Mereka menyeretku di jalanan, dan gak lama kami sampai di gerbang istana. Aku masih mengenakan kaos dalam. Para knight menahanku dengan tombak mereka saat mereka menggiringku ke aula pertemuan.
Raja dan ajudannya ada disana, keduanya kelihatan sangat serius.
Dan kemudian....
"Myne!"
Ren, Motoyasu, Itsuki, dan party mereka juga ada disini. Saat aku memanggil dia, Myne berlari ke belakang Motoyasu dan menunjukkan mata yang tajam dari belakang Motoyasu.
"Apa-apaan ini, Myne?"
Semua orang menatapku seolah aku adalah seorang kriminal.
"Maksudmu kau benar-benar gak ingat?"
Motoyasu melangkah maju dan menginterogasi aku.
Apaan yang mereka bicarakan?
"Apa maksudmu? Ingat apaan... WOI!"
Motoyasu memakai chainmail punyaku.
"Jadi itu kau... dasar pencuri!"
"Siapa yang mencuri? Aku gak tau kalau kau adalah bajingan!"
"Seorang bajingan? Apa yang kau bicarakan?"
Seraya emosiku meluap, aku menyadari ruang pertemuan tersebut mulai terasa seperti sebuah ruang pengadilan.
"Sekarang kita akan mendengar tuduhan terhadap sang Pahlawan Perisai."
"Tuduhan? Tapi.... tapi aku!"
"Hiks... Hiks... Pahlawan Perisai mabuk berat, dan dia menerobos masuk kedalam kamarku. Lalu dia.... dia menekanku ke bawah, dan...."
"Apa?"
"Dia mendorongku dan berkata, 'Malam masih panjang, Sayang.' Lalu dia mulai merobek pakaianku..."
Myne menangis tersedu-sedu di belakang Motoyasu, dan dia mengarahkan jarinya yang gemetaran kearahku saat dia berkata. "Aku menjerit sekeras yang aku bisa dan lari keluar kamar. Lalu aku bertemu tuan Motoyasu, dan dia menyelamatkan aku."
"Huh?"
Apa yang dia bicarakan?
Tadi malam, tepat setelah aku dan Myne berpisah, aku langsung tidur. Itu sebabnya aku gak ingat apa-apa.
Aku merasa kasihan melihat dia menangis. Tapi aku juga bingung dengan apa yang sedang terjadi.
"Apa yang kau bicarakan? Aku langsung tidur setelah kita selesai makan!"
"Bohong! Kalau itu memang benar, kenapa Myne menangis kayak gini?"
"Kenapa kau yang bicara? Dan dimana kau mendapatkan chainmail baru yang berkilauan itu?"
Kami semua baru ketemu kemarin, kan?
"Tadi malam aku pergi ke bar untuk minum. Aku duduk disana, sendirian, lalu Myne datang. Kami minum bersama sebentar, dan dia memberiku chainmail ini. Dia mengatakan bahwa ini adalah hadiah."
"Apa?"
Aku bisa bilang bahwa itu adalah chainmail punyaku.
Mungkin, Myne bisa saja punya chainmail sendiri dan memberikannya pada Mototayu. Tapi itu tampak mencurigakan mengingat bahwa chainmail punyaku hilang disaat yang bersamaan.
Berbicara pada Motoyasu nggak akan ada gunanya. Aku memutuskan untuk berbicara pada raja secara langsung.
"Jadi begitu, Yang Mulia! Aku telah dirampok! Uangku, pakaianku, equipmentku- selain perisaiku, semuanya telah dicuri! Tolong adili orang yang melakukan hal ini!"
"Diam, bangsat!"
Raja mengabaikan permohonanku.
"Tindakan penyerangan seksual apapun yang dilakukan terhadap warga kerajaanku, entah itu orang barbar atau pahlawan, akan dihukum mati!"
"Tapi ini semua adalah sebuah kesalahan! Aku nggak melakukannya!"
"Aku sudah punya sebuah firasat saat pertama kali aku melihatmu. Tentu saja kau akan menodai dirimu sendiri, dasar bedebah!"
"Bedebah?! Apa yang kuperbuat?"
