Télécharger l’application
77.2% JANJI / Chapter 149: Terlalu naif

Chapitre 149: Terlalu naif

Pagi itu maria datang mengunjungi meri bersama dengan kedua anak dan suaminya. Ia sebenarnya ingin datang sejak kemarin saat andre menelfon dan mengatakan meri ada di rumahnya. Tapi terhalang karena sudah hampir malam, tahu situasi di luar sedang tidak baik, maria akhirnya patuh pada larangan suaminya.

"apa kau sudah lebih baik sekarang?" tanya maria memegang tangan meri yang masih berbaring.

"aku sudah sehat, hanya ilham tidak membiarkan ku keluar. Dia masih terlalu khawatir"

"aku tidak menyangka dia akan bisa menemukanmu lagi. Suamiku bahkan sudah melacak semua aliran uang dari rekening atas namamu juga keluargamu. Dan tidak menemukan apa-apa" ungkap maria dengan jujur.

Meri sudah tahu hal itu akan terjadi, karena itu dia tidak pernah memakai kartu atau rekening untuk proses transaksi. Ia juga hidup dari uang hasil kerjanya sebagai dokter di izmir dan tidak menerima uang dari yang lain.

Baginya lebih aman untuk tidak memberi cela bagi siapapun untuk bisa tahu tentang dirinya. Bantuan rido tidak kalah ambil bagian dalam hal menyembunyikan adiknya dari mata dunia.

"jangan mencari ku. Kau tidak akan menemukan apapun, lagipula sekarang ilham bersamaku jadi kau tidak perlu khawatir" meri mengerti maria mencarinya bukan untuk kembali pada andre tapi karena khawatir padanya yang hidup di negri antah berantah.

"Mmm, aku sudah sedikit tenang sekarang setelah tahu dia bersamamu"

Keduanya menghabiskan waktu bercerita perkembangan anak-anak mereka sementara yang menjadi pembahasan sedang bermain di teras rumah. Mereka saling melepas rindu setelah sekian lama tidak pernah bertemu.

Boy mengetuk pintu meri karena ilham sudah melarang laki-laki manapun masuk di kamarnya dan jika ada perlu cukup katakan dari balik pintu.

"sayang, aku harus pergi dengan andre sekarang. Ada yang harus kami urus" ujar boy pada maria yang sudah keluar dari kamar meri.

"baiklah. Apa anak-anak di bawah ada yang mengawasi?" maria memastikan seperginya boy tetap ada yang menjaga anak-anaknya.

"Mmm, mereka bermain bersama bibi mina dan dua pengawal mengawasi. Tidak perlu khawatir"

Keduanya berpisah setelah berpelukan dan boy mencium kening istrinya itu. Dia pria yang keras karena di latih sebagai tangan kanan andre sejak ia masih remaja. Ia terbiasa menjadi tameng dan pembuat strategi untuk sahabat kecilnya itu.

Sekarang pun ia masih sama seperti dulu, hanya ia akan lebih khawatir pergi jauh karena mengingat anak dan istri yang ia tinggalkan. Tapi beginilah pekerjaannya, mereka sudah sepakat membubarkan diri setelah kasus jack di tangani.

Nyatanya setelah dua tahun pencarian, mereka masih belum bisa mendapatkan apa-apa.

Saat malam hari boy dan andre belum juga kembali, maria mulai panik karena keduanya bahkan tidak bisa di hubungi. Tak kalah khawatir adalah ilham, mengirim andre ke lapangan sudah sejak lama ia hindari karena tak ingin hal buruk terjadi. Namun andre bersikeras melakukannya sendiri karena bawahannya tak bisa di andalkan dalam hal ini.

"mereka akan baik-baik saja. Aku mengirim bawahan andre yang terlatih untuk menjaga mereka" ilham mencoba menenangkan maria.

Meri dan junior sudah lebih dulu tidur karena sama sekali tidak tahu masalah yang terjadi. Mereka tidur dengan damai tanpa ada beban pikiran yang mengganggu.

Ke esokan paginya, andre sudah kembali bersama boy dengan tampang lusuh karena begadang semalaman hanya untuk mendapatkan satu informasi. Keberadaan jack yang jadi misterius.

Ilham yang mendengar bahwa masih belum ada tanda-tanda makhluk itu apakah sudah mati atau hidup menjadi kesal. Pria dengan isi kepala tentang wanita itu tiba-tiba sangat pintar bersembunyi. Sangat sulit di percaya jika ia tidak ingat bahwa andre sendiri yang melatih kucing itu hingga menjadi singa.

