Télécharger l’application
18.18% The Playboy's Baby [Sudah Terbit] / Chapter 6: Bab 6 - Pregnant

Chapitre 6: Bab 6 - Pregnant

Unedited

Single terbaru The Storm berhasil menduduki peringkat pertama dalam tangga lagu Indonesia. Jadwal mereka semakin padat karena banyak di undang ke dalam berbagai acara di stasiun televisi, radio, dan beberapa macam acara lainnya. Dan itu membuat Brandon sering bolak-balik ke luar kota.

Sekarang saja Brandon dan teman-temannya sedang berada di bandara. Mereka belum lama tiba dari Bandung. Sambil menunggu menejer mereka mengambil mobil, dengan malas Brandon memperhatikan orang yang sedang berlalu-lalang. Seperti biasa, Bandara Soetta tampak ramai dengan orang-orang yang akan berangkat, baru sampai, maupun yang sedang menunggu dan mengantar.

Sudah tiga bulan berlalu semenjak Brandon melihat wanita tersebut di supermarket. Kesibukannya membuat Brandon sudah tidak sesering lagi pergi ke supermarket itu.

Walaupun demikian, ketika dia memiliki waktu luang, Brandon akan secepat kilat tancap gas pergi ke sana. Siapa tahu saja dia melihat wanita itu lagi.

Single terbaru The Storm banyak menerima respon positif dari kalangan masyarakat. Para anak muda menyukainya. Dan hal itu membuat mereka banyak bertanya tentang siapa sosok wanita yang ada di balik lagu terbarunya itu.

Kalian pasti sudah tahu siapa wanita tersebut, bukan? Siapa lagi kalau bukan wanita berambut pendek itu. Wanita yang satu-satunya melarikan diri begitu selesai melakukan one-night-stand dengannya. Hah, ego Brandon sampai sekarang masih terluka karena perbuatan wanita itu. Dia bahkan sempat berpikir kalau performa-nya malam itu tidak memuaskan wanita tersebut sehingga menyebabkan wanita itu mencampakan-nya.

Kalau di pikir-pikir lagi, Brandon sebenarnya masih tidak habis pikir bagaimana bisa wanita tersebut tidak mengenalnya?

Mungkin dirinya terlalu sok kepedean atau percaya diri sampai menyimpulkan bahwa semua orang, tepatnya semua wanita sudah pasti mengenalnya. Salahkan wajah tampannya sampai membuat Brandon menjadi narsistik begini.

Ketidaktahuan wanita itu adalah satu tamparan keras di hidup Brandon.

"Woy, Brand" ucap Ferrel pelan melambaikan tangannya di wajah Brandon.

Panggilan Ferrel membuat Brandon tersadar dari lamunan-nya, "What?" jawabnya sedikit terlambat.

"Elo mau langsung balik ke apartement lo atau mau ke mana gitu?" tanya Ferrel sambil menenteng tas gitarnya. Perhatian Angga dan Daniel juga tertuju padanya.

"Gue mau langsung balik ke apartement. Capek gue. Pengen banget tidur" jelas Brandon sambil memijat pundaknya.

Ferrel mengangguk mengerti. Bukan cuma Brandon yang lelah, teman-temannya juga merasakan hal demikian. Hanya saja, jadwal Brandon lebih banyak dari mereka.

Jam tidur Brandon sangat terbatas. Jadwalnya yang padat tidak memungkinkan dia untuk memiliki jam tidur yang sehat. Tiga jam adalah waktu paling lama Brandon tidur dalam satu hari. Dan itu menyebabkan Brandon memiliki kantung mata hitam. Seperti panda.

Suara mas Bima, menejer mereka pun terdengar memanggil mereka. Berdiri tidak jauh dari tempat mereka duduk.

Begitu di dalam mobil, Brandon langsung menyandarkan tubuhnya di kursi. Dinginnya AC membuat Brandon yang lelah mulai mengantuk. Belum lima menit, dia pun sudah tertidur.

