Rei mendengar salah satu anak mencoba cari masalah dengan Riku tampak berdiri di depan anak itu dengan wajah angkuhnya dan senyum menyebalkan yang tersungging di wajah anak lainnya. Riku terlihat tidak mendengarkan perkataan salah satu anak itu dan tetap membaca buku yang ada di tangannya. Kesal karena tidak di tanggapi anak itu mengambil buku Riku dari tangannya Riku yang kaget karena bukunya di ambil menengok ke arah mereka dengan wajah kesal.
"Kembaliin buku liku!! Itu buku pembelian mama!!"
Anak itu tidak memperdulikan kata-kata Riku dan membuka buku tebal yang tadi Riku baca. Isinya sama sekali tidak mereka mengerti meski mereka jauh lebih tua dua tahun dari Riku dan hal itu membuatnya frustasi. Bagaimana bisa anak umur tiga tahun bisa mengerti buku rumit yang bahkan jarang orang dewasa mau membacanya. Anak itu bersikap seolah tidak peduli dan melemparkan buku itu ke tanah sementara anak lain mulai menginjak-injak buku itu.
"Kembaliin!! Itu buku pemloglaman!! Liku mau kayak papa!! Balikin bukunya!! Halga buku itu mahal tau!!"
Mendengar kalau buku yang mereka rusak itu mahal bukannya berhenti anak-anak itu malah semakin merusak buku itu bahkan merobek robek halamannya. Rei terdiam melihat kejadian itu. Bagaimana bisa anak umur lima tahun melakukan hal sejahat itu?!!
"Hah? Kamu kan gak punya papa"
"Liku punya!! Mama bilang papa lagi di tempat yang jauh!!"
"Denger ya kamu itu gak punya papa!! Mamaku bilang mama kamu itu pelacur tau gak?!!"
"Iya Mamaku juga bilang gitu!!"
Mendengar anak-anaknya itu menyebut Aileen sebagai pelacur membuat Rei semakin marah. Ia tidak bisa memaafkan siapapun yang mengatai Aileen dengan sebutan kotor semacam itu. Ia akan memberi perhitungan kepada orang tua anak-anak itu saat melihatnya nanti. Riku menatap mereka dengan tatapan bingung. Tentu Riku yang masih polos tidak mengerti dengan apa yang mereka maksud.
"Pelacul itu apa? Lagian emang kalian tahu yang kalian omongin apaan? Emang Mama kalian tahu apa soal Mamaku? Mamaku itu olang hebat! Mama kalian cuma ili soalnya meleka cuma bisa diem di lumah sambil ngulus anak nakal kayak kalian sementara Mamaku belkeliling menyelamatin olang!!"
Mendengar perkataan Riku keempat anak itu terdiam. Mereka memang tidak tahu apa arti kata yang di katakan ibu mereka dan hanya menyebutnya begitu saja. Rei menahan tawanya melihat kejadian itu, Riku benar-benar pintar untuk anak seusianya. Iapun memutuskan untuk kembali menghampiri Riku.
"Riku"
Mendengar suara berat seorang pria memanggil namanya Riku langsung menengok. Ia menatap Rei cukup lama, sosok ayah yang tidak pernah dia temui berdiri di hadapannya. Meski gaya rambutnya agak berbeda dari fotonya dia tahu itu adalah ayahnya dari wajah dan mata merahnya.
"PAPA!!"
Riku langsung berlari dan memeluknya, Rei agak kaget mendengar Riku memanggilnya Papa. Ia mulai berfikir apa mungkin Aileen menjadikan dirinya sebagai figur ayah untuk Riku? Ia sendiri tidak keberatan di anggap Ayah olehnya. Iapun mengangkat Riku membuat keempat anak tadi terdiam melihatnya.
"Hei jagoan kecil. Ada apa ini?"
Dengan wajah polos Riku menunjuk keempat anak itu.
"Meleka ngelusak buku Liku dan nyebut mama pelacul, papa pelacul itu apa?"
Pertanyaan polos Riku membuat Rei melirik keempat anak itu dengan tatapan tajamnya, keempat anak itu tampak ketakutan tapi kemudian empat orang wanita muncul dari dalam dan keempat anak tadi berlari ke arah mereka karena ketakutan.