"aku mau membawa junior berkeliling. Apa kau tidak mau ikut?" tanya meri melihat ilham masih sibuk dengan kertas-kertas di atas meja ruang keluarga.

"bisakah kita pergi besok. Hari ini ada yang harus ku kerjakan dan sangat mendesak" ilham menyesal tidak bisa mengikuti kemauan istrinya kali ini.

"tidak masalah. Aku bisa pergi berdua bersama junior,dia sudah dari kemarin ingin jalan-jalan. Lagi pula kita di sini untuk liburan bukan untuk bedrest"

Setelah berpikir sejenak ilham akhirnya membolehkan keduanya pergi tapi menggunakan mobil andre yang ada di garasi. Mobil itu bukan mobil sport jadi tidak masalah bagi meri untuk menyetir bersama junior.

Untuk keamanan putranya, meri tidak pernah menggunakan mobil sport nya jika ada junior di sampingnya. Ia terkadang lupa menurunkan gas dan mengerem ketika berada di kemudi mobil sport jadi jika itu mobil keluarga maka ia tidak akan menolak.

Setelah menerima kunci dari ilham, meri segera masuk ke dallam mobil menuju ke pusat kota untuk berbelanja dan menemani junior bermain.

Di rumah, ilham masih sibuk dengan berkas-berkas yang berkaitan dengan jack. Ia pasti bisa menemukan setidaknya satu petunjuk kecil mengenai keberadaannya. Di temani andre yang juga membantu menjawab jika ilham bertanya sesuatu.

Setelah tiga jam duduk tanpa ada hasil, telinga ilham mendengar berita mengenai sebuah jembatan penyebrangan orang yang runtuh di sebuah pusat perbelanjaan di pusat kota.

Sialnya kejadian itu terjadi tepat saat sebuah mobil tanki pembawa bahan bakar melintas sehingga menyebabkan ledakan parah. Melihat nama dari pusat perbelanjaan itu, dua pasang mata yang sedari tadi fokus pada kertas sekarang fokus pada televisi.

"ah sial, itu mobilku" andre menunjuk sebuah mobil yang berada di lokasi ledakan tepat di belakang reporter yang sedang melapor dari tempat kejadian.

"keluarkan mobilmu yang lain" keduanya kompak bangkit tergesa-gesa tak meperdulikan dandanan mereka yang hanya menggunakan kaos rumah tipis putih dan celana training hitam olahraga yang di gunakan andre sedang ilham menggunakan celana army panjang baju putih tipis.

Kendaraan itu dengan cepat melintasi jalan raya menuju lokasi. Andre yang menjadi pengemudi cukup handal dalam situasi seperti ini tidak membutuhkan waktu lama untuk bisa sampai.

Tiba di lokasi suara tangisan dan jerit kesakitan terdengar di mana-mana menambah kepanikan di kepala dua pria itu. Saat akan memasuki tempat kejadian, mereka di tahan oleh pasukan kepolisian yang sudah berjaga.

"terlalu berbahaya karena banyak mobil yang terjebak di sana dan api belum sepenuhnya padam"

Ilham merogoh kantongnya untuk mencari dompet, jika andre tidak bisa lolos sebagai warga biasa maka ilham seharusnya bisa lolos dengan id card dokternya.

"apa yang kau tunggu? Tunjukkan id card mu" tuntut andre tidak sabar.

"aku lupa membawa dompetku" wajah ilham merah padam karena emosi pada dirinya sendiri.

"aish. Bagaimana kau bisa lupa benda sepenting itu"

"kita kemari terburu-buru, aku sendiri tidak yakin kau membawa ponsel"

Benar saja, keduanya lupa membawa ponsel mereka. Mereka bahkan lupa menghubungi ponsel meri untuk mencari tahu keadaannya. Keduanya panik saat melihat mobil andre berada di lokasi ledakan.

"aku sungguh seorang dokter, hanya lupa membawa dompet. Istriku berada di dalam sana jadi bisakah kami lewat. Tidak akan lama setelah memeriksa mobil yang di tumpanginya dan mencarinya kami akan segera keluar" ilham berusaha berkompromi dengan petugas yang menahan mereka.

"maaf pak, tetap tidak bisa. Akan ada regu penyelematan yang segera datang. Jadi bersabarlah"

"Aaaa, aku akan gila rasanya" teriak ilham frustasi.

