Setelah pelajaran selesai Aileen, Reyna dan Mikha keluar dari dalam kelas dan Daniel yang mengawasi mereka dari belakang sebelum kemudian menghampiri Reyna dan Mikha. Mikha yang melihat Daniel menghampirinya tersenyum kepadanya.
"Daniel! Sini! kamu gak mau ikut makan di cafe?"
Mendengar Mikha memanggilnya Daniel langsung menghampirinya dan menyandarkan kepalanya di pundak Mikha. Reyna hanya tertawa kecil melihat kelakuan Daniel sementara Aileen kaget melihat Mikha tidak memukul rekan kerjanya ini.
"Aku ngantuk, mau tidur."
"Ih kamu ini, jangan tidur di sini kayak anak kecil aja kamu."
"Biarin."
Mereka mulai bertengkar seperti pasangan kekasih. Reyna merasa bersyukur Aileen sudah kembali kuliah. Dia merasa seperti lalat di antara mereka berdua saat Aileen tidak ada sementara Aileen merasa bersalah pada Reyna karena meninggalkannya bersama Mikha dan Daniel. Ia tidak tahu Daniel yang harusnya melindungi Mikha dan Reyna secara diam-diam malah bersikap terbuka seperti ini pada Mikha.
"Oh lupa, Aileen kenalin ini Daniel."
Perkataan Mikha tidak di balas oleh Aileen gadis itu hanya menatap Daniel dengan wajah datarnya seperti biasanya. Daniel yang mendengar Mikha mengenalkannya pada Aileen balas menatap Aileen dengan tatapan datar.
"Kita ketemu lagi bu pemilik."
Aileen tidak tahu apakah itu semacam candaan atau bukan karena wajah Daniel yang tampak datar tanpa ekspresi di wajahnya tapi kemudian dia menjawab.
"Hei lagi juga burung hantu~ berapa kali aku bilang kalau aku bukan ibumu hah?"
Sapa Aileen yang terdengar aneh membuat Reyna menatapnya dengan wajah penasaran. Kenapa Aileen memanggilnya burung hantu?
"Lho kalian udah saling kenal?"
Tanya Reyna di balas anggukan oleh Aileen dan Daniel.
"Dia tinggal di gedung apartemenku. Dia kerja malem-malem jadi siang-siang dia tidur. Hei Daniel kamu gak ngasih laporan selama beberapa hari bos kamu kesel tuh."
Mikha tidak aneh Aileen tahu siapa bos Daniel karena Aksa sudah pasti adalah bosnya. Aileen pasti tahu pekerjaan Daniel sebenarnya bagaimana atau mungkin ada rahasia besar yang Aileen dan Aksa sembunyikan di gedung itu. Tapi meski Mikha ingin tahu ia tidak bisa bertanya, lagipula seperti yang Daniel katakan kepadanya sebelum ini dia tidak boleh terlibat lebih jauh lagi. Karena dia juga sudah pasti tidak akan pernah bisa punya kehidupan normal setelah ini. Sementara itu Daniel yang mendengar perkataan Aileen tampak kembali ke dalam mode kerjanya.
"Aku sibuk dan gak sempet lapor secara langsung, orang bodoh itu masih gak mau menyerah."
Keluhan Daniel membuat Aileen menghela nafas kembali. Mahesa ternyata masih belum menyerah. Dia mungkin belum tahu kalau Henry sedang sekarat dan di rawat di fasilitas khusus karena kebodohannya sendiri dan masih belum di tanyai. Daniel sudah pasti jadi harus menempel terus pada Mikha selama dua puluh empat jam sehari yang berarti Daniel tidak bisa melapor ke markas. Tapi ia penasaran separah apa Mahesa mencari kesempatan untuk membunuh Mikha hingga Daniel terlihat kesulit untuk istirahat dan tidak bisa meninggalkan Mikha sendiri?. Aileen hanya menepuk pundak Daniel tanda kalau ia sangat mengerti penderitaannya. Iapun beralih menatap kedua temannya dan berkata
"Aku mau ke toilet dulu sebentar mending kalian duluan aja ke Cafe."
"Eh, gak apa-apa kita duluan?"