"Lho kalian kenapa?"
Keempat anak itu tidak menjawab dan Rei beralih menatap keempat wanita yang jelas adalah ibu dari keempat anak itu dengan tatapan datar. Wajah para wanita itu memerah melihat seorang laki-laki tampan yang masih muda menatap mereka tapi melihat laki-laki itu menggendong anak yang jelas mirip dengannya mereka tersenyum masam. Mereka tahu anak itu karena tidak ada anak lain yang memiliki mata berwarna merah sepertinya.
Anak itu adalah anak Aileen fredella dia seorang ibu muda yang masih kuliah dan di kenal bukan hanya cerdas namun juga cantik. Suami mereka kadang menjemput anak mereka untuk sekedar melihat Aileen dan hal itu tentu membuat mereka kesal dan mulai membuat rumor tentangnya. Tapi orang yang di buat rumornya tampaknya sama sekali tidak peduli juga tidak menanggapi suami mereka yang jelas-jelas mencoba mendekatinya.
Sekarang sepertinya suami Aileen yang datang menjemput anaknya menatap mereka dengan tatapan dingin. Apa mungkin Aileen memberitahukan semua hal yang dikatakan oleh mereka kepada suaminya? Mereka sama sekali tidak tahu dan tidak mau tahu.
"Apa kalian tidak bisa mendidik anak kalian dengan benar? Anak kalian baru saja merusak buku milik anak saya dengan sengaja dan menghina istri saya dengan sebutan yang tidak pantas di katakan oleh anak kecil. Harusnya kalian bisa menjaga mulut kalian di depan anak kalian agar mereka tidak asal bicara seperti itu dan mendidik mereka untuk bersikap sopan pada anak lain. Aku tidak akan mentolerir hal ini kalau sampai terulang kembali."
Mendengar perkataan Rei yang panjang kali lebar mereka terdiam. Keempat wanita itu tidak bisa membantah karena hal ini terjadi karena kesalahan mereka juga. Tapi mereka tidak tahu apa yang di katakan anak mereka hingga laki laki itu bisa sampai semarah itu pada mereka.
"Papa memang pelacul itu altinya apa?"
Pertanyaan polos Rikku membuat para wanita itu membeku di tempat. Pantas suami Aileen semarah itu pada mereka!!
"Riku lupain hal itu, itu kata yang gak boleh di ucapin sama anak kecil. Itu kata sangat kasar yang di tunjukin buat seorang perempuan. Riku gak boleh ngomong begitu kepada siapapun mengerti?"
"Mengelti!!! Tapi papa, buku Liku gimana? Apa mama gak akan malah sama Liku? Buku itu kan mahal papa."
Keempat wanita itu beralih menatap buku tebal yang tampak sudah terobek-robek dan kotor karena diinjak-injak di atas tanah. Itu bukan buku anak-anak pada umumnya!, itu buku pemrograman dasar yang biasanya di baca oleh remaja atau orang dewasa namun meski begitu buku itu juga terbilang tidak mudah untuk di mengerti. Buku itu bisa di bilang memang cukup mahal di pasaran. Harga yang paling murah sekitar 80.000 rupiah tapi melihat tebalnya buku yang Riku baca buku itu mungkin berharga sekitar 250.000 ke atas dan hal itu membuat keempat wanita tadi beralih menatap Rei yang terlihat tidak memperdulikan mereka. Melihat buku yang tergeletak di atas tanah itu Rei ingat kalau ia punya buku yang sama juga di apartemennya yang tentu sudah ia hafal isinya di luar kepala.
"Mama gak akan marah, papa punya buku yang sama juga kok nanti papa kasihin ke kamu ya?"
Mendengar perkataan Rei kedua mata Riku tampak langsung berbinar-binar seakan baru di beri mainan baru olehnya.
"Beneran?!! Makasih papa!!"
"Sama-sama, lagian papa gak butuh buku itu lagi. Papa mau ngasih kamu beberapa buku lain juga kalau Riku mau. Sekarang ayo kita bilang ke bu guru dulu."
