Sebelum Rong Ruo sempat mencerna ini, wanita itu telah meletakkannya di atas meja dan mulai mengukir boneka baru.
Rong Ruo tidak tahu bagaimana menggambarkan pengalaman itu, perasaan yang dia dapatkan, ketika jiwanya dipaksa masuk ke dalam cangkang yang tidak diketahui, adalah salah satu keputusasaan belaka.
Di tangan Su Ruiying, dia seperti boneka tanpa otonomi. Semuanya tunduk pada kehendak Su Ruiying. Jika Su Ruiying tidak memberi boneka itu kekuatan untuk mengangkat segel, dia tidak bisa bergerak.
Yang lebih menakutkan adalah sebagai boneka, dia masih bisa melihat, mendengar, dan memproses semua yang ada di sekitarnya, dia tidak bisa bergerak sama sekali.
Rong Ruo tidak tahu apa yang sedang terjadi tetapi tidak mau menjadi mainan Su Ruiying. Jadi ketika dia menguji boneka itu, dia melawan dan akibatnya, wajahnya diiris dengan pisau dan dibuang ke dalam api.
Pada saat itulah Rong Ruo mengerti bagaimana rasanya jiwa seseorang disiksa.