Imran melotot melihat Nizam tertawa terbahak – bahak. Ia menjadi kesal mendengar tawa Nizam yang meremehkannya.
"Hidup hamba memang selalu lucu di mata Yang Mulia. Itulah sebabnya nasib hidup hamba tidak ubahnya lelucon" Kata Imran dengan sinis dan itu membuat Nizam langsung berhenti tertawa. Ia sesaat sadar kalau saat ini Imran sedang terluka dengan prasangka buruknya dan itu sangat berbahaya. Tindakannya kepada Zarina sudah membuktikan kalau Imran sedang gila.
'Maafkan Aku, Aku sungguh tidak mengira kalau Aku akan dikhinati orang terdekatku. Sehingga Aku menjadi ingin mentertawakan nasib sialku. Kau sudah menembak istri dari sahabatmu sendiri hanya demi seseorang yang tidak mengenalmu dan kau kenali.
Siapakah Pangeran Barry dibandingkan dengan kami yang selama ini selalu bersama – sama denganmu. Hidup mati bersama sungguh Kau begitu mudah berpindah haluan " Kata Nizam dengan nada lemah.