"Tentu saja semuanya sampai jadi kayak gini. Aku segera merasakannya, bahwa kau sedikit berbeda dari kami."
"Aku juga. Meski begitu aku gak pernah menyangka kalau kau ternyata serendah ini. Kau pasti berpikir bahwa kau berhak melakuan apapun yang kau mau!"
"Ini bukanlah tentangmu saja! Tunjukkan rasa hormat!"
Mereka semua sudah mengasumsikan bahwa akulah yang bersalah. Aku merasa darahku mendidih. Apa-apaan yang sedang terjadi? Apaan? Apa-apaan?
Aku bahkan nggak tau apa yang mereka katakan! Aku gak pernah melakukan hal-hal itu! Kenapa aku dihukum? Aku menatap Myne seraya merasa putus asa. Rupanya dia berpikir gak ada orang yang melihat dia, karena dia menjulurkan lidahnya dan mengejekku.
Lalu aku memahami apa yang terjadi.
Aku menatap Moyoyasu. Aku bisa merasakan kebencian yang mendalam bergelora didalam hatiku. Aku mengarahkan jariku pada dia, dan mendapati suaraku berkumandang di ruangan tersebut, suaraku lebih keras daripada yang kuduga.
"Kau! Kau telah mengincar uang dan equipmentku, sehingga kau melakukan semua ini untuk mendapatkan barang-barang punyaku!"
"Siapa yang akan mempercayai kata-kata dari seorang pemerkosa?"
Motoyasu melangkah maju, menyembunyikan Myne dari pandanganku, dan membusungkan dadanya. Dia memainkan peran dari seorang pahlawan pemberani, melindungi seorang wanita yang menjadi korban dan tak berdaya.
"Pembohong! Kau sejak awal memang sudah mengincar uang dan equipmentku! Kau serta temanmu itu telah merencanakannya, kan!"
Skenarionya begini: Motoyasu membisikkan semua itu pada Myne saat kami pertama kali bertemu di istana. Dia memberitahu Myne bahwa aku adalah sebuah kelas yang lemah, nggak ada haraoan menang. Myne meyakinkan aku untuk membelikan dia equipment yang bagus. Setelah dia mendapatkan apa yang dia mau, dia mencuri uang dan equipment sisanya, dan pergi ke istana sebagai seorang korban dalam sebuah cerita palsu. Mereka akan membunuhku, dan kemudian mereka akan aman.
....Itulah rencana mereka.
Selain itu, Myne selalu memanggilku "Pahlawan", tapi dia memanggil Motoyasu dengan namanya. Kalau itu gak cukup membuktikan, aku gak tau apa itu. Di dunia ini, kurasa satu pahlawan sudah cukup.
"Kau datang ke dunia lain dan memperlakukan rekanmu kayak gini? Dasar sampah."
"Aku setuju. Sangat sulit untuk bersimpati pada dia."
Jadi Ren dan Itsuki nggak punya keraguan dalam membela Motoyasu.
Tentu saja.... Mereka semua memang bersekongkol sejak awal. Pahlawan Perisai lemah, jadi mereka ingin menyingkirkan aku, dan meningkatkan kedudukan mereka sendiri.
Mereka menjijikkan.
Mungkinkah mereka lebih buruk lagi?
Kalau dipikir-pikir lagi, kayaknya nggak seorangpun, bahkan orang-orang dari dunia ini yang menunjukkan keinginan untuk mempercayaiku.
Tapi kenapa? Kenapa aku harus bertarung untuk membela tikus-tikus itu?
Aku berharap seluruh tempat terbakar sampai rata dengan tanah, seluruh dunia bangsat ini.
"....Baik. Aku gak peduli. Kirim saja aku kembali ke duniaku, dan panggil saja seorang Pahlawan Perisai baru kalian. Dengan begitu semuanya akan kelar, kan?"
Dunia lain? Ha! Lucu sekali. Kenapa juga aku harus menghabiskan waktuku di tempat menjijikkan kayak gini?
"Aku setuju. Kau gak punya rasa tanggung jawab dan keadilan. Kau mengabaikan tugas yang telah dipercayakan padamu, dan hanya menyerang seorang cewek lemah... Sungguh biadap...."
"Enyahlah dari sini! Pulanglah! Kami gak butuh orang kayak kau disini!"
