24 September 1274 AG - 01:30 Am
Kota Tigris - Tidak Jauh dari Distrik Merah
—————
Simian melirik satu-persatu dari belasan orang yang mengepungnya. Dia juga melihat belasan lainnya berdiri di atap rumah membawa crossbow. Tanpa sadar Simian menempelkan punggungnya ke badan Mascara untuk melindungi gadis itu jika terjadi serangan panah.
Dia menatap tajam satu-satunya perempuan dari mereka yang menghampirinya sambil bertepuk tangan.
"Inikah si gadis berwajah dingin dan pria berambut api? Mengagumkan sekali." Perempuan itu bicara dengan wajah angkuh. Dia membuka kain penutup dadanya sendiri dan berkata, "Kalian mencari lambang ini?"
Simian merasa kecolongan. Dia tidak menyangka anggota New Age Order itu ternyata bukan anggota Celeste, melainkan wanita penghibur yang bersama mereka. Simian diam saja ketika perempuan yang nampaknya awal 30-an itu meraih dagunya.
"Kamu mengenaliku, Bocah tampan?" Perempuan itu berbisik ke telinganya dengan suara agak mendesah. "Kamu bahkan lupa aku ini masih kekasihmu."
Simian tidak mempedulikannya. Kalaupun anggota New Age Order itu kekasihnya, dia malas mencari tahu kekasih yang nomor berapa perempuan itu. Pria itu tidak bergeming karena satu gerakan gegabah bisa memicu hujan panah. Simian mengamati ekspresi para penyerangnya. Dari wajah-wajah mereka, dia menerka-nerka apakah perempuan itu betul-betul pemimpinnya. Pria itu mengurungkan niatnya menyandera karena ekspresi pengepungnya masih sulit dia baca.
Simian menikmati saja saat perempuan itu mengangkat dagunya dan melumat bibir.
"Rasanya masih sama, Sayang. Kamu tahu aku selalu bergairah setiap kali kau mencium bibirku? Kamu tahu sekesal apa aku tak pernah kau sentuh?"
Simian masih terdiam ketika perempuan itu meraih tangannya dan menuntunnya ke gundukan dada yang sudah terbuka.
"Apa ini dada pertama untuk perjaka sepertimu? Kamu tidak penasaran seperti apa rasanya?"
"Jauhkan tanganmu, Pelacur!" Mascara meradang. Tapi dia langsung diam ketika sebuah anak panah menancap tepat di sela-sela kakinya.
"Oopss, panah selanjutnya tidak mungkin meleset, Nona Mascara. Jangan remehkan anak buahku." Perempuan itu mengancam. "Kamu cemburu?"
Mascara semakin terusik ketika perempuan itu meraba bagian depan celana Simian. Pria itu mengayunkan tangannya perlahan agar kakak perempuannya tidak gegabah.
Simian memang terpojok. Tapi dia merasa beruntung lawannya kali ini adalah jenis-jenis orang yang lebih banyak bicara daripada mengambil tindakan. Dia memanfaatkan kecerobohan perempuan itu untuk menganalisa sekelilingnya.
Sesekali pula Simian menggerakkan tangannya di dada itu karena betul-betul penasaran seperti apa rasanya.
"New Age Order sudah lama memantaumu, Simian. Aku rela menyamar jadi petualang rendahan demi bisa mengawasimu lebih dekat. Tapi siapa sangka aku bergairah sungguhan? Aku bahkan menggunakan nama asliku saat berkenalan denganmu, Tampan."
Simian mengernyitkan dahinya. Dia masih kesulitan mengingat siapa perempuan itu meski hanya beberapa saja kekasihnya yang seusia ibu-ibu. Dia hanya melirik sekilas sebelum mengamati lagi titik lemah formasi lawan.
Ada 18 orang petarung jarak dekat yang nampaknya setara petualang rank-B. Di atas atap juga ada 15 arbalist² (pemanah crossbow) yang Simian hitung berulang-ulang, karena dia yakin masih ada beberapa orang lain yang belum dia ketahui posisinya.
Simian merasa mendapat celah ketika melihat perubahan ekspresi para pengepung. Mereka bergelagat tidak sabaran karena perempuan itu masih saja merayu dirinya.
"Nona Livina, kesampingkan urusan pribadi anda!" tegur salah seorang anak buah menyebut nama perempuan itu.
"Kalian takut melawan dua orang? Kalian cemburu sama bocah ini? Jangan ganggu kesenanganku!"
Simian tersentak setelah tahu nama perempuan itu. Pria itu melirik Mascara yang juga terbelalak karena perempuan itu jauh berbeda dari penampilan biasanya. Simian semakin terkejut ketika Livina tiba-tiba memasukan jemari ke celananya dan meremas bagian yang belum pernah tersentuh.
"Kalau kau ingin kakak perempuanmu hidup lebih lama, layani aku malam ini."
Simian tidak punya pilihan. "Baiklah," jawabnya mulai bersuara. Dia langsung mencium leher perempuan cantik itu dan meremas lagi dadanya. Dan di saat dia mendengar suara desahan, pria itu mendorong badan Livina dan berkata, "Sekarang!"
Mascara bergerak cepat di saat para pemanah crossbow kehilangan konsentrasi. Percikan darah terciprat di celana Simian ketika Mascara mengayunkan pisaunya ke tangan seseorang. Andaikata Livina tidak cepat-cepat menarik tangannya, pisau itu pasti sudah memotongnya. Perempuan itu murka dan memberi tanda ke para arbalist untuk menarik pelatuk mereka.
Simian melompat ke belakang sejauh mungkin. Mascara menabrak perempuan New Age Order itu dan menjadikannya tameng dari serangan crossbow. Panah pun bertebaran tidak lama setelah Simian meraih pedangnya.
"Kolero ...."
Simian komat-kamitkan mantra dan mengeluarkan skill dasar elemen api. Skill itu melipat-gandakan kelicahannya sehingga dia bisa membaca jalur serangan panah. Pria itu berlari cepat dan mengayunkan pedang panjangnya ke tubuh lawan yang paling dekat. Claymore itu bukan hanya lebih panjang dari pedang kebanyakan. Pedang itu juga tiga kali lebih berat karena terbuat dari crimson platinum. Tebasan pedang itu sangat bertenaga sehingga badan Simian ikut terlempar karena ayunannya.
Si lawan berusaha menangkis serangan itu dengan pedangnya. Tapi itu adalah kesalahan fatal karena daya tebas pedang Simian jauh lebih kuat dari palu tempur sekalipun. Petarung itu terbelalak ketika pedangnya terdorong ke belakang dan membelah wajahnya sendiri.
Satu korban terkapar. Simian berpikir cepat saat badannya masih di udara karena terbawa ayunan pedangnya. Dia memanfaatkan sisa ayunan itu untuk melepaskan tendangan ke pelipis mangsa kedua.
Lawan itu sempoyongan. Simian tidak membuang kesempatan dan mengayunkan pedangnya ke punggung seseorang yang hampir terjatuh.
CLANKK!!! KRAKKK!!!