Dengan kecaman Huang Yue Li mengenai "Tidak Menghormati Sang Kaisar", aura dari sang komandan pun mulai bertambah risau.
Biasanya, semua pelayan di Rumah Bangsawan Bela Diri Pemberani memperlakukan Nona Ketiga sebagai si bodoh yang dapat diinjak-injak oleh siapapun. Mereka telah melupakan kedudukannya, seorang tuan putri sejati yang seharusnya dihormati!
Sang komandan kehilangan kata-kata, tidak dapat menyangkal kata-katanya.
Namun perintah dari Tuan Rumah tetap harus dipenuhi.
Ia pun juga mungkin akan membuka topeng kemunafikannya. Tertawa dengan sinis, ia bertingkah angkuh di hadapan Huang Yue Li.
"Nona Muda Ketiga, jangan coba-coba meyakinkanku! Kau pikir dengan memiliki kedudukan akan membuatmu menjadi Tuan Putri yang pantas dihormati? Kenapa kau tidak pergi untuk buang air kecil saja? Bahkan tidak melihat kepada dirimu sendiri, hanyalah sebuah sampah. Apa yang dapat kamu lakukan dengan kedudukanmu? Kau bahkan tidak dapat menyaingi kami para penjaga! Malah kau berani melawan perintah dari Tuan Rumah? Menolak sebuah perayaan dan dipaksa untuk meminumnya. Jangan menuduhku jika aku bertindak keras!"
Menyelesaikan omongannya, dengan secepat kilat komandan itu melesat ke arah Huang Yue Li.
Menurut perkiraannya, Nona Ketiga ini hanyalah sampah hati ayam. Sekalinya ia melihat serangan yang agresif, ia tidak akan sanggup untuk mengendalikan dirinya dan mulai buang air kecil.
"Nona Muda Ketiga-----!"
Dengan khawatir, Cai Wei pun memekik.
Sebaliknya, Huang Yue Li tetap tenang. Bahkan tampak di tatapannya senyuman menyeringai.
Telah melesat ke arahnya, komandan itu merasakan kepalanya berdenyut saat ia mendekatinya. Sesaat kemudian, ia merasa pikirannya kosong.
Setelah itu ia merasakan rasa sakit yang akut dari dalam dadanya. Suara tulang rusuk yang patah seperti menggema dalam telinganya. Tanpa kendalinya, tubuhnya melayang ke belakang dan mendarat dengan keras di tanah.
Karena yang terlempar adalah pemimpin dari para penjaga itu, maka yang lainnya hanya bisa memandangi Huang Yue Li dengan sangat terkejut.
Gerakan yang barusan itu, mereka akhirnya melihat dengan jelas.
Baru saja, satu pukulan dari Huang Yue Li menghempaskan komandan mereka.
Gerakan pukulannya tidak terlalu cepat, tapi entah bagaimana komandan itu tidak bisa menghindarinya. Seperti seolah-olah ia rela menerima pukulan itu.
Tangan Huang Yue Li tampak lembut dan pucat; bahkan tampak sangat rapuh sampai-sampai seperti tidak sanggup memegang pisau sayur. Apalagi menghempaskan orang, dan terbanting ke tanah.
Ini ini ini … apakah mereka mimpi?
Mengibaskan debu di tangannya, Huang Yue Li tampak berseri-seri: "Sang komandan, anda benar-benar tidak sopan. Datang sebagai tamu, namun kau malah berbaring di wilayah milik orang lain dengan santainya, dan menolak untuk berdiri. Tsk tsk, benar-benar orang Rumah Bangsawan. Apakah anda tidak mengerti dasar sopan santun?"
Dengan senyuman yang polos dan lugu. Bagaikan seorang anak perempuan dari sebuah keluarga terhormat yang belum pernah melihat jahatnya dunia luar.
Sesungguhnya, tanpa kekuatan Qi Mendalam sedikitpun Huang Yue Li tidak punya kekuatan yang cukup untuk menghempasnya. Ia bergantung pada kemampuannya untuk membalikkan kekuatan lawannya.
Sayangnya kemampuan komandan itu tidak cukup tinggi untuk mengerti keahlian tersebut.
Ketika Huang Yue Li mengucapkan kata-kata itu, Sang komandan pun pelan-pelan mulai tersadar. Ketika ia mendengar perkataannya, ia hampir muntah darah oleh karena amarah.
Ia berteriak: "Kau … berani-beraninya kau? Aku adalah orang yang dikirim oleh Tuan Rumah!"
Mengedipkan matanya, Huang Yue Li cukup bingung, "Tuan Monyet apa, Tuan Ayam? Ini masih wilayah kediaman Tuan Putri. Tidak satupun Dick, Tom atau Harry bisa masuk seenaknya. Jika kalian rela memperbudak diri kalian untuk si Tuan Monyet, aku tidak bisa berkata apa-apa. Meskipun, aku masih manusia, hanya saja berbeda kelas dengan kalian semua."
(TLN: Hou Ye (Tuan Rumah) dan Hou Ye (Tuan Monyet) memiliki penulisan yang sama tapi berbeda pengucapannya, Huang Yue Li mengatakannya dengan maksud merendahkannya Sang Kaisar ke tingkat binatang).
Begitu marahnya sang komandan. Dengan geram ia menggertakkan giginya dan berkata: "Kau … kau … kalian semua pergi! Tangkap perempuan itu dan pelayannya!"
Para penjaga itu saling pandang satu sama lain, tidak ada satupun dari mereka berani melangkah.
Nona Muda Ketiga terlalu jahat.