Pangeran Thalal melihat Nizam dan segera menghampirinya serta memberinya hormat walaupun masih duduk dikursi roda. Nizam hanya menarik bibirnya ke atas seakan hendak mengatakan sesuatu tetapi ternyata tidak. Dia berdiri kaku di depan adiknya yang menatap keheranan. Kakaknya memakai pakaian kebesarannya sebagai putra mahkota dan memakai hiasan kepala yang menutupi rambutnya yang tebal dan coklat itu. Matanya keruh dan mukanya mengeras. Suasana dingin dan kelam seketika menyelimuti ruangan di istana Nizam.
Pangeran Thalal juga melihat bagaimana istrinya tampak lelah dan lesu. Mukanya sama muramnya dengan Nizam. Hanya Alena yang sedikit dapat mengendalikan suasana hatinya. Walaupun mukanya sembab seperti habis menangis tetapi matanya hanya menampakkan kesediahan yang mendala. Wajahnya tetap terlihat cantik bagaikan mentari yang muncul setelah hujan lebat.