Télécharger l’application
2.8% T.I.M (treasure in murder) / Chapter 6: Chapter 5; Crossdresser bag 2

Chapitre 6: Chapter 5; Crossdresser bag 2

"Kakak mau beli es cream rasa apa?"

Aku menaikkan kedua bahuku, tidak terlalu hafal dengan semua nama rasa es cream di sana.

"Gak tahu, kakak gak terlalu update sama es cream di sana. Kakak sibuk jadi belakangan gak sempet ngurus diri sendiri. Malah baru pagi tadi kakak ngespa, nyalon, sama menipedi."

Jawabku jujur sambil sedikit curhat padanya mengingat meski dia laki-laki tapi karena dia suka berpakaian seperti perempuan dia sudah pasti mengerti perasaanku. Seperti dugaanku aku melihat dia mengerutkan keningnya dan menatapku seakan aku adalah seseorang yang baru keluar dari dalam sebuah gua. Ya, dia tidak salah juga sih…

"Walah jadi orang dewasa susah ya, aku mau jadi anak kecil aja selamanya."

Aku tertawa dalam hatiku mengetahui kalau itu tidak mungkin dan dengan sengaja berkomentar.

"Kata seseorang yang udah mau lulus SMA."

Mendengar perkataanku anak itu tampak merinding seakan perkataanku mengingatkannya pada hal yang menyeramkan, yup meski pendek dan bertubuh kecil dia ini sebenarnya anak SMA. Lebih tepatnya kelas dua SMA, dia sendiri yang bilang kalau umurnya tujuh belas tahun diantara obrolan kami.

"Tolong jangan ingetin aku kak, aku harus ramed MTK besok."

Oh aku sangat mengerti perasaannya, dia sepertinya berjalan-jalan hari ini untuk lari dari masalahnya. Dulu waktu aku masih sekolah aku akan lakukan hal yang sama, berjalan-jalan untuk menenangkan diri di hari libur sebelum kemudian kembali ke medan tempur di hari Senin. Sungguh masa-masa yang membuatku nostalgia.

"Semangat dek~"

Dia tampak hanya mengangguk lemah dan kami lanjut bicara hingga kemudian kami sampai ke toko es cream yang tembok bangunannya dengan sengaja di cat menyerupai motif cone es cream dengan atap berwarna coklat dan putih dan logo BB ice cream terpajang di atasnya. Ada beberapa tempat duduk dan meja yang tampak berada di luar toko untuk pelanggan yang ingin makan di luar namun ada lebih banyak lagi di dalam toko.

"Oh kita udah sampai."

Kami masuk kedalam bangunan, kulihat kedua mata anak itu tampak berbinar-binar melihat rasa es cream terbaru bulan ini yang muncul hanya beberapa hari dalam sebulan dan contohnya tampak terpajang di atas rak. Rasa terbaru bulan ini adalah chocolate kiss, gelato dark coklat yang tak terlalu manis di campur dengan adonan marsmellow dan saus straw berry di atasnya. Aku tersenyum melihat wajah anak yang tadi kutolong makin berbinar-binar, kebetulan sekali kami datang saat menu baru yang selalu random muncul tersedia. Tidak ada jadwal tetap kapan menu khusus muncul dan menu khusus yang muncul tidak akan pernah muncul lagi kecuali hampir semua pelanggan tetap kedai es cream itu menyukainya dan menjadikannya menu tetap. Karena ini kesempatan yang jarang terjadi aku menghampiri pelayan kedai es itu dan mulai memesan.

"Selamat datang, mau pesen apa?"

"Mas chocolate kiss nya dua ya, bayarnya pake QR code aja."

"Oh boleh banget, silahkan mbak!"

Aku melihat anak itu tampak terkejut melihatku mengeluarkan hand phoneku dan mulai me scane kode QR yang di berikan pelayan kepadaku yang otomatis tersambung pada bankku.

"Eh?!! Jadi kakak beneran mau traktir aku?!!"

Aku menganggukan kepalaku membenarkan perkataanya, akupun menekan tombol pay setelah memastikan jumlah yang harus ku bayar sesuai. akupun memasukan handphoneku kembali kedalam saku di dalam cardigan yang kupakai.

"Tunggu sebentar ya mbak, pesanan akan siap sebentar lagi."

Aku mengangguk kembali dan pelayan itupun pergi sebelum kemudian membalas anak yang kutolong tadi.

"Kakak gak keberatan. Lagian kan kamu udah bantu bawain barang kakak."

Anak itu tampak tidak yakin dan menjawab.

"Tapi aku kan gak bawain barang kakak sampe rumah. Itu gak perlu kak."

Aku tersenyum mendengar perkataannya, anak laki-laki yang di tolongnya ini ternyata sangat baik, dia sepertinya merasa kalau yang dilakukannya tidak terlalu banyak membantu namun sebenarnya ia sudah sangat membantuku. Letak gedung apartemen sudah tidak terlalu jauh. Tempat tinggalku yang sekarang rahasia jadi aku tidak bisa membiarkan laki-laki ini membantu membawakan belanjaanku sampai ke apartemen. Selain itu barang bawaanku cukup berat, bayangkan saja berapa banyak bahan makanan yang kubeli dan cukup untuk sepuluh orang. Aku mungkin bisa membawanya sendiri tapi kuakui itu sangat melelahkan. Apalagi jarak apartemen ke super market sekitar dua puluh menit berjalan kaki jadi yang di lakukan anak laki-laki ini untukku sangat membantu.

"Gak masalah, udah deket kok. Kakak baru pindah ke gedung apartemen di sekitar sini hari ini. Jadi meski kamu gak nganter kakak sampai apartemen kakak udah kebantu banget, makasih ya."

