Ajakan Riqky mempengaruhi Ivanka, dia mengambil telepon nya.
"Hallo... Mam, gimana kabar kalian ?
Mam, kalau aku jadi pergi ke Cina untuk tiga tahun bagaimana menurut mu?".
"Kita semua baik-baik aja. Kalau itu yang terbaik menurut mu, kami akan mendukung mu. Tapi bukan kah kamu ingin mengenalkan kekasih mu, kalian akan bertunangan. Apa dia menyetujui nya?. Bicarakan lah dengan dia juga."
"Baik lah mam, aku tahu. Jam istirahat ku habis. Lain waktu, ku telepon lagi. Kabari aku jika mamah atau Papah membutuhkan sesuatu. Jaga kesehatan kalian juga. Sampaikan salam sayang ku untuk pria terbaik dan tertampan di dunia."
"Ha..ha..kamu ini memang paling menyayangi papah mu. Telepon lagi nanti malam agar bisa berbincang dengan nya. Kamu juga jaga kesehatan, jangan terlalu cape."
"Baik mam, dah.."
Hari sabtu biasa Ryan akan menelepon Ivanka, akan bertanya pada dirinya apakah dia libur atau tidak. Tapi sampai Ivanka pulang kantor tidak ada telepon apapun dari Ryan.
Riqky tadi mengajak nya nonton bioskop dan jalan-jalan tapi Ivanka menolak nya.
Dalam hati kecilnya dia berharap Ryan yang mengajaknya. Ivanka merasa bersalah terhadap Ryan. Dia pernah mencoba menelepon nya tapi Ryan masih menghindari dirinya.
Ivanka sengaja menghindari Riqky karena dia masih belum bisa membuat keputusan pergi ke Cina atau tetap di Bandung.
Esok hari nya, hari minggu Ivanka merasa jenuh. Dia memutuskan untuk jalan sendiri.
"Mempunyai waktu sendiri untuk melakukan apapun yang ku suka mungkin bisa memberi ku kepastian hati untuk membuat pilihan" gumam Ivanka dalam hati.
Dia menuju ke salah satu mall di Bandung.
Dia hanya berputar - putar dan melihat - lihat tanpa berbelanja.
Merasa sudah lelah, Ivanka menuju ke area makanan di lantai paling atas. Ivanka memesan minuman saja karena tidak merasa mood untuk makan, dia juga mendapatkan tempat duduk di pojok dengan keadaan sekeliling yang sunyi.
Ivanka mengambil posisi duduk, belum lama dia duduk ada seorang anak laki-laki memberi nya sekuntum bunga mawar berwarna merah.
Belum sempat dia berkata apapun, anak kecil itu langsung berlari menuju tangga turun.
Malas untuk mengejarnya Ivanka tetap pada posisi duduk nya, dan menaruh mawar itu diatas meja.
"Mungkin salah orang".
Sekitar 10 menit datang lagi sekuntum bunga mawar tapi kali ini anak perempuan yang membawa nya.
" Tunggu!"
Anak itu berlari lagi. Meninggalkan Ivanka tanpa memberikan waktu untuk nya bertanya.
Ivanka melihat sekeliling, dia merasa aneh. Kalau memang ada promosi atau apapun, harusnya semua meja mendapatkan tapi kenapa cuma dia yang mendapatkan bunga mawar itu.
Tidak tahu harus bertanya pada siapa, Ivanka tetap pada posisi duduk nya karena dia pun tidak mau kehilangan tempat duduk nya itu.
Lalu seorang pelayan mengantarkan makanan
"Selamat menikmati"
"Tunggu mas, aku tidak memesan. Mungkin kamu salah meja."
"Maaf Ka, tapi nomor meja nya betul." Ucap pelayan itu setelah memastikan no meja dengan catatan nya.
"Tapi mas, saya tidak memesan atau pun membayar untuk makanan ini"
"Makanan ini sudah di bayar, mohon jangan di tolak nanti saya kena pecat karena bos akan berpikir saya tidak bekerja dengan baik, permisi". Pelayan itu langsung mengambil langkah seribu meninggalkan Ivanka.
Merasa tidak memesan, Ivanka pun tidak menyentuh makanan itu, walaupun itu adalah makanan kesukaan nya.
Berselang tidak lama Ivanka mendapatkan sekuntum bunga mawar merah lagi.
Kali ini dia lebih sigap, langsung memegang tangan si pemberi bunga sebelum dia melihat wajah nya lantaran dia tidak mau kehilangan kesempatan bertanya lagi.
" Tunggu, apa maksudnya ini?"
Terkejut Ivanka saat mata nya melihat sosok pria yang sedang memegang tangkai bunga mawar itu.
"Bunga mawar ini untuk mu lagi! Kenapa kamu tidak mau memakan makanan yang sudah ku pesan kan. Itu adalah makanan kesukaan mu."
"Ternyata kamu..."