Suasana kantin di jam istirahat pertama memang selalu ramai. Seakan semua siswa menumpuk menjadi satu untuk makan siomay dan minum es atau hanya sekadar ngobrol dengan teman. Tak mau kalah, Arka dan sahabat-sahabatnya pun ikut andil dalam meramaikan kantin.
"Eh bro, lupa gue mau cerita. Kemarin di kelas gue ada anak baru namanya Lyta. Dia pindahan dari Surabaya," ucap Ken.
"Terus?" Tanya Arka malas.
"Dia cantik banget sumpah. Muka-muka bidadari gitu, adem banget apalagi pas senyum behhh,, gak nahan pokoknya," cerita Ken dengan menggebu-gebu.
"Alah, lo mah Nurani aja dibilang cantik juga kan kemarin," ucap Aruna santai sambal mencomot satu gorengan.
"Yaelah, gue kan kemarin-kemarin khilaf pas bilang gitu, Run. Lo mah masih aja diingat-ingat," balas Ken dengan mulut yang dimanyun-manyunkan.
"Kondisikan muka lo, Ken. Jijik gue lihatnya." ucap Arka.
"Yah, Ka Arka kok gitu," balas Ken dengan muka yang semakin amit-amit sambil memeluk lengan Arka mesra.
"Ken!!" ucap Arka geram.
"Iya-iya, maaf." Ken segera menarik tangannya dari lengan Arka sebelum yang punya lengan keluar taring.
"Eh bro, lihat tuh. Dia yang gue ceritain tadi, yang anak pindahan itu. Cantik parah euy," kata Ken tiba-tiba sambil melihat ke arah seseorang yang baru saja memasuki kantin.
"Bener Ken, kali ini penglihatan lo nggak salah, ckck." ucap Aruna.
Arka hanya mendengus pelan melihat kelakuan dua sohibnya ini. Sudah menjadi pemandangan biasa ia melihat dua orang itu menatap dengan pandangan memuja kepada perempuan cantik. Ck, nggak bisa lihat yang bening dikit emang.
"Kedipkan mata kalian," sarkas Arka
Spontan keduanya yang masih terpesona menoleh ke arah Arka dengan kesal.
"Sirik banget sih lo. Eh Ka, gimana menurut lo?" tanya Ken sebelum melahap baksonya.
"Apanya?" tanya Arka polos
"Itu si Lyta. Menurut lo gimana?"
"Biasa aja," jawab Arka datar
"Hahh?! Lo kelainan? cewek bening gitu sholehah pula dibilang biasa aja. Selera lo gimana sih," berondong Aruna yang hampir saja menyemburkan es teh yang sedang diminumnya. Pasalnya ia belum pernah mendengar seorang Arka menaruh hati pada seorang wanita. Ia jadi curiga, jangan-jangan ...
"Lo gay ya?" tanya Aruna dengan tampang watadosnya
Tak ada jawaban yang keluar dari mulut Arka. Hanya sebuah toyoran dan tatapan tajam yang dilayangkan Arka kepada Aruna.
"Hehehe, ya maaf. Abis kan belum ada sejarah seorang Arka Daniswara mempunyai hubungan spesial dengan makhluk hidup yang berjenis kelamin perempuan. Jadi wajar dong kalau gue mengira lo gay."
Pembicaraan mereka terhenti ketika melihat orang yang mereka bicarakan tadi melewati meja mereka. Ken yang sangat terpesona hingga lupa untuk sekadar bernapas dan Aruna hanya bisa melongo melihat Lyta dari dekat walaupun gadis itu menundukkan kepalanya. Hanya Arka yang seakan tidak peduli pada gadis yang kemarin menabraknya itu. Setelah Lyta keluar dari kantin, baru mereka tersadar.
"Gila, saking terpesonanya gue sampe lupa nafas," ucap Ken sambil menghirup udara rakus.
Arka hanya geleng-geleng kepala melihat segala tingkah dua orang itu yang sialnya adalah sahabatnya. Ia jadi heran mengapa bisa bersahabat dengan mereka yang otaknya kadang kurang setengah.
*****
Earlyta POV
"Lyta, kantin yuk," ajak Arisha.
"Iya, ayo," jawab ku dengan seulas senyum.
Sepanjang perjalanan menuju kantin banyak tatapan-tatapan apalagi dari siswa laki-laki yang sebenarnya membuatku risih. Terlebih saat tiba di kantin yang ramainya masyaallah. Mungkin mereka asing dengan wajah ku, ya iyalah Lyta kau kan anak baru.
"Ta, lo dilihatin tuh sama Ken dan Aruna," goda Arisha padaku yang hanya ku balas dengan senyuman. Aku melihat ke arah yang dimaksud Arisha dan ternyata di sana juga duduk si muka tembok yang tidak sengaja ku tabrak kemarin. Tidak sengaja mata kami bertemu, namun segera aku alihkan pandangan ke arah lain. Astaghfirullah,, kenapa ketemu lagi sih.
Setelah aku dan Arisha selesai membeli camilan, kami pun berniat kembali ke kelas. Namun sialnya, pintu keluar kantin ini harus melewati meja si muka tembok. Alhasil aku hanya bisa menundukkan kepalaku dan berjalan keluar kantin. Fiuhh. Ternyata pertemuanku dengan si muka tembok kemarin harus berlanjut di kantin hari ini.
Sesampainya di rumah, segera ku rebahkan tubuhku yang terasa sangat pegal ke kasur kesayanganku. Baru dua hari sekolah tapi sudah sangat melelahkan, ehm tapi menyenangkan sih. Batinku seraya tersenyum. Akibat rasa lelah yang tak tertahan, aku mulai terserang kantuk dan dalam beberapa menit sudah berhasil mengarungi pulau impian. Sebelumnya aku sudah menyetel alarm supaya tidak telat untuk sholat Ashar. Kalau sampai terlambat, Bunda pasti akan langsung ngomel panjang lebar.