Aku menatap Ren, Itsuki, dan Motoyasu seolah aku bisa membunuh mereka dengan mataku.
Ini harusnya menyenangkan. Tapi mereka menghancurkannya.
"Baik kalau gitu! Kirim aku pulang!"
Sang raja cuma menyilangkan tangannya dan mengernyit.
"Aku sangat ingin memulangkanmu, tapi gelombang kehancuran tidak akan mengijinkan hal itu. Para Pahlawan baru hanya bisa dipanggil setelah keempat pahlawan yang aslinya tewas. Inilah yang dikatakan para peneliti."
"Ap... Apa?"
"Tapi...."
"Itu... Kau bercanda, kan?"
Akhirnya mereka bertiga tampak dikejutkan oleh sesuatu.
Nggak ada cara untuk memulangkan kami?
"Maksudmu kami gak bisa pulang?"
Yang benar saja.
"Dan kau kapan berencana memberitahu kami tentang hal itu?!"
Aku melepaskan diri dari para knight dan tombak mereka.
"Mau kabur, eh?!"
"Aku gak kabur."
Salah satu knight memukulku.
Pukulannya memang menghasilkan suara. Tapi gak sakit. Pukulan itu bahkan gak membuatku geli. Namun si knight tampaknya telah menyakiti tangannya sendiri. Dia memegang tangannya seraya menjauh dariku.
"Terus, gimana ini kelanjutan, Yang Mulia? Apa hukumanku?"
Aku menggerakkan tanganku biar peredaran darahku lancar lagi.
"Pada saat ini, kau adalah satu-satunya pertahanan kami terhadap gelombang yang akan datang, dan oleh karena itu kau nggak akan di hukum. Akan tetapi, kejahatanmu sudah diketahui orang-orang. Itulah hukumanmu. Aku sangat ragu bahwa kau akan mendapatkan pekerjaan ataupun membantu negara kami."
"Ah, makasih banyak!"
Jadi aku harus naik level dan melawan gelombang kehancuran.
"Kami akan memanggilmu bulan depan, saat gelombang tersebut mendekat. Kau mungkin seorang kriminal, tapi kau tetaplah sang Pahlawan Perisai. Jangan mengabaikan tanggung jawabmu."
"Oke! Aku lemah, kan? Lebih baik cepat-cepat!"
Clink...
Ah ya, aku ingat kantong yang kusembunyikan di balik perisaiku.
"Makan nih! Inikan yang kau mau?"
Aku mengambilnya dari perisaiku. Itu adalah 30 keping silver terakhir yang kumiliki. Aku melemparnya dengan kasar pada Motoyasu.
"Apa? Apa-apaan yang kau lakukan?!"
Aku gak mengharap dia mencemooh aku karena mengisi kantongnya lebih jauh lagi.
Aku meninggalkan istana melalui gerbang, dan menuju ke jalanan, kerumunan di sisi jalan menunjukku seraya mereka berbisik-bisik.
Gosip menyebar dengan cepat disini. Lebih baik hati-hati tentang apa yang kukatakan, dan pada siapa aku berbicara.
Seluruh dunia tampak menjijikkan bagiku. Mengerikan.
Dan dengan demikian aku kehilangan rasa hormat, kepercayaan, dan uangku. Tepat saat pertualanganku dimulai, aku kehilangan semuanya.
***
Seminggu berlalu. Aku tinggal cukup dekat dengan istana.
"Kau yang disana, Bocah Perisai."
"Huh?!"
Itu adalah si pemilik toko senjata. Aku sedang berjalan-jalan di kota sambil mengenakan kaos lapisan dalam, dan dia menanggilku saat dia melihatku.
Untungnya, aku sedang berjalan didepan tokonya, tapi apa yang dia mau?
"Aku mendengar bahwa kau mencoba memanfaatkan temanmu. Kesinilah dan biarkan aku memukulmu keras-keras."
Kayaknya dia nggak punya niat mendengarkan aku. Kebencian terlihat jelas diwajahnya, tangannya mengepal menjadi tinju yang keras.
"Kau juga?!"