Bagaimana ia tidak frustasi, sejak kedatangannya di lokasi sudah terdengar dua kali ledakan susulan sepertinya berasal dari mobil sekitar yang mengalami kebocoran sehingga memicu ledakan.

"apa yang kau tunggu di sini? Kembali ke rumah dan bawa dompetku kemari" ujar ilham melampiaskan emosinya pada andre.

Andre yang menjadi sasaran hanya diam tak ingin menanggapi kemarahan itu. Mereka hanya sedang panik sehingga tidak bisa berpikir tenang.

Di dalam lokasi kejadian, meri membungkus junior dengan jaket tebal yang ia basahi menggunakan air mineral yang mereka beli saat berada di dalam pusat perbelanjaan itu. Ia lebih memikirkan keamanan junior terlebih dahulu, agar tidak terbakar panas api yang terus menyambar.

"periksa apa pintumu bisa terbuka" meri memerintahkan junior karena pintu mobil di sampingnya rusak akibat benturan dengan mobil lainnya bahkan untuk lewat kaca jendelapun sulit.

"ibu, ini juga rusak" jawab junior tetap berusaha tenang. Ia hanya sedikit khawatir karena kepala ibunya berdarah akibat benturan dengan stir mobil.

"tetap tenang hmm, jangan panik. Ibu akan memikirkan cara lain"

Di luar mobil, orang-orang berlarian menyelamatkan diri serta menyelamatkan korban yang tak lain keluarga, kerabat atau teman mereka.

Setelah melihat ke segala arah, meri melihat sebuah senapan laras panjang di bawah kursi penumpang belakang. Ia tidak memikirkan mengapa senjata seperti itu berada di mobil andre, yang ada di benaknya hanya bagaimana ia bisa keluar dari situasi ini.

Setelah memminta junior mengambil senapan itu, Meri berusaha memecahkan kaca depan mobil dengan memukulnya menggunakan senjata itu.

"ibu, kaca mobil ini sepertinya sudah di modifikasi menjadi kaca anti peluru" ujar junior melihat ibunya kesulitan.

"anti peluru bukan berarti anti pukulan sayang. Percaya pada ibu, ibu sudah mempelajari cara kerja kaca anti peluru dan tahu kalau kaca itu juga bisa pecah karena pukulan"

Cukup lama tapi sudah terlihat retakan di kaca tebal itu. Senyum senang terpancar di wajah keduanya melihat masih ada harapan bagi mereka.

"junior, telfon dadi atau ayah dan beri tahu kita terjebak"

Junior dengan cepat mengambil ponsel ibunya dan menghubungi ponsel ayah dan dadinya tapi tak ada jawaban.

"mereka tidak menjawab?" tanya meri melihat junior terus mengulang panggilannya.

Junior mengangguk lemah tapi terus berusaha namun tangannya di hentikan oleh meri. Ia tahu itu tidak berguna lagi sekarang. Jika keduanya sudah melihat panggilan tak terjawabnya maka mereka pasti akan menelfon balik. Jika itu tidak terjadi, artinya mereka tidak melihatnya jadi percuma menelfonnya.

Pecahan di kaca depan mobil itu kini sudah semakin lebar hingga memungkinkan bagi seseorang keluar melalui lobang pecahan itu.

"junior, naik ke pangkuan ibu" meri tidak bisa bergerak karena kakinya terjepit pedal gas itulah sebabnya ia hanya bisa memecahkan kaca yang berada di depannya.

Membebaskan junior lebih dulu untuk keselamatannya dan mencari bantuan untuknya adalah jalan satu-satunya. Di luar semua orang sedang panik karena itu masih terlalu naif untuk menyelamatkan orang lain ketimbang diri sendiri.


Load failed, please RETRY

État de l’alimentation hebdomadaire

Rank -- Classement Power Stone
Stone -- Power stone

Chapitres de déverrouillage par lots

Table des matières

Options d'affichage

Arrière-plan

Police

Taille

Commentaires sur les chapitres

Écrire un avis État de lecture: C149
Échec de la publication. Veuillez réessayer
  • Qualité de l’écriture
  • Stabilité des mises à jour
  • Développement de l’histoire
  • Conception des personnages
  • Contexte du monde

Le score total 0.0

Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
Votez avec Power Stone
Rank NO.-- Classement de puissance
Stone -- Pierre de Pouvoir
signaler du contenu inapproprié
Astuce d’erreur

Signaler un abus

Commentaires de paragraphe

Connectez-vous