Malam itu Ivanka lebih menjadi pendiam.
Bahkan sampai mereka pulang dan tiba di mess nya Ivanka tidak berkata apapun mengenai persiapan pernikahan mereka.
Ryan menyadari hal itu. Ketakutan akan kehilangan Ivanka datang mengusiknya.
Tapi Ryan juga tahu dia tidak bisa terlalu mendesak Ivanka, karena itu yang akan membuatnya kehilangan Ivanka.
Dia hanya akan memilih kesempatan yang tepat untuk meyakinkan tunangan nya itu.
Akibat Ivanka absen kerja mendadak membuat pekerjaan Ivanka bertumpuk. Dia setiap hari datang pagi dan pulang malam.
Setelah seminggu pekerjaan Ivanka sudah berjalan normal lagi. Dan Ryan mengetahui nya.
Ryan mengajak Ivanka makan malam.
"Yank... aku boleh bertanya dan mendapatkan jawaban jujur dari mu?."
"Ia tentu, apa yang ingin kamu tanyakan ?."
"Aku sejujurnya menyimpan ketakutan untuk bertanya tapi lebih baik di bicarakan. Apakah kematian Riqky mempengaruhi perasaan mu pada ku ?"
Ivanka diam sejenak lalu menjawab
"Kalau perasaan ku padamu sama hanya bertambah hal lain. Aku merasa malu dan tidak layak untukmu. Aku merasa seperti wanita murahan. Aku yang sudah mempunyai tunangan tapi masih memikirkan pria lain dan bersedih untuk pria lain. Aku merasa ini tidak adil bagimu."
"Yank, jangan berkata seperti itu. Aku tahu kamu sudah sangat berusaha mengatur perasaan mu untuk Riqky tapi perasaan adalah hal yang sulit kita kontrol. Seperti hal nya aku jatuh cinta padamu."
"Ryan apakah ini adil bagi mu?"
"Lalu apakah kamu masih mencintai ku ?"
"Ia tentu, aku bukan wanita yang mudah merubah perasaan ku."
"Itu lah kelebihan dan kekurangan mu. Menjadi kelebihan mu saat kamu telah jatuh cinta padaku juga menjadi kekurangan mu karena kamu juga memiliki perasaan khusus untuk Riqky. Tapi ku mohon, jangan tinggalkan aku. Aku tidak bersaing dengan orang yang sudah tiada. Jika Riqky masih ada aku akan bersaing hingga akhir dengan nya. Tetap lah menikah dengan ku. Aku tahu aku punya banyak keterbatasan, tapi aku akan berusaha menjadi yang terbaik dan menyiapkan pesta pernikahan terbaik untuk kita."
Ivanka melihat ada ketulusan di mata Ryan.
"Baiklah, dan aku dengan tulus meminta maaf padamu. Aku telah membuat mu merasa tidak nyaman. Tapi aku tidak memerlukan sebuah pesta pernikahan yang mewah. Bagaimana jika di adakan di kampung halaman ku. Di sana ku rasa gedung dan yang lain nya akan lebih murah. Aku tidak ingin kita memiliki pesta mewah tapi setelah menikah kita di pusingkan dengan hutang. Bagaimana menurut mu ?"
Ryan yang tadi nya matanya merah karena kesedihan berubah menjadi bersinar. Dia sangat senang juga bangga pada Ivanka. Ivanka memang wanita yang berbeda.
"Ia, tentu saja sayank."