Jemari Ji Yi gemetaran mendengar keempat kata itu dan menyadari betapa cara berbicara He Jichen itu sangat dikenalinya.
Kali ini, He Jichen tak berhenti, lalu membisikkan kata terakhir. "Selamat tinggal."
Selamat tinggal... Apakah dia akan pergi?
Selamat tinggal... Apakah itu berarti bahwa kita tidak akan bertemu lagi?
Seakan ada sebuah tangan besar yang meremas jantung Ji Yi, dia tiba-tiba mengernyit kesakitan.
Ya, sudah saatnya mengucapkan kata perpisahan... Dia adalah seorang pria yang sudah menikah dan aku adalah janda dari kakaknya. Kami terpisah oleh jarak yang teramat jauh dan berliku. Jika saja kami tidak mabuk dan aku secara tak sadar tidak berbuat macam-macam terhadapnya, kejadian tadi malam tidak akan pernah terjadi...