Victor berdiri dari sofa dan bertepuk tangan dengan gembira, "Baiklah. Pak Rhine dan Pak Shavell sudah menyelesaikan improvisasi harpsichord beberapa hari lalu. Mari kita coba harpsichord baru sekarang! Kalian semua bisa ikut! Aku bahkan merasa seharusnya tidak menyebut ini harpsichord lagi, karena nada, jangkauan, dan volumenya benar-benar berbeda sekarang. Bagiku, ini revolusi dalam instrumen senar!"
Setelah melihat kegembiraan di wajahnya, Lucien tahu Pak Victor sangat puas dengan improvisasi ini.
"Pak Victor, sebagai orang yang memberikan ide untuk melakukan improvisasi harpsichord, kau mungkin ingin memberinya nama resmi." Saat mereka berjalan ke atas, Lott menyanjung gurunya.
"Ya. Rhine, Shavell, dan aku sebenarnya telah bicara tentang namanya. Tapi, kami tidak ada yang menemukan nama yang cocok." Victor menatap Lucien dengan senyum tipis di wajahnya, "Lucien, apa idemu?"
"Ideku?" Lucien agak terkejut.
"Tentu saja, kau memberi kontribusi yang besar untuk ini. Kami ingin mendengar saranmu," ujar Victor. "Yah ... Rhine menyukai kecanggihan mekanisnya, jadi dia ingin menamakannya harpsichord mekanik. Maksudku ... Pak Rhine berbakat dalam musik, tapi jelas tak pandai menamai alat musik baru. Harpsichord mekanik tidak terdengar bagus bagiku."
"Lalu, apa idemu, Pak?" tanya Lucien.
"Umh ... Aku lebih suka punya nama baru. Alat musik baru ini menggabungkan fitur harpsichord dan clavichord. Alat musik itu punya rentang nada yang jauh lebih luas dibanding harpsichord yang lama. Jadi, aku menyarankan namanya ... superchord!"
" ... " Lucien dan murid yang hadir tak tahu harus berkata apa tentang nama ini.
"Bagaimana kalau 'pianoforte'?" Lucien berkata dengan ragu.
"Pianoforte? Itu nama yang cukup baru, tapi kedengarannya agak aneh." Victor berpikir sambil mengusap dagunya.
"Suara yang dihasilkan alat musik baru itu merupakan suara tambahan dari harpsichord lama." Lucien berusaha membuat nama aneh itu terdengar masuk akal. Di dunianya, Lucien tahu piano pertama yang dibuat oleh pembuat harpsichord Italia, Cristofori, disebut 'pianoforte'. Dalam bahasa Italia, pianoforte artinya 'lembut dan keras'. Lucien ingin mempertahankan namanya, karena akan sangat manis jika dia bisa bermain alat musik di dunia ini yang hampir sama dengan piano di bumi.
"Pianoforte ... Pianoforte ..." Victor menyadari nama ini cukup menarik, "Bagaimana kalau cuma 'piano'?"
Lucien sangat terkejut karena Victor menyukai nama ini.
"Aku suka namanya, 'Piano'." Felicia setuju. Ini bahkan lebih dari yang Lucien harapkan. Ini pertama kalinya Felicia setuju dengan ide Lucien. Wajah cantiknya sedikit memerah, "Aku tidak tahu kenapa ... Tapi aku rasa itu nama yang pas."
Pak Victor menangguk dengan sedikit bingung, "Ya ... Aku juga merasa hal yang sama, Felicia. Rasanya alat musik ini harus disebut piano ... Aneh ..."
"Ya ... Aku juga merasa seperti itu." Lucien agak gugup. Dia tak paham kenapa Pak Victor dan Felicia punya perasaan khusus terhadap nama itu. Dengan tergesa-gesa, dia mengubah topik, "Aku bisa dengar ada seseorang yang bermain musik di atas."
"Ya, Pak Rhine di sini hari ini. Aku sudah bilang, 'kan?" Victor menjawab dengan gembira.
Wajah Felicia semerah tomat matang sekarang.
Rhine sedang duduk di depan 'piano', rambut perak dan gerakannya terlihat menawan. Jari-jarinya menari di atas keyboard piano, tanpa menggerakkan bahu dan lengannya. Serangkaian musik yang indah melantun dari alat musik itu.
Mereka memanjakan diri dalam lagu itu. Tak ada yang bersuara sampai Rhine selesai bermain. Semua murid dan Pak Victor mulai bertepuk tangan atas penampilan yang luar biasa itu.
"Pak Rhine! Sebagai pemain biola yang luar biasa, keahlian bermain clavichord-mu juga bagus. Ini sangat menakjubkan." Mata Felicia berbinar, "Penampilanmu sebagus Nona Silvia!"
Rhine berdiri dari bangku dan membungkuk elegan pada mereka dengan tangan kanan di dada. Dia coba memainkan lagu yang sama di clavichord dan piano untuk melihat perbedaannya. Dia menoleh ke Felicia dan tersenyum, "Aku tersanjung, Felicia. Tapi, aku tidak akan bisa menandingi Nona Silvia. Dialah yang menulis lagu ini."
