Moa tak bisa berhenti merutuki kebodohannya yang sudah bertindak impulsive. Yang menurut Iqi, pikiran panjang versi Moa hanya seujung kuku pikiran cowok itu. Melihat bagaimana para penghuni kampus masih tetap menatap tak suka ke arahnya, Moa berani bertaruh, kemungkinan besar pikiran Iqi lah yang benar. Mereka sekarang pasti berpikir Moa cewek gampangaan. Huhuhu … Moa benar-benar ingin menangis sekarang. Sementara sang sahabat alias pacar gadungannya tidak peduli padanya. Iqi tetap melangkah dengan kaki lebarnya. Membuat Moa kesulitan menyamai.
"Qi … sekarang gue harus gimana dong??" tanya Moa setelah berhasil mempercepat langkah—nyaris berlari supaya bisa berada di samping sang sahabat. Kembali meraih lengan cowok yang hanya meliriknya. "Kalo lo nggak bisa bantu gue dapetin jubah Harry potter—"