Anak itu mengangguk namun kemudian dia turun dari gendongan Rei dan menghampiri bukunya yang tadi sudah di rusak oleh anak-anak tadi dan mengumpulkan setiap lembaran yang di sobek oleh anak-anak tadi sementara bagian buku yang masih menyatu Rei ambil dan ia masukkan kedalam kantong lain. Rei pun kembali menemui wanita tadi dan meminta kantung plastik untuk membawa buku Riku yang tadi di rusak juga barang barang Riku karena ia memutuskan untuk mengawasi Riku sementara Aileen kuliah. Dia tidak mau Riku di bully lagi oleh anak lain di sana. Setelah wanita tadi memberikan barang-barang Riku Rei membawa Riku masuk kedalam mobilnya dan iapun menghubungi Aileen. Aileen yang sedang menonton Melody menyanyikan lagu ciptaannya di depan kelas bertepuk tangan saat lagunya selesai. Ia merasakan handphonenya bergetar di saku celananya, ketika ia melihat nama Kucing hitam terpampang di layar handphonenya iapun mengangkat telpon itu.
"Halo? Rei?"
"Aku lagi sama Riku sekarang. Gimana kalau aku aja yang jaga dia hari ini?"
"Eh? Kalau gak ngerepotin kamu ya gak apa-apa tapi kenapa tiba-tiba?"
"Ada hal yang terjadi tadi. Aku bakal ceritain lewat text. Riku tertarik memprogram sesuatu kan? Aku punya banyak buku yang udah gak aku pake lagi. Aku mau dia memilikinya."
"Apa gak apa-apa?"
"Iya gak apa-apa, selain itu aku juga bisa ngajarin dia di waktu luangku, Riku ini mama ayo bilang halo."
"Halo mama!! Liku lagi di mobil sama papa~"
Aileen sadar cepat atau lambat hal ini akan terjadi. Untungnya Rei sepertinya mengerti kondisi Riku dan dia membiarkan Riku memanggilnya Papa.
"Iya sayang jangan nakal oke?"
"Iya mama~"
"Yaudah Aileen kalau kamu mau aku jemput telpon atau kirimin aku pesan ya?"
"Iya, sampai nanti."
Rei mematikan handphonenya dan iapun kembali berkonsentrasi menjalankan mobilnya kembali ke apartemen. Haruou sempat heran saat melihat Rei membawa seorang anak kecil yang wajahnya tampak sangat persis dengannya tapi dia tidak sempat bertanya karena Rei langsung saja mengemudikan mobilnya kedalam. Sesampainya di apartemen Rei memarkirkan mobilnya setelahnya ia menggendong Riku kembali dan membawanya masuk kedalam lift. Setelah ia memencet tombol tidak lama kemudian pintu lift terbuka dan Rei membawa Riku ke ruangan yang dia tempati.
"Wowww tempat ini besar!!"
"Iyakan? Nah ini ruangan di mana papa tinggal."
Rei membuka pintu dan wajah Riku tampak berbinar-binar melihat rak buku yang berisi buku-buku yang berhubungan dengan programer. Anak itu sepertinya sangat menyukai buku tadi saja dia tidak menemukan satupun mainan dalam barang-barang yang Riku bawa, buku dari Aileen pasti sangat berharga untuknya. Iapun mengambil buku yang mirip dengan yang Riku baca tadi dan beberapa buku yang tidak dia baca lagi.
"Nah Riku. Buku buku ini punya Riku mulai sekarang, jaga baik-baik mengerti?"
Riku mengangguk dengan senyuman lebar di wajahnya.
"Mengelti!!"
Riku yang tampak bahagia membuatnya ikut merasa senang. Iapun mendudukkan Riku di atas sofa dan membiarkannya mulai membaca sementara ia pergi ke ruang kerjanya. Ia mengambil laptop yang tidak dia gunakan dan dia simpan di sana. Laptop itu masih baru dia hanya tidak menggunakannya dan menyimpannya kalau-kalau laptopnya rusak. Meski begitu dia masih punya laptop cadangan yang lain jadi dia memutuskan untuk memberikannya kepada Riku nantinya.