Nona Silvia adalah pemain clavichord terbaik di Aalto. Karena clavichord cocok dimainkan di ruang yang relatif kecil, seperti di ruang tamu atau bahkan tempat tidur, Nona Silvia sering diundang oleh para wanita bangsawan untuk bermain di tempat mereka. Katanya, Silvia adalah teman dekat Putri Natasha. Oleh karena itu, dia punya reputasi tinggi di asosiasi.
Saat Rhine bermain, Lucien lebih memperhatikan gerakan jari-jarinya. Di saat yang sama, dia mencari di perpustakaan jiwanya dan menemukan beberapa buku yang bisa digunakan sebagai referensi. Menurut buku-buku ini, modifikasi alat musik adalah penyebab utama perubahan cara memainkan jari, serta cara bermain secara keseluruhan. Piano di samping mereka punya 88 tuts dan berbagai pedal. Piano ini sudah hampir menyamai piano modern di bumi. Karena itu, Lucien percaya permainan jari piano modern adalah cara terbaik memainkan ini.
Di bumi, orang-orang biasa bermain clavichord dengan tiga jari di masing-masing tangan. Kemudian, Bach, pianis terkenal, mulai menggunakan ibu jari dan jari kelingkingnya. Ketika piano mulai terkenal, Chopin membuat revolusi kedua dalam cara menggerakkan jari. Dia juga memainkan tuts hitam dengan ibu jari dan jari kelingking.
Ketika Lucien belajar buku-buku dasar permainan jari modern di kepalanya, Victor memberitahu Rhine tentang nama baru alat musik tersebut. Rhine ternyata juga menyukai nama itu.
"Kemarilah, Lucien. Duduk di depan piano. Aku akan menunjukan cara dasar memainkan jari," kata Victor padanya.
Lucien berlari ke arah Pak Victor dengan sedikit gembira. Namun saat duduk di bangku, Lucien merasa ada yang tidak beres. Dia terlalu pendek dari piano.
"Pak Victor, bisakah aku dapat bangku yang lebih tinggi?" tanya Lucien.
"Kenapa? Kau tak terlalu pendek jika dibanding dengan Pak Rhine. Tinggi piano seharusnya tidak masalah." Victor sedikit terkejut.
Sambil mengulurkan tangan, Lucien mencoba menunjukkan pada Pak Victor. "Tapi jika aku duduk di bangku setinggi ini, aku hanya bisa menggunakan jari dan pergelangan tanganku. Jika aku ingin menggunakan lengan bawah, lengan atas, dan pundakku, aku perlu bangku yang lebih tinggi. Kalau tidak, rasanya jadi aneh."
"Itu karena kau tidak seharusnya menggunakan lengan dan pundakmu. Itu sangat tidak sopan!" Victor cukup serius, "Lupakan apa yang kau lihat di bar. Kau lihat bagaimana Pak Rhine memainkannya, 'kan? Apa dia pernah menggunakan lengan dan bahunya?"
Reaksi Victor sesuai dugaan Lucien. Permainan jari piano modern cukup sulit diterima oleh banyak pianis terkenal pada masa itu. Di mata mereka, pianis yang menggunakan permainan jari piano modern seperti Franz Liszt itu tak sopan. Caranya mengayunkan lengan dan bahu dalam pikiran mereka terlihat sangat barbar. Itu tampak seperti menghancurkan piano.
"Ya, Lucien. Para pemain di bar tidak berpendidikan. Aku tahu ... uhm ... kau mungkin tumbuh di lingkungan itu, tapi kau di sini sekarang. Sudah waktunya bagimu melihat bagaimana musik bangsawan sekarang." Herodotus memanfaatkan kesempatan dan mencibir kata-kata Lucien.
"Pak Victor, piano adalah alat musik baru." Lucien menjelaskan dengan tenang, "Aku rasa cara musisi memainkan alat musik harus bergantung pada fitur-fitur di dalamnya. Sebagai alat musik yang lebih canggih dari harpsichord, piano lebih unggul dalam volume dan jangkauan. Dengan kekuatan lengan dan bahu, aku rasa fitur-fiturnya bisa dibawakan dengan lebih baik."
Rhine maju selangkah dan tersenyum pada Victor, "Aku setuju dengan Lucien. Ingat diskusi dalam cara memainkan jari beberapa tahun lalu? Kita mungkin bisa membuat perbedaan nyata dengan ini."
Victor berpikir sejenak dan akhirnya berkata, "Baiklah, mungkin kita harus mencobanya. Tapi Lucien, jika nanti ini dianggap ini tidak benar, kau akan butuh waktu lama untuk melupakan gerakan yang salah dan memulainya lagi. Apa kau yakin ingin melakukan ini?"
Lucien mengangguk pada Pak Victor dengan ekspresi penuh tekad.
Di mata para murid, Lucien tak lebih dari bocah sombong yang coba mengesankan Pak Victor dan Pak Rhine dengan cara bodoh ini.