Télécharger l’application
7.77% 100 HARI DAN CINTA / Chapter 23: Berbaik Sangka

Chapitre 23: Berbaik Sangka

"Nah, kalau seperti itu kan terlihat tampan " puji nenek melihat kai yang sudah selesai mandi, memakai baju koko berwarna coklat muda dengan sarung yang belum dipakainya. sarung yang masih terlipat rapi masih tersimpan di pundak kanannya, dia masih memakai celana pendek berbahan kaos berwarna hitam.

"Sekarang kita makan dulu " ajak nenek yang sudah duduk di atas tikar dan mendengarkan cerita wayang golek kesukaannya yang dia dengar sejak kai pergi mandi.

"Mie nya sudah gemuk-gemuk sekarang! " cetus nenek dengan tawa yang memperlihatkan semua barisan giginya yang sudah tidak utuh.

Kai tertawa kecil, "maafkan aku nek, karena mandinya terlalu lama "

"Mie nya jadi mengembang menyerap semua kuahnya " sambung kai.

"Tidak apa-apa, mereka gemuk itu tandanya sehat " ucapnya, "masih ada kuahnya itu dibawah mie nya,,, "

Nenek mencicipinya pertama, dia mencoba icip-icip mie instan buatan kai.

"Enak sekali mie buatan kamu! " pujinya.

Kai tertawa, "nenek mie instan yang membuat enak itu bumbunya, jadi yang pintar itu pembuat bumbu tersebut "

"Iya, kamu memang pintar " ucapnya lagi, "untung nenek sekolahkan kamu, jadi kamu pintar dan tidak dibohongi orang yang pintar menipu! "

"Ayo makan! "

Kai mengambil piring berisi mie miliknya, walaupun mie itu telah dua kali lipat lebih besar ukurannya karena dia tinggalkan mandi. Tidak merubah rasanya sedikitpun, tetap enak dan kai menyukainya.

"Si cepot itu selalu membuat nenek tertawa! " tawa nenek muncul ketika mendengar ucapan dari cerita wayang golek yang di dengarnya di radio.

"Apa cepot itu astrajingga, nek? " tanya kai, "kata teman-teman dia itu astrajingga putranya semar! "

"Kalau kakekmu masih ada, dia pasti bisa menjawabnya " wajah nenek terlihat sedih walaupun dia memperlihatkan senyumannya.

"Cepot yang wayang saja punya orang tua " ucap kai, "kenapa aku tidak ada orang tua? "

Dia lalu teringat film kartun hachi yang ditontonnya tadi siang.

"Tadi aku menonton film kartun di pos satpam kantor pos nek " kai memberitahukan neneknya, "aku menonton film kartu hachi, kartun kesukaan anneth juga "

"Benarkah, apa kamu menyukainya? "

Kai mengangguk, "di film itu hachi yang lebah madu sama sepertiku ditinggal oleh orang tuanya, dia terus mencarinya sendirian. Apa aku harus mencari orang tuaku seperti hachi juga? "

Nenek tertawa kecil, "film itukan manusia yang buat, kadang benar kadang hanya cerita saja. mereka hanya ingin memberikan hiburan dan atau semua yang menontonnya mengambil inti dari film tersebut dan menjadikannya sebagai pembelajaran hidup,,, "

Kai menganggukan kepalanya, sambil sesekali menyuapkan mie ke dalam mulutnya.

"Jadi orang tuaku itu jahat kan, nek? " tanya kai, "karena menyimpan aku di depan toko di pasar sana! "

"Ehh, siapa bilang begitu " nenek berbicara dengan nada penuh kesabaran, "justru orang tuamu itu baik hati sekali! "

"Kenapa seperti itu nek? " kai kembali bertanya penuh dengan rasa heran.

"Mereka memberikanmu pada nenek dan kakek " jawabnya, "kamu tahu kami hanya hidup berdua saja, anak-anak nenek tinggal di desa seberang. Kamu sengaja kakek bawa untuk menemani nenek "

"Karena setelah kakek meninggal, nenek hanya mempunyai kamu. Anak yang baik dan penurut, membuat nenek bahagia dan semangat bekerja supaya kamu bisa sekolah walaupun kamu harus menyemir sepatu setelah kakek meninggal "

Punggung kai diusapnya dengan lembut, jadi kamu tidak boleh berpikiran seperti itu pada orang tuamu " sambungnya, "berbaik sangkalah pada semua orang yang menyakitimu, karena dengan adanya mereka kamu bisa menjadi orang yang kuat! "

"Bukannya seperti itu yang pak ustad bilang di acara pengajian di mesjid kemarin? " dia mengingatkan kembali kai.

Senyuman lebar terlihat di wajah kai, "benar nek, rupanya yang sudah tua itu aku! "

"Aku pelupa dan nenek masih mengingat ceramah pak ustad kemarin! " dia menepuk dahinya pelan.