Reyna merasa tidak yakin meninggalkan Aileen sendirian apalagi dia juga sedang terluka. Selain itu setelah mendengar perkataan Daniel beberapa waktu lalu Reyna tahu kalau kampus bukan area yang aman lagi sekarang. Aileen tampak mengangguk kepadanya dan menjawab.
"Iya gak apa-apa, lagian aku kan bukan anak kecil lagi. Kalian duluan aja ke cafe, Riku, Melissa, sama Melody lagi di sana sama Rei. Mereka pasti bakal seneng ketemu kalian."
Mengingat ketiga anak Aileen yang juga sedang berada di area Cafe Reyna dan Mikha tentu ingin segera pergi ke tempat di mana anak-anak itu berada. Apalagi mereka memang jarang bertemu dengan anak-anak itu karena kesibukan masing-masing.
"Yaudah kalau gitu, kita duluan ya?"
Ujar Mikha yang tampak berjalan lebih dulu bersama Reyna. Daniel geleng-geleng kepala melihat kelakuan keduanya itu, iapun beralih kembali menatap Aileen dan berkata.
"Dia ada di sekitar sini, kamu harus hati-hati."
Mengetahui siapa 'dia' yang Daniel maksud Aileen mengangguk.
"Aku tahu, jaga temen-temen aku.."
Daniel tampak membalas anggukannya dan pergi menyusul Reyna dan Mikha ke Cafe sementara Aileen berjalan menyusuri lorong iapun mengecek handphonenya dan mencari keberadaan Mahesa lewat gps nya. Ia menemukan laki-laki itu berada tepat tidak jauh darinya. Apa yang dia mau? Aileen tidak memperdulikannya dan berjalan ke kamar mandi untuk meminum obatnya seperti biasa. Setelah dia meminum obatnya dan keluar dari kamar mandi untuk pergi menyusul teman-temannya namun Mahesa tampak sudah berada di depan kamar mandi. Aileen menatapnya dengan tatapan kesal. Ia tidak tahu apa yang di rencanakan mahesa tapi dia memutuskan untuk menghadapinya.
"Apa yang kamu mau Mahesa?"
"Gak ada, aku juga mau ketoilet tapi toiletnya di pake."
Jawabnya. Perempuan itu bisa mendengar suara Air dari dalam kamar mandi pria namun dia tidak merasa kalau Mahesa berkata jujur. Mengingat kalau Mahesa benar-benar mau ketoilet dia bisa menunggu di dalam karena toilet di bagi tiga dan saat masuk yang pertama kali di lihat adalah wastafel. Dia bisa menunggu di dalam dan untuk apa juga dia menunggu di luar?
Kamar mandi ini adalah kamar mandi yang paling jarang di pakai oleh para mahasiswa karena letaknya jauh dari kelas bahkan ada rumor kalau ada roh gentayangan di kedua kamar mandi ini tapi tentu rumor hanya rumor. Tidak ada hantu di kamar mandi yang ada adalah para mahasiswa dan mahasiswi nakal yang menggunakannya untuk merokok, minum alkohol atau bahkan melakukan hubungan seks. Tapi semenjak Aileen masuk ke universitas itu semuakelakuan kotor para mahasiswa dan mahasiswi dia hentikan. Dia menghajar semua pria yang mabuk dan yang melakukan hubungan seks dia tarik keluar dari kamar mandi dan langsung dia laporkan ke yang bertanggung jawab. Pada akhirnya paramahasiswa dan mahasiswi yang membuat resah tersebut satu persatu di keluarkandari kampus dan akhirnya kamar mandi itu bisa di gunakan kembali oleh paramahasiswa dan mahasiswi di sana.
Tapi tetap saja jarang ada orang yang datang ke kamar mandi itu hanya Aileen yang datang sesekali untuk memastikan tidak ada makhluk bodoh yang melakukan hal aneh di sana atau sekedar untuk meminum obatnya karena dia tidak mau orang lain khawatir padanya. Aileenpun masuk kedalam toilet pria mengabaikan Mahesa yang memperhatikannya dari belakang. Ia sadar Mahesa bisa saja mencoba untuk menjebaknya tapi dia juga tidak bisa membiarkan jika ada kemungkinan pasangan mesum menggunakan kamar mandi itu lagi untuk melakukan kegiatan terlarang mereka.
