Télécharger l’application
74.61% JANJI / Chapter 144: ada aku

Chapitre 144: ada aku

Melihat hal itu, meri awalnya ingin langsung menyerobot uluran tangan itu. Namun melihat ilham bahkan tak menoleh sedikitpun untuk melihat wanita muda seksi dengan dandanan menor pakaian kurang bahan itu, meri akhirnya memutuskan untuk tidak perduli dan lanjut berbelanja.

Tak menanggapi, ilham justru melangkah ke area pintu toko yang lainnya untuk menghindar dari karin.

"wah, sombong sekali" rutuk wanita itu melihat ilham pergi begitu saja. "apa kau orang baru di sini? Kau tidak mengenalku? Banyak pria yang mengantri hanya untuk berkenalan denganku dan siapa kau bisa bersikap sombong kepadaku" karin menyusul langkah ilham.

"bu, dadi sepertinya di ganggu" kata junior melihat adegan itu dari kaca one way toko di mana ia berada.

"biarkan saja, dadi mu bisa jaga diri. Dia pantas mendapatkan itu. Siapa suruh terlalu tampan" ujar meri bergurau dengan putranya.

Tak ada reaksi dari ibunya, junior berbalik keluar toko. ilham berada di luar menunggu junior dan meri. Dia hanya merasa perlu membantu dadinya itu.

"dadi. Ibu masih berbelanja di dalam. Sepertinya akan lama" ujar junior keras di depan wanita yang mengganggu ilham dan Penekanan pada kata ibu.

"tidak masalah. Dadi akan menunggu bahkan jika dia seharian berbelanja" menangkap maksud junior, ilham menanggapi sesuai harapan.

Wanita yang tadinya mengira pria di hadapannya itu pria lajang seperti tersambar petir melihat junior tiba-tiba datang dengan panggilan 'dadi'. Di tambah lagi istri pria di hadapannya juga berada di dalam toko.

Penasaran dengan sosok sang istri dari pria setampan ilham dan melihat anaknya juga tampan seperti dadi nya, karin memutuskan masuk ke dalam toko untuk melihatnya.

Hanya ada meri di dalam toko itu jadi ketika ia masuk, ia bisa langsung melihatnya. Matanya hampir keluar saat melihat wanita yang beruntung itu ternyata wanita tinggi semampai dengan kain yang menutup sempurna seluruh tubuhnya.

"pantas saja dia menolakku, seleranya ternyata sangat buruk" ejek karin sambil terus memperhatikan meri.

Namun saat meri ingin mencoba cadar dan jilbab yang berada di tangannya ia membuka cadar dan jilbab yang ia kenakan. Toko itu toko muslimah sehingga pria tidak diperbolehkan masuk kecuali anak kecil.

Lagi-lagi, matanya seperti tak percaya melihat wajah di balik kain penutup itu.

"meri" panggilnya.

Merasa itu namanya, meri mencari asal suara dan menemukan karin yang tak lain kekasih yuda sahabat rido berada di depannya.

"ada apa kau kemari?" tanya meri.

Dia tadinya hanya melihat tubuh wanita itu dari samping jadi tidak tahu bahwa wanita penggoda suaminya adalah kekasih yuda.

"Oh Mmm, aku hanya kebetulan lewat" jawabnya asal.

"dandanan mu tidak cocok berada di sini" ujar meri.

Setelah menyapa meri sebentar, karin keluar dengan wajah malu dan muram. Ia baru saja di kalahkan oleh wanita yang bahkan lekuk tubuhnya tidak terlihat tapi setelah tahu itu meri sang tuan putri, dia cukup tahu diri untuk menilai bahwa ia bukan tandingannya.

Tak berselang lama meri keluar dengan peper bag di tangannya. Ia sudah selesai memilih pakaian di toko itu, pakaian untuk junior juga sudah cukup karena sewaktu libur tahun lalu, meri sudah membelikan sekoper dan tak membawanya ke izmir. Itu memang ia persiapkan untuk hari ini.

