per mia figlia resto, aku pernah mendengar nama ini beberapa kali tapi baru kali ini aku menyempatkan diri kesini karena acara kantor, bukan acara besar, hanya perayaan telah memenangkan sebuah perusahaan dan peningkatan produktivitas di pabrik, bukan suatu yang besar, sangat membosankan. kupikir tadinya mendapatkan ocean corp akan cukup memuaskanku, tapi ternyata tidak, aku butuh lebih banyak lagi, kekuasaanku tidak cukup segini saja, kalau perlu satu negara akan kukuasai demi kepuasanku.
"sendiri aja lo bro?" seru seseorang, aku menoleh ke sumber suara, tampak seorang laki-laki setengah bule dengan rambut panjang sebahu dengan kacamata bertengger dihidung nya, disampingnya bergelayut seorang wanita dewasa dengan pakaian modis yang lumayan terbuka. cih, perempuan murahan, mau-maunya melucuti harga diri hanya untuk sepeser rupiah, dan si diego, kenapa kebiasaannya gak pernah berubah setelah setengah tahun tidak bertemu.
"ngapain lo kesini?" tanyaku.
"ya buat rayain keberhasilan lo bro, gue kan sobat lo, masa lo tega gak ngundang gue" ujarnya.
"buat apa gue ngundang lo, tanpa gue undang lo juga pasti nongol sendiri, walaupun itu gak gue harapin" kataku.
"terserah deh lo mau omong apa, mau bareng masuk?" tawar diego.
"duluan deh lo" kataku lalu mengeluarkan bungkus rokok, diego melambai dan berlalu sementara aku mulai menghisap rokok ku karena nanti di dalam ampasti aku takan bisa melakukannya. kenapa aku mendadak peduli dengan peraturan bodoh itu? ah, siapa yang peduli, ini hidupku, terserah bagaimana aku menjalaninya.
setelah puas merokok aku berniat nemasuki restoran. belum juga sampai di pinu masuk....
bruk! seseorang menabrakku dengan keras, tidak menyebabkanku jatuh, sebaliknya, orang yang menabrakku yang jatuh, atau lebih tepatnya seorang gadis, seusia sma mungkin dengan pakaian yang terlalu santai untuk ke restoran seperti ini. gadis itu mengaduh kesakitan.
"....bego" gumamnya
"ehm" aku berdehem, gadis itu mendongak dan buru-buru bangun dia menunduk.
"em... maaf om, yang saya maksud bego bukan om, tapi saya sendiri, dan juga maaf, saya gak sengaja nabrak om" katanya.
"udah itu aja?" kataku datar.
"ya emang om maunya gimana? saya disuruh ganti rugi? enak aja, om jatuh aja enggak, luka apalagi, baju juga gak kotor, saya harus ngapain?" tanyanya.
"berlutut dan minta maaf" kataku asal. dia membelalakan matanya, wajahnya merah.
"heh om, mentang-mentang om orang kaya om bisa berbuat seenaknya, om kira saya apa sampe harus berlutut cuma buat minta maaf, sorry om, saya gak mau, terserah deh om mau maafian saya apa gak, yang penting tadi saya udah minta maaf, permisi" gadis itu pergi begitu saja, aku tidak terlalu peduli dan kembali berjalan. kerika memasuki retoran mendadak mataku terbuka lebar dan otakku mulai berputar, aku menyunggingkan senyum. aku harus mendapatkan restoran ini.