Nggak seorangpun yang mau mendengarkan aku. Nggak seorangpun yang mempercayaiku. Untungnya, aku dari dunia lain, dan akal sehat negeri ini merupakan misteri bagiku. Tapi meski demikian, aku bukanlah tipe orang yang memaksakan diriku sendiri pada seorang cewek. Tidak akan!
Ugh... Itu membuatku muak. Bahkan pemilik toko mulai seperti cewek itu.
Aku mungkin bisa membunuh dia dengan sebuah pukulan telak. Tanganku juga sudah terkepal menjadi tinju. Aku menatap dia.
"....Kau..."
"Apaan?! Bukankah kau mau memukulku?"
Tangannya merenggang, dan dia nggak tampak marah.
"Uh... yah, abaikan saja."
"Gee, makasih."
Saat ini, meskipun aku lemah, kurasa aku bisa memukul siapapun yang kujumpai. Tapi aku menghentikan diriku sendiri. Apa gunanya melakukan hal itu? Aku harus fokus pada leveling, dan menghasilkan uang. Kalau aku mengarahkan kemarahanku pada para Balloon, maka seenggaknya itu akan memberiku hal yang bagus.
"Tunggu sebentar!"
"Apa lagi?!"
Aku berdiri di gerbang kota, bersiap untuk pergi ke medan berburu, saat si pemilik toko senjata memanggilku lagi. Aku berbalik pada dia, dan dia melemparkan sebuah tas kecil kearahku.
"Kau nggak akan pernah berbalik kalau berpakaian kayak gitu. Seenggaknya ambillah ini."
Aku melihat kedalam tas itu. Tas itu berisikan sebuah jubah lusuh, dan beberapa pakaian murah.
"Berapa duit ini?"
"Sekitar 5 keping bronze. Pakaian itu cuma bikin penuh gudangku."
"Oke. Uangnya akan segera kuberikan padamu."
Jujur saja, aku mulai nyari tentang berkeliaran cuma memakai kaos dalam doang.
"Kutunggu uangnya."
"Tentu."
Aku memasang jubah itu pada pundakku, berganti pakaian, dan pergi ke medan berburu. Aku memutuskan untuk memperkuat diriku disini dan untuk berburi Balloon.
"Arrrrgggghhhh!"
Butuh 5 menit untuk membunuh satu Balloon, tapi mereka nggak bisa melukai aku, jadi semua ini butuh waktu.
Aku menghabiskan hampir seharian untuk bertarung, dan bisa mengamankan kulit Balloon dalam jumlah yang cukup banyak.
Level up!
Kamu sekarang level 2
Orange Shield: persyaratan terpenuhi
Yellow Shield: persyaratan terpenuhi
Aku menghabiskan hari ini untuk secara cermat membaca persiapanku.
Saat matahari terbenam, aku menyadari bahwa aku lapar. Aku berjalan kembali ke gerbang dan menuju toko yang diberitahukan pada untuk menjual barang jarahan.
Seorang pria gemuk berdiri dibelakang konter. Dia tertawa riang saat dia melihatku. Bisa kubilang dia hendak mengusirku.
Disana juga ada pelanggan lain, sudah menjual barang jarahan, diantara barang-barang itu aku melihat beberapa kulit Balloon.
"Ya ya. Gimana kalau 2 kulit 1 bronze?"
Mereka sedang memutuskan harga kulit Balloon.
Jadi, harganya cuma 1 bronze untuk 2 kulit...
"Deal."
"Terimakasih banyak."
Si pelanggan pergi, meninggalkan aku sendiri di toko itu.
"Aku membawa beberapa barang jarahan pertarunganku. Kuharap kau mau membelinya dariku. Heh, heh."
"Selamat datang! Selamat datang!"
Apa dia berpikir aku gak bisa mendengar cekikikan yang mengikuti semua kalimatnya?
"Jadi kau punya beberapa kulit balloon, huh? 10 kulit 1 bronze gimana?"
Seperlima harga?! Dia menunduk sepanjang waktu!
"Bukankah kau baru saja menawarkan harga 1 bronze untuk 2 kulit?"
"Iya kah? Aku nggak ingat...."
Dia pergi selama beberapa saat, dan membuat berbagai alasan mengenai barang persediaannya.
"Baiklah kalau begitu." kataku, meraih kerahnya dan menarik dia mendekat.