"apa wanita itu mengganggumu tadi?" pertanyaan yang seharusnya di lontarkan oleh meri justru di lontarkan oleh ilham terlebih dahulu. Sambil melirik ke arah karin yang berdiri di depan toko tak jauh dari tempat mereka berdiri.

"dia? Menggangguku? Tenang saja, aku yang menindasnya jika dia berani" jawab meri percaya diri.

Sejak bergabung dalam komunitas rido, meri memang sudah sering menindas para wanita di komunitas itu yang biasanya adalah kekasih dari para member laki-laki. Dia menindas tidak perlu dengan mengatakan kata kasar, hanya dengan wajah dan para wanita itu akan merasa ciut sendirinya.

"benarkah? Aku tadi khawatir jika istriku yang terlihat lemah ini di ganggu" ilham mengelus kepala meri yang tertutup hijab.

Ketiganya kembali ke rumah dengan puluhan paper bag di tangan. Ilham tidak membeli satu lembarpun pakaian karena meri merasa pakaian yang ada di koper ilham tidak akan membongkar tempat ia bersembunyi.

Hari-hari berlalu begitu saja. Meri menghabiskan kebanyakan waktunya di rumah dengan membaca dan menemani junior nonton. Hanya sekali ia ikut bergabung di sirkuit karena rido dan syasya yang mengajaknya.

Di sirkuit ia hanya pergi bertiga dengan rido bersama istrinya dan meri mengendarai ferrari nya. Ilham sendiri bukannya liburan, ia justru di sibukkan dengan bekerja dengan berkas yang di kirim melalui email dan melakukan konferensi video melalui komputer di kamar dani.

Dani sendiri cukup senang dengan adanya ilham serta junior, mereka jadi bisa bekerja sama dalam mempelajari hal baru dan menciptakan sesuatu yang belum ada sebelumnya. Bukan tanpa alasan, dani melakukan itu sebagai persiapan tugas akhirnya kelak di universitas.

Tibalah waktu mereka berangkat ke bali. Mereka tidak bisa menghabiskan waktu lama di satu tempat karena terlalu banyak tempat yang harus mereka datangi.

Di bali, ilham membawa keluarga kecilnya itu masuk dengan di sambut oleh pembantu rumah tangga yang mengurus rumah itu. Nyonya rumah itu keluar dengan dandanan ala ibu arisan, pakaian rapi di sertai perhiasan di sana sini.

Dia sangat bahagia melihat putranya kembali setelah enam bulan berpisah. Saat baru saja keluar dari tahanan, ilham kembali ke Indonesia menemui ibunya kemudian pergi berkeliling mencari meri. Tapi waktu itu, tak seorangpun yang membero tahunya bahwa junior pernah ke rumah itu. Jika ia tahu maka ia tidak perlu terlalu lama membuang waktu untuk mencari di belahan dunia yang salah.

"kau kembali. Ibu sangat senang" sambut ibu ilham dengan ekspresi yang jelas bahagia. Matanya tertuju pada junior yang juga membuatnya bahagia.

Junior adalah cucu pertama dan saat ini masih berstatus cucu tunggalnya, karena itu ia sangat di sayangi oleh wanita tua itu. Namun saat melihat wanita dengan wajah yang tertutup, matanya menjadi tajam.

"bu, ini meri. Aku membawanya kembali untuk memperkenalkan kalian secara resmi" ujar ilham memegang tangan meri.

Sang pemilik tangan itu tetap tenang dengan gestur yang tak berubah hanya tatapan yang menjadi tajam. Jika mertuanya masih berani mengatakan hal buruk, meri sudah bersiap membungkamnya dengan telak hingga wanita itu akan berbalik dan berpikir lebih baik berdiam diri di kamar selama meri ada di rumah ini.

"jadi ini wanita itu. Tampilan memang terkadang menjadi kedok terbaik menybunyikan sesuatu" kata ibu ilham dengan suara yang sama sekali tidak ramah.

"sambutan yang mengesankan. Tampilan ibu hari ini juga sangat baik. Aku tadi melihat penyanyi reggea di pinggir jalan dan menjadi teringat setelah melihat ibu" jawab meri tak kalah ramah.