Kalau saja mas Bima tidak membangunkan-nya, Brandon pasti tidak tahu bahwa dia sudah sampai di depan gedung apartement-nya.

"Yang lain kemana?" tanya Brandon begitu menyadari bahwa kurang ada dia dan menejernya di dalam mobil.

Dia bahkan tidak sadar bahwa teman-temannya sudah lebih dulu turun daripada dirinya.

"Udah turun. Mereka nggak tega nge-bangunin elo, jadi gue anter mereka duluan"

Mendengar penjelasan manejernya, membuat Brandon tersenyum kecil. Teman-temannya itu ternyata memilih tidak membangunkannya. Padahal letak apartement Brandon paling dekat dengan bandara.

Brandon sangat menghargai perbuatan teman-temannya itu. Dia pun berterima kasih kepada menejernya karena sudah mengantarnya.

*********

Ketika Brandon membuka matanya, matahari mulai terbenam. Brandon duduk bersilah di kasurnya dan mulai meregangkan badannya.

Merasa haus, Brandon pun berjalan ke arah dapur. Dia meneguk segelas air putih kemudian membuat secangkir kopi.

Tubuhnya saat ini sangat membutuhkan kafein. Brandon itu maniak kopi. Otaknya tidak bisa bekerja jika dalam satu hari tidak mengkonsumsi kafein.

Dengan hanya memakai celana boxer tanpa menggunakan atasan apapun dan secangkir kopi di tangannya, Brandon berjalan ke arah balkoni apartmentnya.

Diangkatnya cangkir kopinya itu ke dekat hidung, lalu mulai mencium aromanya. Tubuh Brandon seketika merasa hidup.

Perlahan dia pun mulai menikmati kopinya itu sambil memperhatikan suasana kota Jakarta menjelang malam.

Tiba-tiba sosok wanita cantik berambut hitam pendek terbesit di kepalanya. Membuat suasana hati Brandon jadi berantakan. Dia mendesah lalu meletakan cangkir kopinya di atas meja.

Brandon pun menyisir rambutnya dengan jari-jarinya kemudian mulai menyalakan rokok-nya mencoba melupakan wanita itu.

Sejujurnya Brandon tidak mengerti dengan perasaannya. Terkadang, Brandon sangat ingin bertemu dengan wanita itu. Tetapi ada kalanya juga dia ingin melupakan wanita itu. Dan itu membuatnya bingung setengah mati.

Tidak berhasil dengan usahanya itu, Brandon memutuskan menonton filem. Rudy adalah pelihannya. Brandon sudah tidak ingat lagi berapa kali dia menonton filem ini. Yang pasti sudah lewat dari sepuluh kali. Dan dia tidak pernah merasa bosan.

Sean Astin sangat baik dalam memerankan karakternya sebagai Rudy. Sebagai pria, Brandon kagum dengan sosok Rudy. Walaupun orang lain menertawai mimpinya bahkan tidak mempercayainya, Rudy dengan kukuh berjuang meraih mimpinya itu.

Filem inilah yang mengantarkan Brandon sampai disini. Dia termotivasi begitu melihat Rudy berjuang keras mengejar mimpi.

Sementara asik menonton, mulut Brandon tiba-tiba ingin mengunyah sesuatu. Brandon pun berdiri dan berjalan ke dapur.

Begitu Brandon membuka kulkasnya, ternyata cemilannya sudah habis. Isi kulkasnya juga banyak dengan makanan yang sudah kadaluarsa. Dia menggaruk kepala, merasa kasihan dengan dirinya sendiri. Brandon pun mulai membersihkan isi kulkasnya dengan membuang makanan yang sudah kadaluarsa dan tidak bisa di makan lagi.

Berhubung hari ini Brandon tidak memiliki rencana, dia pun memutuskan untuk mengisi kulkasnya dengan berbelanja.