"Makanya tidak boleh memiliki prasangka buruk! " nenek mengingatkan, "karena membuat semua yang baik dalam pikiran hilang,, "

"Karena nenek rajin membaca al quran juga " ucap kai, "kata ibu guru jika kita rajin membaca al quran, itu seperti meremajakan otak dijauhkan dari lupa! "

Nenek tertawa malu mendengar ucapan kai, "sudahlah, hari semakin gelap! "

Kai memganggukkan kepalanya, "aku yang cuci piring-piringnya, nek "

"Nenek bersiap saja untuk ke surau " sambung kai, "nanti aku yang nyalakan cemprongnya "

"Iya " jawab neneknya beranjak dari duduknya, "nenek akan mengambil wudhu terlebih dulu kamu harus hati-hati menyalakan cemprongnya, nanti hidungmu hitam lagi karena asapnya! "

Kai terkekeh, "iya, nek. tidak apa-apa nanti aku bersihkan dengan wudhu "

Selesai mencuci piring kai beranjak mengambil korek api dan membawa cemprong di ruangan depan yang tertempel di dinding tempatnya tidur dan di kamar milik nenek.

Cemprong atau yang banyak dikenal banyak orang lampu dian atau semprongan, adalah penerang satu-satunya rumah nenek. Wadah dengan penutup kaca yang berbentuk bulat dan memanjang ke atas, kai membuka tutupnya dan menyalakan api. Dia membakar sumbu di tengah-tengahnya yang terhubung dengan minyak tanah di bagian bawahnya.

Mereka mendapatkan penerangan dengan lampu di depan rumah dari pemberian tetangganya, yang dengan baik hati memasangkan lampu di depan rumah. Tapi karena keterbatasan ekonomi mereka tidak dapat membantu nenek memasang listrik dirumahnya. Bahkan radio yang mereka dengarkan hanya memakai baterai, kai selalu menyisihkan uang hasil menyemirnya untuk membeli baterai tersebut agar nenek tidak merasa kesepian.

"Kamu sudah siap? " tanya nenek yang muncul dari balik tirai kamar sudah siap dengan mukena putihnya yang telah usang dan tangan yang memegang sajadah dan al quran.

"Sudah, nek " kai lalu mengambil kopiah hitam miliknya, dan dipakainya diatas kepalanya.

"Aku yang bawakan sajadahnya, nek " kai meraih sajadah dan al quran milik nenek.

Dia menuntun nenek untuk berjalan ke arah luar, karena di dalam rumah pencahayaannya sedikit kurang.

"Nenek tunggu sebentar " ucap kai ketika mereka telah sampai diluar dengan cahaya lampu di setiap samping jalan. Ada lampu yang sengaja di pasang oleh pemerintah dan lampu-lampu rumah yang telah memasang listrik.

Mereka berjalan menuju surau, karena jika pergi ke masjid terlalu berjarak jauh. Letak surau yang hanya terhalang oleh tiga rumah telah terpasang listrik dan memiliki pengeras suara, sehingga nenek tidak kesulitan ketika mengaji.

"Raka " panggil yasil yang menjadi teman mengajinya.

Kai melambaikan tangannya, "aku antar nenek masuk surau dulu! "

Teman kai bernama yasil itu mengacungkan jempolnya ke araj kai.

"Nenek tidak boleh pulang sendirian! " ucap kai, "aku akan mengaji sebentar setelah solat, dan kita pulang sama-sama "

"Iya, cepat kita solat berjamaah dulu! " nenek lebih dulu masuk karena kumandang adzan telah terdengar dan orang-orang mulai berdatangan ke surau untuk melakukan solat berjamaah.

Kai mengambil wudhu bersama dengan teman-teman sebaya nya, walaupun mereka senang bermain tetapi ketika waktunya solat mereka dengan cepat mengambil shaf di belakang barisan makmum melaksanakan solat berjamaah...


next chapter
Load failed, please RETRY

Cadeaux

Cadeau -- Cadeau reçu

    État de l’alimentation hebdomadaire

    Rank -- Classement Power Stone
    Stone -- Power stone

    Chapitres de déverrouillage par lots

    Table des matières

    Options d'affichage

    Arrière-plan

    Police

    Taille

    Commentaires sur les chapitres

    Écrire un avis État de lecture: C23
    Échec de la publication. Veuillez réessayer
    • Qualité de l’écriture
    • Stabilité des mises à jour
    • Développement de l’histoire
    • Conception des personnages
    • Contexte du monde

    Le score total 0.0

    Avis posté avec succès ! Lire plus d’avis
    Votez avec Power Stone
    Rank NO.-- Classement de puissance
    Stone -- Pierre de Pouvoir
    signaler du contenu inapproprié
    Astuce d’erreur

    Signaler un abus

    Commentaires de paragraphe

    Connectez-vous