"apa? Penyanyi regge jalanan? Hah, putra putraku pasti buta sudah memilihmu"

"ibu, aku datang untuk melihat kalian akur bukan malah melempar granat satu sama lain. Jika kau tidak bisa menyambutnya dengan baik, aku akan menginap di hotel selama kami berlibur di bali" ilham memotong suasana panas itu.

"sayang" panggil meri manja. Ini pertama kalinya ia memanggil ilham dengan sebutan itu dan pertama kalinya ia memanggil dengan begitu manja. "jangam berkata seperti itu. Wanita ini tetaplah ibumu, aku tidak masalah dengan sambutan hangat ibu barusan"

meri jelas-jelas menekankan kata sambutan hangat untuk memprovokasi ibu mertua nya. Ia seakan ingin mengatakan bahwa ucapan mertuanya tadi sama sekali tidak berpengaruh baginya.

"kalian sudah datang" sapa andre yang baru saja kembali setelah tahu ilham membawa meri dan junior ke rumahnya. "junior, ikut dengan nenek dan istirahat di kamarmu" perintah andre setelah memeluk putranya itu.

Dengan tatapan tajam yang kemudian berubah lembut, nyonya rumah itu akhirnya pergi dengan junior di sampingnya.

Andre masih berdiri melihat wanita yang tertutup sepenuhnya oleh kain dan hanya memperlihatkan mata coklat yang begitu jenih. Sama seperti ilham yang mengenali meri dengan suara, andre juga mengenali meri hanya dengan melihat matanya terlebih lagi ilham menggenggam erat tangan wanita itu. Siapa lagi wanita yang akan kakaknya sentuh jika bukan meri.

"apa kakakku yang memaksamu menutup diri seperti ini agar aku tidak bisa melihatmu?" tanya andre. Ia merasa jiwa bebas yang sejak dulu tertanam di tubuh meri tidak mungkin menjadi tertutup tanpa alasan yang kuat.

"ini keputusanku sendiri" jawab meri.

"kau terlalu percaya diri membawanya ke rumahku" kali ini andre mengatakan kalimat itu untuk ilham.

Perang dingin di antara mereka jelas belum mereda, mereka bahkan seperti berlomba menemukan meri lebih dulu. Tapi lagi-lagi ia kalah dari takdir baik kakaknya.

"aku selalu begitu. Menyembunyikan apa yang menjadi milikku bukan gayaku sejak dulu. Lagi pula meri kemari bukan untukmu, aku membawanya menemui ibu" jawab ilham tetap tenang.

"pegang dia erat-erat, jangan sampai ada yang merebutnya darimu tepat di depan matamu" setelah mengatakan hal itu, andre melirik meri dengan tatapan penuh kerinduan kemudian berbalik pergi meninggalkan pasangan itu.

Mendengar hal itu meri menjadi kehilangan ketenangannya. Andre jelas-jelas menyatakan peringatan namun itu lebih terdengar sebagai sebuah deklarasi bahwa ia tidak dalam posisi putus asa.

Ilham yang melihat kegelisahan di mata istrinya memeluknya untuk menenangkannya.

"ada aku. Tidak perlu khawatir"


Load failed, please RETRY

État de l’alimentation hebdomadaire

Rank -- Classement Power Stone
Stone -- Power stone

Chapitres de déverrouillage par lots

Table des matières

Options d'affichage

Arrière-plan

Police

Taille

Commentaires sur les chapitres

Écrire un avis État de lecture: C144
Échec de la publication. Veuillez réessayer
  • Qualité de l’écriture
  • Stabilité des mises à jour
  • Développement de l’histoire
  • Conception des personnages
  • Contexte du monde

Le score total 0.0

Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
Votez avec Power Stone
Rank NO.-- Classement de puissance
Stone -- Pierre de Pouvoir
signaler du contenu inapproprié
Astuce d’erreur

Signaler un abus

Commentaires de paragraphe

Connectez-vous