Suasana kelas tampak sepi. Mr. Robert tetap tenang menjelaskan tentang teori "Laissez Faire Capitalism". Teori tentang ekonomi pasar bebas, sebuah doktrin ekonomi yang tidak menginginkan adanya campur tangan pemerintah dalam perekonomian. Kepala Mr. Robert yang sedikit botak dengan kacamata tebal pas banget buat menggambarkan tipikal dosen-dosen pada umumnya.
Alena menguap, bosan banget. Para pria segera berlomba melirik ke arahnya. melihat gadis manis menguap jelas pemandangan yang lebih menarik dibanding dosen berkepala setengah botak di depan. Mata Alena yang bak bintang kejora itu berkerjap-kerjap mengusir kantuk. Bibirnya yang mungil merah ia gigit untuk menahan mulutnya menguap lagi. Tiba-tiba Alena terkesima ketika pintu diketuk dari luar dan setelah dipersilahkan masuk oleh Mr. Robert tampak sosok tubuh tinggi besar melangkah masuk lalu meminta maaf karena terlambat masuk serta menjelaskan alasan keterlambatannya.
Untungnya Mr. Robert adalah dosen yang penuh pengertian. ia mengizinkan pria itu masuk. Alena tergagap ketika pria itu duduk disampingnya. Bagaimana ia tidak tergagap karena pria itu adalah pria yang selalu ia impikan siang dan malam. Pria itu adalah Nizam. Sialnya pria itu duduk dengan wajah dingin dan duduk langsung tanpa melihat ke arahnya sedikitpun.
Alena melirik ke arah Nizam, pria tampan itu memakai kemeja tangan panjang warna biru muda dengan cardigan biru tua. celana jeans sepatu sneakers berhasil membuat pria tampan itu semakin menawan. Nizam bukanlah pria bule berkulit putih, bermata biru dan berambut pirang seperti Justin yang selalu mengejar-ngejar dia. Nizam seperti pria Latin atau pria-pria Yunani yang berkulit sedikit coklat berambut coklat dan mata yang bersinar tajam bagai mata elang mencari mangsa. Dari namanya Alena menebak ia berasal dari Timur Tengah. Ditambah lagi dengan agamanya yang Islam tambah meyakinkan Alena.
Entah misteri apa yang menyelimutinya sehingga ia begitu misterius. Ia jarang berbicara dengan teman-teman yang lain. Tetapi ia tetap ramah dengan saling bertegur sapa. Ia tipe mahasiswa kesayangan para dosen. ia cerdas, sopan, selalu mengerjakan tugas tepat waktu dan selalu memperoleh nilai tertinggi di setiap ujian. Hal ini juga yang menjadikan ia disegani oleh teman-teman yang lain.
Alena menahan nafas ketika tercium parfum lembut keluar dari Nizam. Harum citrus yang menyegarkan dan menenangkan bagi Alena membuat Alena tambah terbuai. Nizam tampak tenang dan ia tidak menyadari kalau gadis yang disampingnya dari tadi terus mendekatkan badannya. Mengendus-ngendus harum badannya. Sampai ketika ia memalingkan wajahnya dan ups.... wajahnya langsung berhadapan dengan wajah Alena. Alena terkejut wajahnya langsung memerah membuat ia seribu kali lebih cantik. Alena menggigit bibirnya sendiri ia teramat gugup dan malu ketahuan kalau ia mendekatkan wajahnya ke Nizam.
Nizam pun tak kalah kagetnya, refleks ia menarik wajahnya menjauh, terheran-heran dengan kelakuan Alena. "Excuse me, miss. I think you should keep your distance, do not too close to me" Katanya penuh penekanan. Alena langsung bagai ranting yang patah. wajah merahnya berubah menjadi pucat. Hatinya hancur.. matanya seketika berkaca-kaca.
Sementara itu Nizam sama sekali tidak menyadari bahwa ia telah menghancurkan hati gadis yang duduk disampingnya. Ia berpikir kalau Alena tidak sengaja telah terlalu dekat dengannya. Nizam kembali memperhatikan Mr. Robert menjelaskan.
Bagaimana bisa ada pria yang berkata seperti itu kepadanya. Para pria selalu mengejar Alena karena menginginkan cinta Alena. Ketika Pria lain sangat menginginkan berdekatan dengan dirinya. Nizam malah menyuruhnya untuk menjauh darinya.
Betapa menyakitkan perlakuan Nizam terhadap dirinya. Ia selalu menghindari agar tidak berdekatan dengan Nizam. Ia selalu menahan perasaannya karena Ia tahu bahwa Nizam tidak memperdulikannya. Alena hanya berani memandangnya dari kejauhan. Ia bagaikan burung yang menginginkan terbang ke bulan.
Wajah Alena yang cantik menjadi suram. Awan mendung menutupi keindahan matanya. Alena menggigit pulpennya dan mencoba berkonsentrasi memperhatikan penjelasan Mr. Robert. Walaupun Ia tidak memahami apa yang dijelaskannya tetapi Alena mencoba meyakinkan Nizam bahwa Ia sama sekali tidak terganggu dengan kata - kata Nizam.
Sampai perkuliahan berakhir Nizam tidak memperdulikannya. Ia keluar dari kelas dan tidak pernah melirik Alena lagi apalagi berpamitan.
Alena menahan air matanya, Ia membereskan bukunya dan segera pergi meninggalkan kelasnya. Cinta memang penuh dengan kesedihan dan penderitaan baginya.