. Kita istirahat saja dulu di rumah".
Kinan tetap diam, dia hanya menyandarkan kepalanya di punggung bayu saat di perjalanan, kinan seperti tidak memiliki tenaga untuk memulai hari itu.
Tiba di depan kantor, kinan turun dari motor dan saat akan berjalan masuk, kinan jatuh tepat di depan pintu saat antri untuk melewati pemeriksaan security gedung.