"bos, bos harus tau apa yang dilakukan nona clara, hari ini dia mengunci saya di ruang kepala dan mengancam akan memecat saya dan pegawai lain jika tidak menuruti perintahnya, sekarang nona malah minta bekerja di bagian resepsionis dan telah mengusir dua tamu" kepalaku terasa cenat-cenut mendengar suara estelle dari telp, belum ada sehari aku meninggalkan clara di sana dan dia sudah berbuat kacau begini.
"diam, kamu turuti aja apa yang dia mau dan jangan hubungi saya lagi sampai pekerjaan saya di sini selesai, atau kamu benar-benar saya pecat, ngerti?! ngurus cewek gitu aja gak becus!" balasku dan langsung menutup telpon. rasanya benar-benar kesal, sedang sibuk-sibuknya tapi diganggu dengan masalah yang diperbuat clara, gadis itu.... tidak bisakah sehari saja tidak membuatku kesal?
"dave aroyan, tidak menyangka kita akan ketemu disini" aku membalik badanku dan mendapati sekelompok laki-laki berpakaian rapi, satu yang terdepan, andhika permana, anak tertua kelompok naga ketujuh, salah satu kelompok mafia terbesar di negara ini. hubunganku dengannya kurang begitu baik karena beberapa kejadian yang tak senggaja terjadi, yang dibelakangnya hanya bawahannya yang tidak terlalu penting.
"andhika, lama gak ketemu, ada keperluan apa disini?" tanyaku basa-basi.
"mungkin anda belum tau, tapi hotel ini salah satu aset keluarga saya" jawab andhika tanpa menunjukan rasa bangga, baginya hotel bintang lima seperti ini hanyalah sesuatu yang kecil. banyak ladang uang yang mereka kuasai, hotel hanya salah satu dari aset 'terlihat' mereka, sebagian besar ladang uang mereka berupa bisnis gelap seperti tambang emas ilegal dan penggelapan dana.
"saya baru tahu kalau keluarga anda mempunyai bisnis perhotelan seperti ini, saya kira bisnis anda hanya menjual 'obat herbal' untuk orang-orang kecil seperti pegawai saya" jawabku santai. andhika memasang senyum yang seolah-olah berkata 'lo mau omong apa misuh gue gak peduli'
"yah.... saya minta maaf untuk kejadian yang tidak diinginkan kapan itu. saya tidak mengira jika costumer saya adalah pegawai anda yang tentunya bersih dari hal-hal seperti itu" sialan, aku merasa tersindir, tapi aku harus tenang, tidak boleh terprovokasi sedikitpun atau semua usahaku akan sia-sia.
"iya, anda benar, sebisa mungkin saya menghindar dari hal seperti itu, akan buruk bagi pebisnis seperti saya jika sampai terlibat hal seperti itu" jawabku.
"saya paham dengan itu. sebagai permintaan maaf saya, saya akan meminta orang saya menyiapkan fasilitas terbaik untuk anda, saya harap anda dapat menikmatinya, permisi" sebelum dia benar-benar pergi, dia berhenti disampingku dan berbisik.
"oh ya, saya mendengar akan ada pertemuan orang-orang gelap disini, bukan kelompok besar sih, hanya kelompok kecil yang tidak berarti, saya harap anda tetap tenang di kamar anda dan tidak terlibat dengan kelompok tersebut demi citra anda" bisiknya lalu berlalu. sialan, sepertinya dia sudah tau siapa aku sebenarnya. yah.... mau bagaimana lagi, membuat masalah dengan kelompok sebesar itu, mana mungkin mereka membiarkanku begitu saja? sudah pasti mereka menyelidiku dan orang-orang di sekitarku dengan detail sampai tau siapa aku. bukan sesuatu yang terlalu bagus. selama ini, aku jarang bahkan hampir tidak pernah muncul secara langsung dalam urusan yang berhubungan dengan kelompok gelap lain. biasanya aku menyuruh anak buah yang bisa kuandalkan untuk mewakiliku, aku hanya tinggal mengarahkannya untuk berbicara apa dengan alat komunikasi atau jika terpaksanya aku harus keluar aku menyamar dan seandainya ada yang tau identitasku aku tinggal membungkam mulutnya dengan segala macam cara, termasuk membunuhnya jika perlu, ya, hanya jika perlu. maka dari itu aku lebih dikenal sebagai pebisnis muda yang sukses daripada ketua kelompok mafia 'kecil'. tapi untuk kali ini aku tidak mungkin menyuruh andhika untuk tutup mulut apalagi sampai membunuhnya, yang ada dalam semalam kelompokku akan terhapus dari dunia gelap.
aku berjalan menuju kamar yang sudah dipesankan oleh andhika. tidak tanggung-tanggung, dia memberiku kamar yang hanya bisa diakses oleh orang dalam saja yang fasilitasnya tidak bisa dibandingkan dengan kamar manapun di hotel ini. benar-benar cocok untuk liburan, masalahnya sekarang aku tidak sedang berlibur, aku sedang bekerja. sial! gara-gara kamar ini aku tidak bisa bergerak bebas, pastinya andhika sialan itu mengawasiku dan melakukan penjagaan di luar kamar. kalau begini bagaimana bisa aku melakukan pertemuan dengan elite di kelompokku?
"go, atur pertemuan gue di tempat lain. tapi jangan ubah jadwal gue disini,.... hotel ini milik andhika sialan itu! lo kalo mau nyari hotel lain kali jangan asal milih aja, cari tau siapa orang yang punya,.... ya biar dia gak curiga,.... gue gak mau tau, besok sore kalo gak malem, lo harus udah atur,.... ok"
"Argh.... sialan" umpatku, kuhempaskan diriku di ranjang. kesal dengan diriku sendiri. betapa pengecutnya aku, aku selalu tidak berani, bukan, tepatnya tidak bisa menunjukan siapa diriku sebenarnya. sebenarnya bukanlah suatu yang terlalu buruk jika aku sampai ketahuan. asalkan aku tidak membuat masalah dengan kelompok besar, semua aman dan jika sesuatu sampai terjadi dan nyawaku terancam aku juga tidak terlalu peduli. itu jika aku benar-benar hidup sendiri di dunia ini, masalahnya ada orang-orang yang harus kulindungi, bukan kemungkinan kecil jika aku dalam bahaya orang-orang itu juga, dan aku tidak ingin itu terjadi. terlebih aku masih punya dendam yang belum kutuntaskan, selama aku hidup aku takan melepaskan dendam ini, apapun yang terjadi.
sialan, aku jadi ingat orang itu, kapan terakhir aku bertemu dengannya? apa dia baik-baik saja, atau sudah tidak da lagi? apa dia membenciku? atau masih mancintaiku seperti dulu setelah sekian lama aku meninggalkannya?