"Apa yang kau lakukan?!"
"Beli barang-barang ini dariku juga. Yang ini masih hidup, dan cukup ganas."
Aku memiliki seekor Orange Balloon di balik jubahku, monster itu terus menggigit bahuku tanpa ada hasilnya. Aku mengambil dia dan menaruhnya tepat didepan muka si pemilik toko, yang mana monster itu segera menggigit hidung pria itu.
"AHHHHHHHHH!"
Dia mulai menjerit, dan berguling di lantai. Aku menjauhkan si Balloon dari dia, dan menarik pria itu pada kerahnya.
"Haruskah aku membawa monster kecil ini ke tempat dimana aku mendapatkan mereka, atau kau mau membeli monster kecil ini dariku?"
Aku melepas jubahku untuk mengungkapkan 5 ekor Orange Balloon lagi. Aku menyadari bahwa serangan mereka nggak melukai aku, jadi aku bisa membawa mereka kemana-mana, dan memanfaatkan mereka untuk berurusan dengan orang lain, kalau memang perlu.
Kalau boleh kubilang, itu adalah sebuah strategi yang licik. Itu bisa membantu dalam negosiasiku. Selain itu, aku nggak punya kekuatan serangan, jadi aku nggak bisa mengancam siapapun tanpa monster-monster itu.
Tentunya, pria itu akan paham. Tentunya dia tau bahwa kalau aku meninggalkan para Balloon itu kutinggalkan disini, mereka akan memakan pria itu sampai tak tersisa.
"Yang kuminta nggak banyak, cuma harga yang sesuai. Kita mulai pembicaraan kita dengan harga pasar."
"Tapi negara akan..."
"Dengar, menurutmu apa yang akan terjadi pada seorang pedagang yang mencoba menipu seorang pahlawan mengenai harga barang dagangan?"
Tepat. Para pedagang harus mengandalkan kepercayaan yang mereka dapatkan. Kalau dia mencoba menekankan sesuatu seperti ini pada petualang lain, dia pasti akan langsung mendapatkan tendangan telak pada giginya. Dan woi, selalu ada peluang bahwa para pelanggannya akan berhenti datang.
"Ugh...."
"Tapi, itu nggak akan kayak gitu jadinya. Kalau kau mau membeli dariku secara terus-terusan, aku akan menjual dengan harga dibawah harga pasaran."
"Jujur saja, aku pengen menolak, tapi nggak ada dosa dalam bisnis."
Jadi dia nggak nyerah, tapi pada akhirnya aku bisa menyakinkan dia untuk membeli barang jarahanku dengan harga dibawah pasar.
"Jangan sungkan-sungkan untuk memberitahukan tentang aku pada orang lain. Katakan pada mereka aku akan menghukum para pedagang curang yang lain dengan Balloon punyaku."
"Tentu, terserahlah. Kau adalah pelanggan, kan?"
Aku mengambil uang untuk barang jarahanku, saat aku kembali ke toko senjata, membayar pakaian yang tadi, dan akhirnya pergi ke restoran untuk makan malam.
Akan tetapi, makanannya gak terasa apa-apa.
Itu kayak makan permen yang gak ada rasanya. Awalnya kukira seseorang menjahiliku, tapi segera aku menyadari bahwa masalahnya terletak padaku.
Dimana aku akan menginap? Aku gak punya uang, jadi aku tidur di tempat berburu. Para Balloon nggak bisa melukai aku, jadi nggak ada masalah.
Saat aku bangun dipagi hari, aku dikerumunin para Balloon. Itu sesuatu seperti sebuah Tibetan Sky Burial[1]. Itu tidaklah sakit, dan aku menggunakan mereka untuk mengurangi stress, melempar mereka satu per satu.
Aku sudah memenuhi sakuku, dan aku baru saja bangun!
Lalu, aku mendapatkan sebuah ide. Aku bisa mendapatkan uang tanpa perlu membunuh mereka sepanjang hari.
Hal pertama yang harus dilakukan adalah mencari beberapa barang jarahan, selain kulit Balloon yang bisa kujual untuk mendapatkan uang. Ada rumput di tempat ini yang memiliki nilai pengobatan, dan aku melihat penjual obat-obatan di toko, dan aku yakin aku bisa menjual rumput-rumput tersebut kalau aku mengambilnya.