********

Brandon membawa mobilnya dengan mulus dan lihai. Tanpa Brandon sadari, dia sudah berada di parkiran supermarket tempat terakhir kali dia melihat wanita tersebut.

Sebenarnya, karena dulu terlalu sering datang ke supermarket ini, Brandon jadi terbiasa berbelanja kebutuhan sehari-harinya di sini.

Mengingat dirinya yang dulu dengan bodohnya menunggu wanita itu setiap hari, Brandon tersenyum miris.

"F*cking moron" umpatnya dalam hati.

Masih duduk di dalam mobilnya, dengan pandangan kosong Brandon mulai mengetuk-ngetukan jarinya di setir mobil.

Berada di tempat ini membuat Brandon berpikir. Mungkin ini saatnya dia melupakan wanita itu. Benar-benar melupakan. Dengan tekad bulat, Brandon pun memutuskan untuk menjadi dirinya yang dulu.

Brandon yang brengsek. Brandon yang hanya ingin bersenang-senang. Brandon yang hanya memikirkan musiknya.

"Elo bisa, Brand. Tanpa cewek itu pun elo gak bakalan mati. Masih banyak cewek di luar sana" ucap Brandon menyakinkan dirinya.

Sebelum keluar dari mobil, Brandon memeriksa kembali penampilannya. Dia mengambil topi baseball-nya di kursi belakang lalu memakainya. Kacamata hitam ray ban pun tidak lupa dipakainya.

Merasa puas dengan penampilannya, Brandon turun dari mobil. Dengan kedua tangan di letakan di kantung celananya, Brandon berjalan ke pintu depan supermarket.

Karena tidak memperhatikan apa yang ada di depan, Brandon bertabrakan dengan seseorang.

"Sorry" ucap orang yang bertabrakan dengannya.

Dia tahu suara itu. Dengan cepat Brandon mengangkat pandangan-nya.

"Elo" ucap Brandon kaget tanpa sadar.

Dia tidak percaya dengan penglihatannya saat ini.

"Giliran gue pengen ketemu, guenya nggak pernah ketemu. Eeh, sekarang giliran gue nggak mau lagi ngeliat ni cewek, ehh ni cewek malah nongol di depan gue. Maksudnya apa coba?" ucap Brandon dalam hati.

Tuhan sepertinya sedang mempermainkan dirinya, pikir Brandon.

Perut wanita tersebut menangkap perhatian Brandon. Tubuh-nya seketika membeku.

"Elo hamil?" tanya Brandon kaget tidak percaya.

"Elo hamil?" tanya Brandon sekali lagi masih menatap perut wanita tersebut.

Brandon sangat terpukul.

Dalam benak Brandon, dia sama sekali tidak menganggap anak yang ada di kandungan wanita di depannya ini adalah anaknya. Dia tidak mungkin lupa, dia ingat sekali ketika mereka melakukan hal itu, Brandon memakai pengaman.

Mengetahui wanita yang selama ini berada di pikirannya mengandung anak orang lain, Brandon marah.

Dia ingin memukul orang. Dia ingin sekali membunuh pria yang menghamili wanita ini.

*******


Load failed, please RETRY

État de l’alimentation hebdomadaire

Rank -- Classement Power Stone
Stone -- Power stone

Chapitres de déverrouillage par lots

Table des matières

Options d'affichage

Arrière-plan

Police

Taille

Commentaires sur les chapitres

Écrire un avis État de lecture: C6
Échec de la publication. Veuillez réessayer
  • Qualité de l’écriture
  • Stabilité des mises à jour
  • Développement de l’histoire
  • Conception des personnages
  • Contexte du monde

Le score total 0.0

Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
Votez avec Power Stone
Rank NO.-- Classement de puissance
Stone -- Pierre de Pouvoir
signaler du contenu inapproprié
Astuce d’erreur

Signaler un abus

Commentaires de paragraphe

Connectez-vous