Mendengar perkataanku anak itu tampak lebih tenang dan kami mulai mengobrol kembali. Tidak lama kemudian gelato yang kami pesan sampai dalam sebuah mangkuk.

"Makasih mas."

"I-iya sama sama mbak."

Pelayan laki-laki itu tampak hanya mengangguk dengan wajah yang agak memerah sebelum kemudian pergi dan melayani pelanggan yang lain meninggalkan kami berdua dan akupun mulai memakan es cream yang ku pesan.

Pelayan laki-laki itu tampak hanya mengangguk dengan wajah yang agak memerah sebelum kemudian pergi dan melayani pelanggan yang lain meninggalkan kami berdua dan akupun mulai memakan es cream yang ku pesan.

***

"Belanjanya banyak banget kak."

Tanyanya penasaran sambil menyendok gelato itu kedalam mulutnya, rasa pahit dari gelato dan manis dari marsmellow bakar dan rasa asam manis dari saus yang terbuat dari strawberry segar terasa bercampur di mulutnya. Sekarang ia mungkin mengerti kenapa gelato ini dinamai chocolate kiss, rasa pahit asam dan manis yang di rasakan di mulutnya mungkin di ambil dari konsep cinta pertama. Ia tidak tahu siapa yang membuat konsep gelato ini tapi ini enak sekali. Untuk orang yang tidak terlalu suka rasa manis gelato ini sudah pasti akan di sukai.

Perempuan yang menolongnya tadi juga tampak menikmatinya, ia tidak tahu apakah ini karena ia menyadari arti dari balik nama gelato ini atau bagaimana tapi entah kenampa ia merasa hatinya berdegup dengan kencang. Ia harus mengingatkan dirinya sendiri kalau perempuan di depannya ini tidak punya maksud tertentu kepadanya dengan membelikan gelato itu. Ia baru sadar secantik apa perempuan yang menolongnya ini sekarang, dia tampak dewasa tentunya, memiliki rambut hitam panjang yang indah, mata coklat gelap dan pakaian yang sangat sopan dan membuatnya tampak elegan. Ia tidak mencoba memperlihatkan lekuk tubuhnya sama sekali dan justru dengan sengaja menutupinya padahal ia yakin tubuhnya bagus.

Laki-laki itu menepuk kedua pipinya sendiri untuk menyadarkannya dari lamunannya yang sungguh tidak senonoh. Tapi mau bagaimana lagi?!! Meski ia berpakaian seperti perempuan ia hanyalah remaja normal yang juga menyukai perempuan!! Orang yang bersangkutan sepertinya tidak menyadari apa yang di fikirkan laki-laki yang berpakaian seperti perempuan itu dan dengan tenang menjawab.

"Iya, sebagian dagingnya buat piaraan kakak yang lagi kakak ajarin buat makan daging. Kakak emang niat masak banyak buat penghuni apartemen yang lain. Penghuninya cuma beberapa orang jadi segini aja udah cukup."

"Oh…"

Setelah itu mereka tidak membicarakan apa-apa lagi dan lanjut memakan gelato mereka, Aileen tidak sadar kalau laki-laki yang di tolongnya itu sesekali memperhatikannya yang sesekali tampak membalas pesan dan email yang masuk ke handphonenya. Setelah menghabiskan gelato mereka Aileenpun membawa belanjaannya dan keduanyapun pergi keluar toko.

Ini adalah akhirnya, mereka mungkin tidak akan bertemu lagi. Laki-laki itu sadar dengan hal ini namun sayangnya meski ia ingin tahu perasaan apa yang mulai muncul di hatinya karena perempuan yang menolongnya waktu mereka untuk bersama sudah berakhir. Ia mungkin tidak akan pernah tahu.

"Makasih gelatonya kakak!"

Ujarnya sambil tersenyum menutupi rasa sakit yang entah kenapa tiba-tiba muncul saat berfikir kalau mereka mungkin tidak akan bertemu lagi.

"Sama-sama, makasih juga udah bawain belanjaan kakak, udah ini kamu mau kemana lagi?"

Tanya Aileen, laki-laki itu dengan jujur menjawab.

"Lanjut kerja sambilan."

Aileen hanya bergumam mendengar perkataan laki-laki itu sebelum kemudian berkata.

"Kalo gitu hati-hati, kalau ada laki-laki yang godain kamu bilang aja kalau kamu cowok. Kalau mereka gak peduli kamu tendang aja mereka di area vital. Ngerti?"


L’AVIS DES CRÉATEURS
LynKuromuno707 LynKuromuno707

Beri, vote coment dan review kalau kalian suka cerita ini dan kalau ada kekurangan tolong beri tahu juga, kalau ada yang mau ngasih gift juga juga boleh. Makasih buat semua dukungan kalian dalam bentuk apapun itu see you :)

Load failed, please RETRY

Cadeaux

Cadeau -- Cadeau reçu

    État de l’alimentation hebdomadaire

    Rank -- Classement Power Stone
    Stone -- Power stone

    Chapitres de déverrouillage par lots

    Table des matières

    Options d'affichage

    Arrière-plan

    Police

    Taille

    Commentaires sur les chapitres

    Écrire un avis État de lecture: C6
    Échec de la publication. Veuillez réessayer
    • Qualité de l’écriture
    • Stabilité des mises à jour
    • Développement de l’histoire
    • Conception des personnages
    • Contexte du monde

    Le score total 0.0

    Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
    Votez avec Power Stone
    Rank NO.-- Classement de puissance
    Stone -- Pierre de Pouvoir
    signaler du contenu inapproprié
    Astuce d’erreur

    Signaler un abus

    Commentaires de paragraphe

    Connectez-vous