Aku berjalan-jalan di tempat ini, mengambil rumput-rumput saat aku menemukannya. Tiba-tiba, perisaiku mulai bereaksi. Perisai itu menyerap rumput-rumput tersebut saat aku mengambilnya.
Leaf Shield: persyaratan terpenuhi
Hal itu mengingatkan aku, aku belum melihat buku senjata belakangan ini. Aku membukanya, dan berfokus pada ikon perisai yang bersinar.
Small Shield:
kemampuan terbuka: defense +3
Orange Small Shield:
kemampuan belum terbuka
Bonus equip: defense +2
Yellow Shield:
Kemampuan belum terbuka
Bonus equip: defense +2
Leaf Shield: kemampuan belum terbuka
Bonus equip: kemampuan penyerapanabsorption ability +1
Aku memutuskan unyuk melihat menu bantuan.
Peningkatan Senjata dan Pembukaan Kemampuan:
Peningkatan senjata artinya bahwa Senjata Legendaris yang saat ini kau pakai akan berubah bentuk. Jika kau memegang senjata tersebut di tangan, dan menggambarkan akan jadi seperti apa senjata tersebut, senjatanya akan berubah menjadi bentuk yang diinginkan.
Kemampuan senjata mengacu pada kemampuan yang bisa dibuka hanya dengan menggunakan senjata yang dipakai. Setelah terbuka, bonus equipnya akan selamanya ada.
Bonus Equip:
Bonus equip merupakan kemampuan khusus yang bisa digunakan saat senjatamu dipakai. Jadi jika sebuah senjata telah membuka kemampuan Air Strike Bash, kemampuan itu bisa digunakan selama senjata itu dipakai. Jika sebuah senjata memiliki Bonus Equip "Attack Up 3", statistik attack milik penggunanya akan meningkat sebesar 3 saat senjata tersebut dipakai.
Aku paham. Jadi asalkan kemampuan sudah terbuka, kau bisa menggunakannya meski kau memakai senjata yang berbeda.
Exp adalah sesuatu yang kau peroleh, dan perlahan-lahan terkumpul saat kau bertarung melawan musuh dan menaikkan level equipment'mu.
Dunia ini betul-betul kayak sebuah video game.
Meskipun agak menjengkelkan prosesnya, aku menemukan bonus equip yang menarik dari Leaf Shield.
"Absorption ability +1."
Itu pasti artinya bahwa aku akan menerima suatu bonus saat mengumpul item.
Pada saat itu, aku gak punya uang. Apa itu artinya bahwa aku harus mencari barang terbaik untuk dijual, yang setara dengan upayanya. Aku segera mengubah perisaiku menjadi Leaf Shield.
Tiba-tiba ada hembusan angin, dan secara tiba-tiba perisai yang ada tanganku berubah. Sekarang berwarna hijau dan tampak dihiasi oleh dedaunan.
Statistik defense punyaku gak berkurang sama sekali. Kayaknya Small Shield memang lemah. Sekarang untuk menguji teoriku, aku meraih rumpun rumput.
Blip!
Sebuah suara berdering, dan rumpun rumput tersebut berhamburan dengan mudah.
Rumput tersebut bersinar dengan cahaya redup.
Absorption +1
Aelo:
Kualitas: bagus:
herbal pengobatan untuk mengobati luka
Sebuah ikon yang menggambarkan perubahan muncul.
Yah, itu bagus kalau segera mendapatkan penjelasan seperti itu.
Aku menghabiskan hari ini dengan berjalan-jalan, gampangnya sih mengambil rumput dan mengisi tasku. Dan juga aku gak tau apakah itu karena aku telah mengumpulkan rumput sepanjang hari atau cuma karena waktu telah belalu sejak aku mengganti perisai, bonus equip Leaf Shield terbuka.
Kemampuan dari Small Shield milikku yang lainnya juga terbuka.
Aku berjalan kembali ke kota dan memutuskan untuk mencoba menjual herbal punyaku.
"Ini adalah tanaman yang luar biasa. Dimana kau mendapatkannya?"