Ia sudah bersiap mengambil pistol kalau laki-laki itu berniat macam-macam padanya. Tangan kiri Aileen memegang gagang pintu toilet sementara tangan kanannya bersiap mengambil pistol dari balik roknya jaga-jaga kalau Mahesa menyerangnya dari belakang. Ia melirik kaca di belakangnya melihat Mahesa mendekatinya dari belakangdan tampak bersiap untuk menyerangnya dengan pisau di tangannya. Aileen melihatke bawah kamar mandi tidak menemukan siluet dari bawah pintu toilet, yang terdengar hanyalah suara air dari dalamnya iapun kembali melirik Mahesa yang mencobamenyerangnya dari belakang namun Aileen yang lebih tanggap menghindari serangannya.
Perempuan itu memelintir tangan Mahesa dan memukul belakang lehernyadengan sikunya, Mahesa menjatuhkan pisau bedahnya karena serangan dari Aileen. Ia tidak menyangka ada perempuan lain yang memiliki kekuatan seperti Mikha.Tadinya ia memutuskan untuk mengincar Aileen karena Mikha di kawal ketat oleh Daniel lagipula Harry tidak akan tahu jika dia mengambil pita suara milik Aileen. Selain itu Aileen juga sepertinya adalah orang yang meminta Daniel untuk mengawal Mikha sebab Aileen sangat waspada saat berada di dekatnya meski ia dan Aileen hanya sekedar berpapasan. Alasan itulah yang membuat Mahesa memutuskan untuk membunuhnya.
Iapun menghindari Aileen yang mencoba untuk memukul punggungnya dengan belakang kakinya dan mundur sebelum kemudian menutup pintu kamar mandi setelah menggelindingkan benda berbentuk bola kedalamnya. Iamengunci kamar mandi itu dan merantai pintunya dari luar untuk mengurung Aileen agar dia tidak bisa lari dan meletakkan peringatan toilet rusak di depan pintu agar tidak ada orang yang bisa membantu Aileen keluar. Sementara itu Aileen yang melihat Mahesa melemparkan sebuah bola ke dalam kamar mandi menatap bola itu dengan tatapan curiga.
Tiba-tiba bola itu mengeluarkan gas yang ada didalamnya. Aileen langsung menutup hidung dan mulutnya dan berusaha untuk menahan nafasnya sambil berusaha untuk mencari cara agar ia bisa keluar. Ia menatap sekitarnya sebelum kemudian pandangannya tertuju pada mini cam Rei yang terpasang di atas sudut kamar mandi. Ia hanya bisa berharap Rei datang untuk menolongnya.
***
Sementara itu di saat yang bersamaan Rei sedang menjaga ketiga anak Aileen. Mereka sudah makan tadi siang dan sekarang mereka sedang menunggu Aileen keluar dari kelasnya untuk makan malam bersama mereka. Kedua anak perempuan itu terus berbicara kepada Rei secara bergiliran sementara Riku yang ada di pangkuan Rei tampak sibuk sendiri dengan buku barunya. Rei sesekali melirik laptopnya mengawasi pergerakan Mahesa namun tidak terlalu memperhatikannya lagi karena keberadaan Daniel sudah cukup untuk membuat Mahesa menjaga jarak dari Mikha dan Reyna.
Beberapa menit kemudian pintu cafe terbuka membuat suara dentingan terdengar di cafe itu memberitahukan para pegawai untuk bersiap menyambut pelanggan. Rei menengok ke arah pintu namun bukan Aileen yang datang malah Mikha, Reyna dan Daniel yang tampak berada di samping Mikha. Melihat Mikha dan Reyna kedua anak perempuan itu langsung turun dari kursi mereka dan berlari ke arah Mikha dan Reyna.
"Bibi Mikha bibi Reyna!!"
Ujar mereka bersamaan dengan suara yang terdengar gembira dan memeluk keduanya secara bergantian membuat Reyna dan Mikha tertawa kecil melihat kelakuan mereka.
"Hei gimana pertemuan orang tua muridnya tadi?"
Tanya Mikha sambil tersenyum kepada keduanya.
"Gak ada masalah bibi~"
Melihat hanya mereka bertiga yang datang Rei celingukan ke arah pintu menunggu kedatangan Aileen yang mungkin berjalan agak lama dari biasa namun Aileen tidak kunjung datang. Iapun beralih menatap Mikha dan Reyna.
"Di mana Aileen? Bukannya biasanya kalian bareng?"