"Diarea sekitar kota. Apa kau nggak tau tanaman ini tumbuh disini?"
"Aku tau, tapi aku nggak pernah melihat kualitas sebagus ini disekitar sini. Kupikir cuma tanaman jelek saja yang tumbuh disana."
Kami mengobrol sebentar, dan pada akhirnya dia membeli tanaman itu. Uangku sekitar 1 perak dan 50 bronze... Yang mana jauh lebih baik daripada yang sudah kudapatkan sejauh ini. Itu adalah rekor baru.
Aku makan malam di restoran yang murah. Saat aku makan, beberapa orang menghampiri untuk bertanya apakah aku mau bergabung dengan party mereka. Sayangnya mereka semua tampak... memilki nama yang buruk. Jadi aku segera mendapati bahwa gangguan mereka itu menjengkelkan.
Sejak saat itu, semua makanan yang kumakan nggak ada rasanya.
"Aku akan bergabung dengan party'mu, Pahlawan Perisai." kata salah satu dari mereka yang jelas-jelas menganggap dirinya penting.
Jujur saja, aku nggak tertarik bergabung dengan siapapun pada saat ini. Selain itu, mata mereka semua memiliki penampilan yang mengingatkan aku pada cewek itu. Hanya dengan melihat mereka membuatku marah.
"Baik. Pertama mari kita bicara mengenai persyaratannya."
"Oke."
Tetap tenang, tetap tenang. Kalau kau mundur sekarang, orang-orang ini akan mengikutimu kemanapun kau pergi.
"Baiklah, cara kerjanya akan berdasarkan pada kinerjamu. Apa kau paham?"
"Nah-uh."
Astaga, aku bisa saja memukul para cecunguk ini.
"Itu artinya bahwa, saat kita pergi berpetualang, kita akan mengumpulkan sejumlah barang jarahan, kan? Jadi, katakanlah kita mendapatkan 100 silver, aku akan mengambil 40% dan membagikan sisanya pada kalian sesuai dengan kinerja kalian. Kalau cuma kau dan aku dan kau, kita akan membagi sisanya. Kalau kau nggak ngelakuin apa-apa sepanjang hari, kau nggak akan dapat apa-apa. Jumlah yang kau dapatkan bergantung pada penilaianku."
"Apa-apaan itu! Itu artinya kau bisa mengambil sebanyak yang kau mau, kan?"
Beginilah orang-orang di negara ini.
"Tapi kalau kau mengerjakan bagianmu, kau akan dapat bayatan. Paham? Kau harus mengerjakan bagianmu."
"Baikkah, nggak masalah. Itu bagus. Ayo pergi membeli equipment."
"Beli saja equipment sendiri. Kenapa juga aku harus mengurus kalian sampai segitunya. Urus saja dirimu sendiri."
"Pfft."
Tepat seperti yang kuduga. Bahkan jika aku membelikan dia equipment, dia mungkin cuma akan bermalas-malasan sepanjang waktu. Ujung-ujungnya dia akan kabur, meninggalkan aku di tempat yang sulit, dan menjual equipment miliknya demi keuntungan. Orang-orang bangsat. Mereka sama kayak cewek itu.
"Baiklah kalau begitu. Beri saja aku uang."
"Hei, apa yang dilakukan seekor Balloon disini?!"
Aku mengeluarkan seekor Balloon dari jubahku dan membiarkan dia menggigit wajah pria itu.
"Ouch! Ahhh!"
Orang-orang marah. Aku membawa para Balloon kedalam restoran, tapi bodo amat. Aku menarik balloon itu dari pria yang menjerit, meletakkan uang di meja untuk makananku dan pergi.
Apa nggak ada orang baik di dunia ini? Mereka semua tampak seperti para kanibal biadab bagiku.
Aku melanjutkan pola ini selama beberapa hari, dan akhirnya mulai menyimpan sedikit uang.
***
Vous aimerez peut-être aussi
Commentaire de paragraphe
La fonction de commentaire de paragraphe est maintenant disponible sur le Web ! Déplacez la souris sur n’importe quel paragraphe et cliquez sur l’icône pour ajouter votre commentaire.
De plus, vous pouvez toujours l’activer/désactiver dans les paramètres.
OK